"Hari ini Non Nayra sudah bisa kuliah, sekretaris den Afkar sudah mengurus perpindahan Non Nayra di salah satu kampus negeri di Jakarta dengan prodi yang sama, tata busana'kan, yah? Bibi lupa namanya!"
Nayra terkekeh kecil menimpali kemudian mengangguk mengiyakan.
"Nayra mau minta kontak WhatsApp kak Afkar Bi.""Non Nayra tidak punya?" Tanya Rumi mengerutkan keningnya.
"Kalau Nayra punya, pasti kak Afkar tanya langsung ke Nayra ... mungkin juga tidak," Namun perkataannya hanya ia jawab dalam hati.
"Nanti Bibi kirim, lebih baik Non Nayra siap-siap gih. Nyonya Tania sendiri yang langsung mengantar Non Nayra nanti,"
Nayra mengiyakan bersegerah menuju kamarnya. Status baru, lingkungan baru begitupun dengan teman baru dengan impian yang sama. Bismillah adalah pembukanya.
..••🌾🌾••..
Afkar baru saja sampai dirumah setelah menghabiskan waktu bersama Lyra empat hari lamanya sesuai janji pria itu. Tentunya jauh dari jangkauan kedua orang tuanya.
Setelah bersih-bersih dan makan siang nanti, Afkar akan menyempatkan diri mengunjungi perusahaannya yang sudah dua minggu izin dan tidak diurusnya, semua pekerjaan perusahaan ditumpahkan kepada Erwin sekretaris sekaligus sahabatnya.
Apalagi kerjasama antara perusahaan miliknya dengan perusahaan Meliano sudah ditandatangani oleh Papanya, sudah dipastikan perusahaan miliknya akan berkembang pesat.
Afkar berjalan menuju kulkas membuka dan mendapati sekotak salad buah tanpa pikir panjang ia segera mengambilnya.
"Enak," Ucapnya memberi penilaian.
"Aden, suka?" Tanya Rumi mendapati Afkar didapur setelah beberapa hari tidak dilihatnya.
Afkar menaikkan pandangannya menatap Rumi yang sudah hampir lima tahun bekerja pada keluarga Meliano. Setelah pernikahannya dengan Nayra, Bi Rumi diamankan oleh Tania sebagai asisten rumah tangga dikediaman Afkar dan Nayra.
Afkar tersenyum menimpali, "Lain kali buat lagi ya, Bi!" Pinta Afkar menyendok salad buah tersebut kedalam mulutnya. Mengunyahnya dengan hidmat.
"Itu bukan saya yang buat, melainkan Non Nayra, Den!" Afkar berhenti mengunyah.
"Enak ya Den? Nanti bibi tanyain ke Non Nay-ra."
Bunyi bising dari sendok dan garpu saling bergesekan di atas meja yang terbuat dari kaca, membuat Rumi terlonjak kaget. Kenapa dengan majikannya itu, apa dia salah bicara?
"Tidak perlu, saya tidak lagi menyukainya." Afkar menggeser kotak salad buah yang hanya tinggal separuh itu, nafsu makannya tetiba hilang. Memperbaiki tatanan dasinya dan hendak berdiri menuju kantor.
"Den, pulang ya nanti malam!" Pinta Rumi, membuat Afkar menatapnya heran.
"Saya kasian dengan Non Nayra. karena menunggu Aden pulang, ia harus menunggu sampai ketiduran di sofa hingga subuh."
Inilah alasan Afkar baru bertandang ke dirumahnya, setelah dinyakini tidak ada Nayra dirumah. Bahkan hanya mendengar namanya disebut ia begitu tidak suka apalagi melihat wajahnya secara langsung. Itulah mengapa tetiba nafsu makannya berubah karena salad buah itu adalah buatan Nayra.
"Saya membayar anda untuk bekerja, bukan mengurusi urusan saya!"
Desis Afkar melenggang pergi, dari arah belakang masih dapat ia dengar Rumi meminta maaf padanya. Dan ia tidak peduli itu, moodnya benar-benar kacau.
Pria dewasa itu melonggarkan sedikit dasi yang kerasa mencekik lehernya. Apalagi di depan sana terdengar suara perempuan yang kini berstatus istrinya.
"Kak Afkair udah pulang?" Tatapan mereka saling bersitatap mengisyaratkan ketidaksukaan dari sorot mata Afkar. Ucapan tidak berbobot bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Yang Hilang
Random[FOLLOW SEBELUM MEMBACA]❗❗❗ Mungkin perjodohan adalah hal yang lumrah terdengar bahkan terjadi. Namun siapa sangka, perjodohan akan terjadi pada diri sendiri. Pernikahan yang dilandasi oleh utang kedua orang tua dari pihak perempuan. Seorang perempu...
🥀||• 4. Penantian Panjang
Mulai dari awal