- - 04 - -

1.2K 167 24
                                    

New Comer



------------------------⭐⭐

'Mungkin dengan menghadirkan pengganti di dalam hidupmu, kamu akan bisa menganggap András sebagai orang biasa. Karena sesungguhnya bukan hanya waktu yang bisa menghapus semua rasa kecewamu, anakku. Namun juga laki-laki hebat yang bisa memuliakanmu selayaknya ratu dalam kehidupan rumah tangga kalian.'

Bukanlah hal yang mudah namun tidak ada salahnya untuk dicoba. Belajar untuk membuka diri, menenggelamkan ego dan mencoba untuk mengisi kekosongan hati. Dengan siapa? Entahlah, mungkin waktu akan menjawab, setidaknya angin bisa menyampaikan pesan kepada alam bahwa aku siap dengan semuanya.

Kembali pada rutinitas. Pekerjaan telah menungguku di atas meja, menjalankan kembali aktivitas yang sempat aku tinggalkan beberapa hari karena cuti mendadak yang aku ajukan karena melihat keberatan di mata orang tuaku ketika aku akan kembali ke kota lumpia ini.

"Seneng ya Bu, bisa extend weekend ke cuti dadakan?" Suara sahabatku mengagetkanku saat aku sedang serius mengerjakan laporan keuangan yang diminta oleh big bos.

"Eh kamu, Jihan gimana? Nggak kecapekan kan kemarin aku ajak muter-muter di kampung?"

"Mana ada, itu anak cerita nggak habis-habis. Sampai ngantuk mataku dia masih juga ngajakin ngobrol semalam. Eh Ta, beneran kata Jihan kalau András mengantar kalian pulang?" Aku mengangguk, Aini seolah enggan mengerti bahwa laporan keuangan yang ada di hadapanku ini harus segera kuselesaikan tanpa ada sedikit pun kesalahan. Mengapa pagi ini dia justru heboh dengan kerempongan yang dia ciptakan sendiri? "Terus-terus?"

"Belok Ain, udah ah ntar aku ceritain. Laporan nih, ditunggu big bos!" Mataku mendelik dengan bibir maju beberapa senti, sengaja. Namun bukannya takut Aini justru menertawakan gayaku lalu pergi meninggalkanku untuk melanjutkan pekerjaannya.

Beberapa bulan terakhir, perusahaan tempatku bernaung sedikit mengalami guncangan ekonomi. Entah bagaimana awal mulanya sehingga seolah semua merasakan dampaknya. Hingga karyawan harus menghadapi kenyataan pahit adanya pengurangan di beberapa department.

Bos besarku bahkan mendatangkan eksternal audit untuk mengetahui dengan pasti bagaimana cashflow perusahaan dijalankan sesuai dengan rule yang telah ditetapkan. Dari sanalah terkuak beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh sejumlah karyawan senior hingga membiat tim keuangan menjadi kalang kabut menyiapkan beberapa laporan tambahan untuk bisa membawa kasus ini ke jalur hukum.

Uang memang bisa membuat mata menjadi buta, tuli dan bahkan mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi. Dari banyaknya alasan yang akhirnya terkuak sesungguhnya tidak lagi bisa memberikan predikat bahwa manusia lebih terhormat daripada hewan, karena kanibalisme di era milenial ini bukan hanya dapat diartikan orang makan orang dalam arti harfiahnya namun juga tersirat karena tindakannya bisa menutup jalan rezeki orang lain atas kejahatan yang sama sekali tidak dilakukannya hanya karena sisi tanggung jawab atas jabatan yang kini diperoleh.

"Ta, laporan sudah kelar belum?"

"Ini masih di print Mas Jo, ada apa?"

"Dipanggil pak bos tuh, disuruh ke ruangan beliau segera."

"Bawa laporannya?" Tanyaku memastikan.

"Nggak, bawa aku. Ya iyalah bawa laporan, dari tadi itu yang ditunggu oleh bos." Mas Johan memelototiku, kami memang bukan anak muda lagi tapi untuk membuat nyaman di kantor tanpa mengingat tumpukan beban pekerjaan, satu-satunya cara adalah bercanda dan menganggap semuanya seperti saudara. Seperti aku, Aini dan mas Johan ini. "Sudah sana, sepertinya ada tamu juga di ruangannya tadi."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DIAWhere stories live. Discover now