Typo? Kabarin aja!
•
•
•"Jean, kau adalah wakilku. Benar, 'kan?" tanya Ata pada Jean. Sekarang mereka sedang briefing terakhir sebelum berangkat. Ata duduk sebagai pusat, dan yang lainnya berdiri mengelilinginya.
Jean dengan sigap langsung mengangguk sekali sebagai jawabannya. Ata menatap wajah mereka satu persatu sebelum menarik dan menghembuskan napas berat, kemudian menghela napas pasrah. Entah sudah yang ke-berapa kalinya ini.
"Jika terjadi sesuatu padaku, Jean yang akan mengambil alih komando."
Semuanya tersentak. Mereka refleks menggeleng sebagai bentuk protes, tentu saja Jean yang paling terlihat jelas menentang hal itu.
"Dengarkan aku! Ini akan menjadi misi terakhirku. Terlepas dari hidup maupun mati, aku akan tetap mengundurkan diri. Kalian mengerti?"
Mereka sekali lagi mengangguk. Ata menatap mereka sendu kemudian tersenyum.
"Aku akan memecah kelompok kita menjadi dua tim. Tim pertama akan dipimpin oleh 006, bertujuan untuk menyelamatkan 004 dan 007. Kalian harus mendapatkan mereka, meski mayat sekalipun. Dan selebihnya akan ikut denganku untuk menyusup di kediaman musuh."
"Ketua, siapa saja yang akan bergabung dengan saya?" tanya Jean selaku pemimpin tim pertama.
"002, 005, dan 006 akan menjadi satu Tim. Dan 003, kau ikut denganku!" Mereka mengangguk serempak.
"Jika saat misi penyusupan terjadi sesuatu padaku, 003 akan bergabung dengan tim pertama untuk mengakhiri semuanya. Dan hubungi Karma jika butuh bantuan, dia akan membantu kalian atas namaku. Maaf, karena berakhir dengan membebani kalian seperti ini," lirih Ata diakhir kalimatnya dan menundukkan pandangannya.
"Setelah menyelamatkan 004 dan 007, kalian berkumpul kembali di sini. Anggap saja tempat ini milik kalian sendiri. Erwin tidak akan membenci ataupun mengusir kalian, aku bisa menjamin hal itu!"
"Ini bukan perihal tempat persembunyian, tapi tentangmu! Bisakah Anda berjanji akan terus baik-baik saja? Jujur saja, aku harap tidak ada satu pun orang terdekatku yang harus mati," ucap Eren mewakili isi hati semuanya. Ata hanya bisa membalasnya dengan senyum getir.
"Kalian bisa meninggalkan misinya jika itu membahayakan nyawa kalian, aku mengizinkannya. Lagipula masalah ini terjadi karena kesalahan keluarga besarku, meski aku tidak ingin mengakuinya," balas Ata yang berakibat membaranya semangat mereka.
"Akan kami selesaikan misi sesulit apapun!" seru mereka serempak mengejutkan Ata.
Ata terkekeh pelan dan bangkit dari duduknya, "Baiklah, mari kita selesaikan ini!"
Setelah mereka semua keluar, ha ni ya tersisa Ata sebagai orang terakhir di ruangan tersebut. Saat melangkahkan kakinya hendak keluar, tanpa sengaja dia melirik Erwin yang duduk di ruang tengah dengan wajah muram.
Ata segera menghampiri Erwin dan memeluknya. Tidak ada sepatah katapun, hanya sebuah pelukan yang mewakili isi hati.
"Haruskah kau benar-benar pergi?" tanya Erwin memecah keheningan. Dia semakin mengeratkan pelukannya berharap agar Ata tidak pernah pergi.
Ata hanya diam dan tetap memeluknya dengan erat. Dia memejamkan matanya merasakan pelukan Erwin yang begitu hangat.
"Tolong jangan pergi! Jangan tinggalkan aku! Kenapa kau bersikeras pergi meski nyawamu dipertaruhkan?" tanya Erwin sedikit berteriak karena frustasi. Dia tidak peduli apapun lagi selain membuat adiknya menetap.
"Erwin..."
"Jangan katakan apapun! Kau tidak bisa meluluhkanku sekarang. Apa bagimu semua yang kuberikan kurang, sehingga kau lebih memilih pergi dan mati? Katakan padaku apa alasanmu!" Teriak Erwin melepaskan pelukan mereka dan mencengkram bahu Ata erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Fix It [Levi x OC]
FanfictionLevi Ackerman, dokter tampan berumur 26 tahun yang sekaligus pemilik Rumah Sakit ternama. Dia terus hidup dengan penyesalan karena menganggap diri sebagai penyebab kepergian kekasihnya. Ketika dia tahu bahwa Ata-kekasihnya- kembali, dia lagi-lagi be...