CHAPTER 01

259 33 3
                                    

-
-
-

KORIDOR di depan ruang ICU itu telihat suram karena raut cemas dari beberapa orang yang menunggu di sana.

Elang sampai dengan nafas memburu, wajahnya tampak pucat dan tubuhnya bergetar saat melihat Cia, bunda Dea menangis dalam pelukan suaminya, di sana juga ada orang tuanya dan Jonathan.

"Jo." panggil Elang.

"El."

"Gimana bisa?" tanya Elang.

"Dea, dia ditabrak truk pas mau ke apartemen lo." ucap Jonathan menatap mata Elang yang berkaca-kaca.

"Bukannya Dea baru pulang dua hari lagi."

"Suprise bro, buat ulang tahun lo hari ini." Jonathan terkekeh dengan tatapan terluka membuat Elang tidak bisa berkata-kata.

"Kita berdoa saja, semoga tidak terjadi apa-apa." ucap Mona, wanita itu mengusap-ngusap punggung Elang.

Sepuluh menit kemudian seorang dokter dengan jas putihnya keluar dari ruang ICU. "Keluarga pasien?" tanya dokter itu.

"Saya ayahnya dok." Gideon menghampiri dokter tersebut disusul dengan istrinya, Jonathan, Elang, Arka dan Mona.

"Apa pasien dulu pernah mengalami kecelakaan yang membuat kepalanya terbentur?" tanya dokter muda bernama Rafi.

"Iya dok, kira-kira lima tahun lalu." jawab Gideon.

"Akibat benturan keras di kepala saat kecelakaan, membuat luka yang dulu menjadi parah dan memperburuk kondisi pasien, sehingga harus di operasi." jelas Rafi.

"Operasi." beo Elang.

"Benar, tetapi hasil dari operasi itu akan menimbulkan efek samping." jelas Rafi lagi.

"Kalau tidak di operasi?" tanya Jonathan.

"Sayangnya kita harus mengambil tindakan itu untuk menyelamatkan nyawanya."

"Apa efeknya dok?" tanya Gideon.

"Belum bisa dipastikan, setiap reaksi orang berbeda-beda. Segera setujui proses operasinya sebelum memperburuk kondisi pasien. Limabelas menit lagi saya akan memulai operasi." ucap Rafi lalu meninggalkan mereka yang terdiam.

"Ayah akan tanda tangan." ucap Gideon mengikuti suster yang tadi bersama Rafi.

Elang berkacak pinggang lalu menyugar rambutnya kasar dia mempelkan keningnya di tembok rumah sakit dan memukul tembok itu.

"Brengsek." umpatnya. Jonathan menepuk-nepuk pundak Elang berusaha menenangkan sahabatnya.

-
-
-

TIGA minggu sudah sejak Dea menjalani operasi, tetapi tidak ada perkembangan berarti karena Dea masih terbaring koma.

Elang masih setia menunggu kekasihnya itu bangun tanpa memperdulikan kondisinya yang sudah tidak karuan.

Semenjak Dea koma, Elang berubah menjadi dirinya yang dulu, Elang yang dingin dan pendiam.

Bahkan Jonathan saja tidak bisa berbuat apa-apa melihat Elang yang selalu marah-marah pada bawahannya saat melakukan kesalahan sekecil apa pun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 05 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BROKEN HEARTWhere stories live. Discover now