[22] Demi Tuhan, Ini Menyakitkan

3.2K 399 61
                                    

Bilang sama gue kalau ada yang nyakitin lo, gue pukul dia sampai babak belur, termasuk dia yang katanya menjadi penjaga abadi. Gue Bima, bukan Dilan.

-Bima Astro Nadeo-

---•••---

Ada luka dibalik masker yang menutupi seluruh bibirnya, ada amarah dibalik senyum tipisnya, ada kegelisahan di antara tatapan mata nyalangnya.

Alice melangkah pelan, mengikuti lorong sekolah yang sepi lantaran jam pelajaran sudah dimulai beberapa menit yang lalu, tak masalah bagi Alice jika pun ia telat, tak masalah juga jika harus keluar dari sekolah, toh tak akan ada yang berani, apalagi peduli.

Saat kakinya memasuki ruangan itu, seluruh mata ter-arah kepada dirinya yang membuat Alice membeku di tempat, namun satu hal yang berbeda, lelaki di deretan paling belakang di samping jendela, enggan memandanginya.

"Bagus, saya sudah memulai pelajaran sepuluh menit yang lalu dan kamu baru sampai Alice."

"Saya terjebak macet Bu."

"Lalu kenapa dengan masker itu?"

Darrel tersentak lalu mengangkat wajah dari acuhnya, memandangi Alice yang juga tengah menatap, tetapi kali ini berbeda, ada isyarat tipis yang tersimpan dibalik sorot tajam itu.

"Kenapa memangnya? Gak boleh?"

"Kamu masih bertanya? Lepas masker itu atau keluar dari ruangan ini?"

"Kalau gitu, permisi," jawab Alice sambil tersenyum. Melangkah memundurkan diri dari sana menuju tempat paling nyaman, yaitu atap.

"Rel, Alice kenapa?"

"Gak tahu."

Bima menoleh, lelaki dengan alis tebal itu terus menunduk sambil mencoret kertas menggambar wajah seseorang, dari yang Bima lihat bisa dipastikan bahwa gadis yang berada di dalam sana adalah, Anna.

"Lo marah karena bokapnya nampar lo?"

"Gak lah, kan gue sendiri yang maju untuk menerima tamparan itu."

"Terus, kenapa kalian seolah lagi ada perperangan dingin gitu?"

"Perasaan lo aja kali Bim."

"Tapi lo lihat gak? Alice aneh, kenapa tiba-tiba dia memakai masker ke sekolah? Apa dia ditampar juga?"

Darrel menghentikan aktivitasnya, debaran dada yang semula berdentum tak tenang sekarang semakin berkecamuk riuh, saat ia mengangkat wajah menatap Bima, lelaki itu hanya menghela napas sekasar mungkin.

"Gak!" Darrel menggeleng. "Jangan menyimpulkan segalanya gitu dong Bim."

"Tapi gue takut kalau itu benaran terjadi, selama sama lo aja dia bahkan beberapa kali hampir ditampar, apalagi tanpa lo."

"Gak Bima."

"Lo juga gak bisa menyimpulkan dengan perasaan lo sendiri Rel, lo tahu apa tentang Papanya?"

"KALIAN BERDUA, KELUAR DARI RUANGAN INI!"

-DARREL-


"Al," suara Bima bersautan dengan angin yang menerjang tubuhnya, Alice terdiam sejenak, menenangkan hati lalu memutar tubuh.

"Iya," jawab Alice tenang, ia memandangi lelaki yang membeku di belakang Bima, tak seperti biasanya, Darrel berubah menjadi orang asing kala mereka bertemu.

Hai Darrel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang