32 - bekerja di rumah druyan

75 11 0
                                    

"Dia seperti gadis di dalam mimpi. Dan kupikir, gadis dalam mimpi seharusnya tinggal di dunia mimpi."

𓆰.

Ghia tidak bisa tidur semalaman karena suara berdentum itu terus terngiang-ngiang di otaknya. Ada begitu banyak pertanyaan yang tersekap di otak Ghia, yang bahkan tidak kunjung mendapat balasan meskipun Sirius sudah berada di dekatnya— membonceng Ghia menuju sumber suara berdentum itu.

"Kamu yakin itu berasal dari daratan?" tanya Sirius.

"Iya. Memangnya semalam kamu enggak dengar?" jawab Ghia.

"Ya siapa tau itu berasal dari lautan."

"Enggak. Aku melihatnya sendiri jatuh di daerah sini. Saat meledak, benda itu bercahaya. Aku melihatnya dengan mataku sendiri, Sirius."

"Oke. Oke." Sirius mengangguk. Dia mempercepat kayuhannya yang membuat Ghia semakin erat mencengkeram ujung kaus anak itu.

Sorot mata Ghia terjatuh pada setiap rumah yang mereka lewati. Rumah itu tampak kosong, sama seperti sebelumnya. Diam-diam Ghia penasaran apakah para penghuni rumah itu juga mendengar suara ledakan malam tadi? Mungkin, mereka tau. Hanya saja, mereka tidak ingin peduli lebih banyak lagi.

Pupil mata Ghia membesar waktu dia melihat seseorang berjalan dengan ember di tangannya. Ghia refleks menepuk punggung Sirius agar berhenti.

"Itu Jay! Itu Jay! Itu Jay!" Ghia menunjuk Jay dengan heboh.

Sirius menoleh setelah menghentikan sepedanya. Baru saja dia mau bicara, Ghia sudah keburun turun dan berlari menghampiri Jay.

"Jay! Jay!"

Jay menoleh.

"Oh. Kamu," ucap Jay, datar.

Ghia sedikit salah fokus pada penampilan Jay yang kini terlihat jauh lebih rapi. Dia tidak lagi memakai celana bahan yang kumal, baunya juga tidak bau amis, dan yang paling penting, sekarang Jay memakai pakaian atas!

"Kamu rapi banget," celetuk Sirius yang baru sampai. Dia juga berpikiran sama seperti Ghia.

Jay melengos dan lanjut jalan, tak peduli bahwa Ghia dan Sirius mengekorinya.

"Kamu mau ngapain?" tanya Ghia.

"Bekerja."

"Tapi kan pelabuhan ke arah sana." Sirius menunjuk arah utara.

"Enggak." Jay menoleh sekilas. "Aku mendapat pekerjaan tambahan."

"Enggak jadi nelayan?" tanya Ghia.

"Karena mau pergantian musim, ikan-ikan pada kabur ke pulau sebrang buat bertelur. Jadinya cuma ada sedikit ikan yang bisa kami tangkap. Itu enggak cukup," ucap Jay, panjang lebar.

Ghia dan Sirius saling bertatapan sambil beroh ria. Mereka terus mengekori Jay dan baru berhenti waktu Jay ingin masuk ke sebuah rumah besar yang sering dikaitkan dengan kata misterius dan mistis.

Ghia terkejut. "Kamu mau masuk ke rumah Druyan?"

Jay menoleh. "Sementara waktu, aku bekerja di sini."

Tingkat keterkejutan Ghia bertambah saat mendengar jawaban Jay. Dia menoleh ke arah Sirius sekilas, lalu beralih ke arah rumah Druyan. Ini seperti keajaiban! Setelah bertahun-tahun lamanya gerbang hitam itu tertutup rapat bahkan sampai dipenuhi oleh tanaman merambat, akhirnya sekarang gerbang itu terbuka lebar-lebar.

Ghia mencegah Jay yang ingin masuk.

"Kamu kerja apa?" Ghia penasaran setengah mati.

"Kemarin malam rumah Druyan kejatuhan benda luar angkasa. Aku enggak tau namanya apa, tapi katanya kayak batu besar. Batu itu meledak dan membuat taman serta seperempat tembok rumah Druyan berlubang. Aku dan pekerja lainnya datang buat memperbaiki itu semua," jelas Jay.

IstirahatWhere stories live. Discover now