Part ini adalah part tersulit yang aku tulis selama nulis cerita Opportunity. Kenapa? Karena aku mulai tergoda dengan ide-ide buat cerita baru. Sumpah yah, memang benar kalau buat setia sama satu cerita itu cukup susah. Tapi....aku coba menahan diriku sendiri buat tetap konsisten di satu cerita. Pokoknya aku baru boleh tulis cerita baru kalau Opportunity tamat. 🙂
Jadi mungkin feel di part ini kurang. Semoga nggak buat kalian kecewa yahhhh 🤣
Tadinya aku mau update ini kalau di part sebelumnya udah 200 komen. Tapi kayaknya masih luaaammaaaaaa yah. Dan aku jadi ngerasa bersalah sama kalian yang selalu setia kasih vote dan komen. Kalian yang setia nunggu, aku mikir masa kalian harus nunggu makin lama karena komen nggak nyampe target. So aku upload aja deh. 😁
Happy reading. Selamat malam jum'at 🥰
_____
"Jika kau memiliki kemampuan sihir. Apa yang ingin kau lakukan?"
Untuk sesaat Alesha tidak tahu harus menjawab apa. Dia tidak bisa membahas tentang apa yang dia rencanakan secara sembarangan dengan orang lain. Tapi mungkin dia bisa mengatakan garis besarnya pada Chaiden. "Melindungi keluargaku."
"Melindungi keluargamu?"
Alesha bisa mendengar nada heran dalam suara Chaiden. Laki-laki itu jelas menganggap jawaban darinya hal yang aneh. Karena dengan gelar dan kekuasaan yang dimiliki keluarga Devonte tidak akan mudah bagi orang lain untuk mengganggu ketenangan keluarganya. Sayangnya, tanpa Alesha duga bahaya itu datang karena dirinya sendiri. Kehancuran keluarganya adalah bayaran atas rasa cintanya yang berlebihan pada Lazarus. Dan sudah menjadi tugasnya untuk melindungi keluarganya dari kehancuran itu.
"Iya." Alesha menjawab dengan yakin. Dia kemudian mulai berpikir untuk memberikan penjelasan pada Chaiden yang masih terlihat bingung. "Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi hal-hal buruk yang tidak kita duga mungkin saja terjadi. Aku hanya berharap bisa melindungi keluargaku jika aku memiliki sihir."
Dengan sihir, meskipun sihirnya tidak sekuat Chaiden ataupun Lazarus. Tapi jika sihir miliknya bukanlah sihir healing seperti yang dimiliki keluarganya, dia jelas bisa melawan Lazarus. Itu lebih baik daripada dia hanya diam tanpa bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan keluarganya. Saat itu, jika saja sihir miliknya yang kata Mervyn tersegel dalam kalung yang dia pakai sudah kembali menyatu dengannya. Mungkin dia bisa melawan Lazarus dan mencoba menyelamatkan keluarganya.
"Kau benar!" ucap Chaiden tiba-tiba setelah beberapa menit keheningan menyelimuti mereka berdua. "Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi di masa depan."
Alesha mengangguk. Dia merasa lega karena Chaiden memahami apa yang dia katakan dan tidak terlihat curiga.
"Aku juga berharap bisa melindungi orang yang berarti untukku," kata Chaiden pelan.
Alesha merasa bingung saat melihat berbagai emosi berkecamuk dalam mata Chaiden. Entah apa maksud perkataan laki-laki itu barusan. Dia hanya diam dan menunggunya kembali berbicara.
"Peristiwa itu terjadi saat aku masih kecil dan belum bisa melakukan apapun."
Alesha langsung sadar bahwa Chaiden sedang membahas ibunya. Karena nada lirih dalam suaranya sama dengan nada saat mereka bicara berdua di taman waktu itu.
"Waktu itu, aku tidak memiliki kekuatan apapun untuk melindungi ibuku," ucap Chaiden dengan nada pahit. "Kadang aku bertanya-tanya. Kenapa hal itu harus terjadi disaat aku masih kecil dan belum bisa melakukan apapun untuk menyelamatkannya?"
Genggaman tangan Chaiden pada buku yang sedang dibacanya mengerat. Alesha yang melihat hal itu ikut merasakan kesakitannya. Dia sangat tahu apa yang laki-laki itu rasakan. Perasaan gagal yang sangat menyiksa. Gagal karena tidak bisa melakukan apapun untuk melindungi orang yang berharga dalam hidupnya. Bedanya, dia sekarang diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Kesempatan untuk bisa menyelamatkan keluarganya dari tragedi mengerikan karena perbuatannya. Sedangkan Chaiden...laki-laki itu tidak memiliki kesempatan untuk menyelamatkan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPPORTUNITY
FantasyAlesha dikenal sebagai sampah keluarga Devonte. Dia mendapatkan julukan itu karena tidak memiliki kemampuan sihir penyembuhan seperti kedua orang tuanya dan juga kakaknya Mervyn. Namun Alesha tidak pernah perduli, karena kedua orang tuanya dan juga...