ZERGAN : 10.

90 23 5
                                    

Malam kembali menyapa, sepasang insan terlihat di tengah keramaian yang tak hanya berisikan sebaya dengan keduanya saja, tapi nampak pula warga yang berjualan di pinggir-pinggir taman.

Yura dan Zergan mengadakan janji akan bertemu malam ini tadi pagi, lebih tepatnya Zergan yang mengajak, pemuda itu pikir ia bisa menyegarkan Yura yang terus ditemuinya entah berbuat apa di malam hari. Yura sendiri sebenarnya malas, hanya Yura yang tak tahan dengan orang-orang yang bermohon bentukan merengek, maka ia iya kan saja dalam keterpaksaan.

Baru sampai. Yura mendapat panggilan dari ponselnya yang bertuliskan 'tante fany'. Sudah tahu tentang ritual malam Yura kan? Fany menyuruh Yura bergegas pulang untuk mengantarkan pesanan yang baru saja di pack. Yura hampir stress dibuatnya, kenapa tidak saat Yura masih dirumah tadi disuruh, kalau begini membuatnya bekerja dua kali, melelahkan.

"Zer, gue pulang ya? Di panggil Tante, bentar aja," Ucap Yura.

Tanpa menimbang Zergan mengangguk, toh hanya sebentar, mana mungkin ia melarang. Tapi ada satu hal yang hendak lewat di pikiran Zergan. Ah, Zergan langsung menepisnya.

Yura langsung pergi dengan benda kayuh sahabatnya dengan laju lebih cepat sedikit, tidak enak dengan yang ia bilang 'hanya sebentar'. Membutuhkan waktu 10 menit, Yura membawa pesanan yang tidak ia sangka banyaknya, jam 7 tadi Yura sudah mengantar beberapa pesanan, tidak menyangka saja dengan tangan super robot Tante nya yang bisa membungkus bunga tak sampai satu jam.

Yura membawa semua sekaligus, beberapa bunga dipeluk tangan kirinya, berjalan cukup lambat yang memakan waktu banyak. Setidaknya ini tidak terlalu memakan waktu daripada Yura harus bolak-balik seperti biasanya. Ulangi lagi, Yura tidak enak dengan ucapan bibirnya yang mengatakan 'hanya sebentar'.

Pada akhirnya semua tetap menyedot setengah jam, Yura buru-buru mengayuh sepedanya menuju taman bila tak ingin Zergan curiga. Bukan apa, susah ceritanya kalau Zergan mengetahui hal yang memang tak dirahasiakan ini, kalau saja Zergan tahu, anak itu pasti akan berurusan tangan dengan Yura setiap hari dengan alasan bahwa ia peduli.

Yura melakukan rem mendadak. Ia mengecilkan mata ketika bola matanya menampakkan punggung seseorang yang ia kenali.

Oh shit. Ini sudah ke berapa kali Yura terus menemukan teman-teman kelasnya disaat ia bekerja. Kalau yang ditemui Yura sekarang adalah Zergan yang biasa ia jumpai, Yura akan menghindar cepat-cepat. Tapi apa hal nya jika orang ini lah yang Yura harap akan bertemu terus seperti ini dengannya, satu-satunya teman yang telah tahu keseharian Yura, dan—

Orang yang Yura sukai.

Yura turun dari plant sepeda, menjalankan benda tersebut dengan tangannya ke arah Yohan. Yang Yura nampak saat semakin mendekat yaitu Yohan melempar pelan batu-batu seukuran kuku ke danau didepan pemuda itu seperti.. terlihat random.

Yura memarkir sepeda didekatnya yang berdiri di sisi kiri Yohan. Berusaha terlihat santai tanpa gugup meski benak dan jantungnya ingin pindah ke mata kaki.

Yohan menoleh disebabkan bayangan danau menampilkan seseorang yang tiba-tiba muncul hanya berjarak tak lebih sejengkal darinya.

"Yura?"

"Yohan,"

Panggilan nama yang dilontarkan secara bersamaan membuat keduanya saling pandang agak lama sebelum Yura yang membuang pandang karena tak bisa menatap paras Yohan yang justru akan membuat jantungnya bisa-bisa keluar. Yura yang hanya memanggil supaya Yohan terbuyar dengan adanya dirinya, dan Yohan juga yang memanggil Yura bersama tanda tanya nya.

Keduanya bercakap-cakap ringan disertai canggung, Yura yang banyak memulai pertanyaan kecil yang tidak penting, dan Yohan yang menjawab apa adanya. Tentu itulah yang menciptakan kecanggungan malam sehingga Yura harus kembali membuka topik.

ZERGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang