"maksud mama apa?," Tanya pak Darwanto dengan wajah kebingungan.
"Cuma sekedar mewanti-wanti, anak muda jaman sekarang dapat kesempatan dikit langsung manfaatin." Ibu Diyah melirik Evan yang semakin membuat laki-laki mati kutu.
"Ohh, papa yakin Evan bukan laki-laki seperti itu." Pak Darwanto menepuk pundak Evan sambil tersenyum bangga.
Erika yang daritadi sedang berpura-pura tidur hanya bisa menahan tawa saat menyadari bahwa mamanya telah mengetahui kelakuannya bersam Evan.
********
Saat mereka tengah sibuk menonton sambil memakan snack, kedua orangtua Erika berpamitan karena ada urusan mendadak yang harus mereka hadiri, sehingga mereka menitipkan Erika kepada Evan dan Tiyo untuk menemaninya malam ini.
"Kemungkinan mama datangnya besok pagi, Tiyo jaga kakak ya," ucap Ibu Diyah mengelus kepala putranya.
"Titip Erika ya Van," pesan pak Darwanto sebelum keluar dari ruangan itu.
Kini ruangan hanya tersisa mereka bertiga, namun suasananya sama sekali tidak terasa sunyi dikarenakan ada Tiyo yang sedari tadi sibuk menonton dan sesekali berbicara soal adegan yang ia lihat di layar televisi.
"Besok uda boleh pulang kan? aku liat kaki kamu bentar." Evan duduk berjongkok di dekat kaki Erika dan memeriksa pergelangan kaki gadis itu. Laki-laki itu juga bisa melihat beberapa luka gores yang terdapat pada betis Erika yang semakin membuatnya merasa bersalah.
"Kaki aku uda ga kenapa-kenapa kok," ucap Erika sambil mencoba mengayunkan kakinya. Akan tetapi ia tiba-tiba meringis saat tanpa sengaja ia menggerakkan kakinya terlalu kencang.
"Ini yang kamu bilang ga kenapa-kenapa?." Evan berdiri dan menatap Erika yang hanya bisa tersenyum kecut.
"Btw Tiyo whispring me that your mom knew we're kissed," ucap Evan yang membuat Erika langsung menutup mulut laki-laki itu menggunakan tangannya kemudian melirik ke arah Tiyo yang sedang menyengir kuda ke arah mereka.
"Tiyo ngerti bahasa Inggris." Erika mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan ekspresi wajah menahan malu.
"Beneran kok, tadi mama liat," ucap Tiyo yang kembali fokus ke layar televisi.
"Diem anak kecil." Erika memasang wajah kesal kepada adik laki-lakinya.
"Uda gapapa, lagian mama kamu ga marah. Cuma daritadi kaya nyindir aku." Evan tertawa saat mengingat setiap perkataan Ibu Diyah seasat setelah ia kembali bersama Tiyo dari berbelanja.
"Ish." Erika memukul dada Evan kemudian membalikkan posisi duduknya membelakangi laki-laki tersebut.
Beberapa saat kemudian Tiyo telah tertidur dengan posisi tengkurap, yang membuat Evan harus memindahkannya ke Sofa kemudian menyelimuti tubuh bocah laki-laki itu. Kemudian Evan berpindah duduk ke samping Erika dan memeluk gadis itu dari samping.
"Sekarang giliran kamu yang tidur," bisik Evan dengan suara lembut ke telinga Erika hingga membuat gadis itu merasakan geli pada area yang tersentuh dengan nafas Evan.
"Iya." Erika mengecup bibir Evan kemudian mengambil posisi untuk membaringkan tubuhnya. Namun segera di cegat oleh Evan.
"Biar aku bantu," ucapnya dengan nada yang masih berbisik agar tidak membangunkan Tiyo.
Evan memegangi punggung Erika kemudian membantu gadis itu untuk membaringkan tubuhnya ke tempat tidur. Saat gadis itu telah berada di posisi terlentang, Evan segera mendekati wajah Erika kemudian mengecup di beberapa area dari wajah gadis itu. Seperti mata, pipi, dahi, hidung dan berakhir pada bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny ( TAMAT )
RomanceRomance 21+ Apa yang terjadi saat dirimu bertemu kembali dengan laki-laki yang pernah mengambil ciuman pertamamu melalui taruhan? Kamu akan tetap membencinya atau menuntut tanggung jawab? Penasaran dengan cerita??? Oh ngga? Yaudah skip skip. ( Min...