51 - D

4.4K 206 0
                                    

« Happy Reading »

"Dingin-dingin gini, enaknya di selimutin kekayaan!" pekik Leo mengusap-usap kedua tangannya sendiri.

"Leo lo menggigil kenapa, njir!?" ujar si Esta memeriksa tubuh Leo.

"Nih, minum dulu teh hangatnya!" tutur Raga, cuek-cuek gini Raga masih punya hati untuk merawat temannya yang sedang sakit!

"Hmm, dingin anjing!" gumamnya, beberapa jam yang lalu Leo memang terjebak hujan, dirinya benar-benar sangat menggigil saat ini.

"Woy woy woy! Hewan-hewan, apa yang kalau di injek gak marah!?" seru Gibran bersemangat, lelaki itu baru saja datang bersama Vargas disebelahnya.

Mereka saat ini sedang berada di markas, tanpa ketuanya. Devian meminta keras kepada mereka semua untuk tidak menggangu kebersamaannya dengan sang pacar.

"Gak ada bego!" sentak Leo masih kedinginan, bahkan selimut tebalnya masih terletak di atas badannya.

"Ada!"

"Apa?" kini giliran Vargas bertanya.

"Kera─mix! Hahahaha ngakak abies!" seringai Gibran menepuk-nepuk pundak Raga di depannya.

"Sakit goblok! Tolol."

"Gak lucu, tuh!" gumam Esta diangguki Leo.

"Kalian gak ngegay?"

"KITA BUKAN GAY!!!" sorak keduanya bersamaan, ada-ada saja temannya itu! Gara-gara kejadian beberapa hari yang lalu mereka selalu di ledekin gay.

"Lo semua prik banget," seru Raga.

"Authornya lebih prik, dia gabut makannya nulis ini!" timbal Gibran ikut-ikutan.

Bengsot kalian, minta saya gebug dadanya!?sampe bunyi aiyaiya -Yebi

°•••••°

Devian mendengus sebal, sejak kedatangan sepupunya tadi dirinya jadi seperti tidak dianggap anak kandung oleh orang tuanya.

"Bundaa, kok Selin aja yang dikasih cemilan!? Punya Dev mana?" pekik Devian melirik sepupunya dengan sudut matanya.

"Anak mami." cibir Selin terkekeh, gadis itu paling suka jika sepupunya ngambek perihal hal kecil berakhir mengadu sang Bunda. Padahal Bundanya itu sangat sayang kepada Selin sama seperti Devian.

"Lo ngapain kesini sih!?"

"Mau nengok sepupu gue dong! Utututu tayang Devian!! Sini kecop manjah." sahut Selin sudah ancang-ancangan mencium seluruh wajah sepupunya, bagi mereka itu hal biasa namun mungkin karena usia mereka yang sudah gede jadi jijik satu sama lain.

"Sel, najis lo! Jauh-jauh anjing, gue udah jadi laki orang!"

"Laki bapak lo! Sok-sokan mau jadi laki, Bunda! Anaknya minta dikawinin nih!" sungut Selin berteriak-teriak.

"Nikah dulu, baru kawin! Bego lo."

"Lah emang beda?" tanyanya sembari mengerjapkan mata, lantas Devian langsung mengerutkan keningnya heran.

"L-lo, serius gak tau?" ucapnya ragu-ragu, dibalas anggukan mantap dari empunya.

"Pfttt!" gelar tawa lelaki itu pecah, Selin dan Venica kayaknya cocok untuk disatuin! Keduanya sama-sama polos!

°•••••°

Ardo menatap datar adiknya, sedari tadi gadis itu hanya mundar-mandir ke ruangan kerja yang ditempatkan oleh Jordan dan Ardo.

"Gak usah gengsi buat masuk kali." cibir Ardo setelah melihat Venica baru berbalik lagi.

Sebab memang dari tadi gadis itu mundar-mandir tidak jelas, tadinya mengantarkan kopi, setelah itu makanan ringan, terus lanjut lagi dengan alasan meminjam kabel data.

DEVIAN [ END ]Where stories live. Discover now