Chapter|10

4.8K 618 7
                                    

Reeya Humeera tengah duduk dengan kaki menyilang, menyesap teh ungu di sofa sembari mendengarkan ocehan suaminya karena keusilan semalam.

"Kadang aku lupa, Humeera. Kau ini anak kecil, anak kecil. Aku sudah duduk di kelas tiga SD saat kau baru lahir. Tentu aku harus sabar dengan kelakuanmu." keluh laki-laki itu.

Ocehan itu sudah terdengar sejak laki-laki itu keluar dari kamar mandi. Gadis itu menatap lekat pada suaminya yang sedang memilih baju, tubuhnya hanya dibalut handuk kimono putih. Dia membelakangi perempuan yang sedang diceramahinya itu.

Arav hampir menabrak sang gadis saat menoleh dan menemukan istrinya sudah berdiri di belakangnya. Dia mundur beberapa langkah. Sang gadis mendelik singkat sebelum berjinjit dan menjitak kepala suaminya pelan. Perempuan itu berdecak pelan dan berkacak pinggang kemudian saat Arav melotot padanya.

"Wajah tampanmu itu masih utuh. Sampai kapan kau akan mengoceh padaku?" keluh gadis itu kesal.

Dia tak menunggu jawaban laki-laki itu sebelum berbalik, kembali ke sofa. Arav mendengus pelan. Laki-laki itu memilih mengakhiri ocehan dan berganti baju.

Arav ikut duduk di sofa setelah berpakaian rapi dan menyerahkan hadiah yang kemarin dipilihnya untuk sang istri.

"Apa ini, Arav?" tanya sang gadis.

"Hadiah ulang tahun." balas laki-laki itu.

"Untukku?" tanya sang gadis lagi.

Arav Pasya menoleh dan menatap istrinya.
"Tentu saja, kau pikir aku membelinya untuk beruang putih itu karena dia menemani tidurku selama 23 hari ini? Malam ini papa mengundang kita makan malam." balas Arav cepat.

Reeya Humeera mengangguk pelan, dia membuka kotak perhiasan itu dan menatap lekat pada gelang dari Arav, suaminya.

"Kau tak suka?" tanya Arav tiba-tiba.

Laki-laki itu tak melihat rasa senang dari wajah sang gadis. Riya Humeera menoleh dan menggeleng pelan.

"Tidak, Arav.. ini sangat indah. Terima kasih." balas sang gadis.

Arav menatap lekat sebelum berdecak pelan, melayangkan protes.
"Kau tak terlihat senang dengan hadiah dariku." gumam laki-laki itu.

'"Tidak, suamiku.. sungguh ini sangat indah. Hanya saja, aku berpikir.. lebih baik kau gunakan uangmu untuk hal yang lebih bermanfaat dari pada membelikan perhiasan untukku." sanggah sang gadis cepat.

"Apa salahnya membelikan istri sendiri hadiah, itupun cuma sesekali. Aku tidak ingin bertengkar cuma karena masalah membeli hadiah, Humeera. Kalaupun tak suka, berpura-pura lah.. aku akan melakukannya setiap tahun." kilah Arav tak kalah cepat.

Reeya menganga sejenak sebelum meraih lengan suaminya.

"Oh, Arav.. jangan salah paham dengan ucapanku. Aku tidak menolak hadiah darimu, tapi bolehkan kau menawariku dulu sebelum memberi hadiah. Lakukan mulai tahun depan, bagaimana?" pinta gadis itu memohon.

"Apa yang ingin kau miliki? Aku akan membelinya sekarang.. tak perlu menunggu tahun depan." balas sulung keluarga Pasya itu.

Sang gadis tersenyum manis, sebelum mengatakan keinginannya. Ada baiknya hadiah ulang tahun baginya bila berupa donasi dan santunan, atau bisa pula posisi tetap untuk beberapa pegawai kontrak di perusahaan keluarga mereka.

Arav mendengus kesal mendengar jawaban istrinya.

"Bagaimana itu bisa menjadi hadiah untukmu, Humeera?" keluh laki-laki itu.

"Ck, kau sangat ketinggalan zaman. Kau tak tahu, selebriti di dunia mendapat hadiah ulang tahun seperti itu dari para penggemar mereka." balas sang gadis.

House of KamalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang