Luka

428 38 18
                                    


Mata canggung mereka bertemu , Maya menjadi salah tingkah sedangkan Aldo bersikap santai meski jantungnya tidak bisa diajak santai, Aldo memilih memejamkan mata, begitu juga dengan Maya

Akhirnya mereka terlelap, hingga tengah malam , Aldo terbangun karena ingin ke kamar mandi melihat Maya meringkuk seperti udang karena kedinginan, tidak ada selimut untuk mereka,

"Tidak ada yang bisa aku gunakan untuk menyelimutinya"

Merasa kasihan Aldo berinisiatif ingin memeluknya,

"Tapi bagaimana jika aku dibunuhnya besok?"

Aldo ragu tapi melihat badan Maya sedikit bergetar dia memberanikan diri memeluknya, badan Aldo cukup untuk menutupi seluruh badan Maya, tak lama tubuh Maya berhenti bergetar

Pagi sudah menyapa dari tadi, tapi mereka berdua masih berpelukan seperti itu

Mata Maya perlahan terbuka, gelap , dia berusaha mengerjapkan matanya berkali-kali masih gelap.

Kepala Maya mendongak keatas melihat wajah Aldo sangat dekat dengannya

"Aldo !" Maya langsung mendorong kuat dada Aldo

"Ada apa?!" tanya Aldo panik

Maya melihat masih ada pakaian utuh dibadannya

"Harusnya aku yang bertanya ada apa! kenapa kamu memelukku?!"

"Semalam kamu kedinginan , tidak ada selimut jadinya aku memelukmu, maaf jika kamu tidak suka"

Maya menjadi tidak enak sudah marah-marah padanya

"Sudah bangun kalian?" tanya ibu dari luar

"Sudah bu"

"Den, ini teman bapak ada yang bisa perbaiki mobil, perlu bapak panggilkan?"

"Boleh pak, terima kasih maaf sudah merepotkan"

"Tidak apa, sebenarnya tadi malam bisa bapak panggilkan tapi bapak tidak teringat dengan dia, kebetulan ibu yang mengingat tadi"

"Tidak apa pak, saya malah berterima kasih"

Bapak itu pergi dan kembali bersama temannya, setelah mobil sudah menyala mereka langsung pulang kerumah.

"Kenapa kalian tidak bilang jika tidak pulang?" tanya Widya

"Tidak direncanakan ma" jawab Maya

"Nanti saja ma aku ceritakan, aku masih mengantuk aku mau ke kamar dulu" Aldo naik ke atas diikuti Maya

"Do, aku obati dulu lukamu, takut infeksi"

"Tidak perlu, hanya luka kecil, aku ingin tidur"

Maya memilih menyegarkan diri, kemudian pergi ke peternakan

Sibuk dengan semua pekerjaan hingga dia melihat jam sudah menunjukan pukul 3 sore, sudah 4 jam dia duduk disini mengerjakan semua tanpa istirahat.

Maya memilih pulang menyiapkan makan malam, meski ada bibi tapi dia merasa bertanggung jawab sebagai menantu dirumah itu.

"Non Maya sudah pulang? mau masak apa kita non?"

"Masak ikan asam pedas saja bi, ayam rica-rica , dan tumis buncis, bibi tolong siapkan bahannya saya mau keatas sebentar"

Maya masuk ke kamarnya melihat Aldo masih tertidur dengan posisi tadi

"Apa dia benar-benar lelah?"

          

Maya membiarkan Aldi tidur dan akan membangunkan jika makanan sudah jadi

"Bi, mama kemana?"

"Oh, nyonya pergi menjemput nyonya besar"

"Nyonya besar?"

"Ibu mertua nyonya Widya dan nyonya Lina"

Maya mengangguk kembali melanjutkan masaknya,

Semua sudah siap dimeja makan, Maya kembali ke kamar memanggil Aldo

"Do ! bangun!"

Aldo diam tak bergerak

"Aldo ! bangun ! makan dulu !"

Maya memegang tangan Aldo yang begitu panas, memeriksa dahinya yang juga sangat panas

Aldo demam, Maya mengambil kain dan mengompresnya

"Do, kita ke rumah sakit saja ya , badanmu terlalu panas"

Aldo mulai menggeleng,

"Tidak bisa ! kamu harus ke rumah sakit, bibirmu sudah terlalu pucat"

Maya turun memanggil bibi dan supir untuk membantu menggendong Aldo ke rumah sakit

"Dok, tolong suami saya demam tinggi"

Selang beberapa waktu, dokter itu keluar,

"Bagaimana dok?"

"Pasien demam karena infeksi pada lukanya, seharusnya dibersihkan dan diberi obat karena lukanya cukup terbuka, untuk sekarang pasien harus dirawat dulu beberapa hari hingga lukanya sembuh"

"Baik dok terima kasih"

Maya mengikuti perawat yang mendorong brankas Aldo ke kamar VIP

"Do, maaf ya waktu itu aku menarikmu berlari"

"Tidak apa bukan salahmu" jawab Aldo yang sudah sedikit bersemangat karena sudah diinfus

"Apa kamu lapar? mau bubur?"

"Aku tidak berselera, kamu sebaiknya pulang , aku tidak apa disini sendiri"

"Aku akan disini, aku merasa bersalah padamu"

"Aku bukan anak kecil, aku bisa sendiri"

"Menurutlah Do, aku akan ke kantin sebentar membeli bubur, kamu istirahat saja dulu"

Aldo mulai tersenyum ketika punggung Maya mulai menghilang,

Maya membawa bubur dan nasi ayam untuknya sendiri

Aldo masih terjaga ketika Maya kembali

"Sebentar aku akan menaruhnya ke mangkuk"

"Buka mulutmu"

Aldo menurut dan menelan sesendok bubur itu,

"Aku bisa makan sendiri, kamu makanlah, pasti kamu lebih lapar"

"Aku bisa makan nanti setelah menyuapimu"

Aldo terus menelan hingga semangkuk bubur itu habis

Maya menyodorkan obat pada Aldo tapi ditolak keras

"Aku tidak bisa menelan obat tablet" kata Aldo malu

Maya menunjukan wajah tidak percaya , bagaimana bisa pria dewasa dan bertubuh kekar tidak mampu menelan sebutir tablet kecil ini?

"Aku aka menghaluskannya, tunggu"

Dengan sabar Maya menghancurkan tablet itu dengan sendok dan mencampurnya dengan sedikit air kemudian sendok itu mendarat kedalam mulut Aldo

"Pulanglah, kamu juga harus istirahat"

"Aku tidur disini malam ini"

"Ta-tapi

Maya tidak mempedulikan Aldo mengambil nasinya , memakannya hingga habis dan kemudian berbaring dikasur samping ranjang Aldo

"Terima kasih sudah mau merawatku"

"Iya, cepatlah sembuh, dan jangan menyusahkanku lagi"

Malam itu Aldo tidak bisa tidur, matanya terus tertuju pada Maya yang sudah ke alam mimpi

"Ada apa dengan jantungku? apa aku perlu sekalian memeriksa jantungku?"

Hingga pagi menjelang Aldo tetap tidak bisa tidur,

Maya mulai terbangun, langsung berdiri menghampiri Aldo

"Aldo ! kantong matamu ! kamu tidak bisa tidur?"

"Sedikit"

"Kenapa tidak membangunkanku?"

"Kenapa membangunkanmu?"

"Aku bisa menemanimu berbincang"

"Aldo !" pintu kamar terbuka , mereka berdua melihat kearah pintu itu

....

TBC

Inheritance Loveحيث تعيش القصص. اكتشف الآن