12 - Kalau Sama Terus Apa?

547 135 87
                                    


•••••

Tidak ada cinta tanpa luka.

•••••


"Habis ini jangan sampai balik lagi, ngerti?"

Senja mengangguk saja, lagipula siapa yang mau kembali ke tempat ini. Dua hari cukup membuat gadis itu berpikir dua kali untuk kembali 'sakit'.

Dila sejak tadi berada diantara atmosfer kasmaran Nathan terhadap sahabatnya. Sempat heran dengan semua sikap cowok tampan itu. Apa yang membuat Nathan sampai segininya? Bahkan sejak pertama Nathan sudah mengincar Senja. Mengherankan sekali.

"Peran gue sebagai sahabat jadi semu sejak lo datang ke hidup Senja, Nath." sela Dila sambil membersihkan sampah sampah kecil yang ada dalam kamar rawat sang sahabat.

Nathan tersenyum tipis, menatap gadis berambut panjang itu sekilas. "Makasih, ya, udah bagi tugasnya."

Dila sontak menghentikan aktivitasnya. Mendekat dengan langkah panjang, "Nath? Lo masih sehat 'kan?"

Senja yang masih duduk diatas bangsal menatap mereka seksama. "Puji tuhan, masih." Dila melepaskan tangannya dari kening Nathan. Bergidik melihat bagaimana cowok itu betulan gila pada Senja sepertinya.

"Ada orang yang suka direpotin ternyata," ucap cewek itu dengan senyum anehnya. Nathan menatap Senja, lalu beralih lagi pada Dila. "Semua cowok merasa berguna saat mereka direpotkan gadis yang mereka suka, Dila."

Senja tersenyum geli, dan jujur saja senang mendengarnya. Meski perasaannya pada Nathan sepertinya belum ada perkembangan.

"Kenapa?"

"Karena udah jadi sifat alami seorang laki-laki ingin berguna bagi perempuannya. Itu adalah peran kesukaan kami."

Dila memainkan kedua alisnya. "Baik. Silahkan lakukan peran kesukaan anda meski hubungan kalian belum ada kejelasan."

"Sebentar lagi, kemarin gue udah diajak pacaran sama Senja. Tapi gue tolak."

Senja mendelik, memukul bahu Nathan yang berdiri didekatnya. "Orang nggak punya rasa kok ngajak pacaran, mau dibawa kemana hubungannya?" kritik Dila dengan senyum mengejek.

"Belum. Nanti pasti ada, cuma butuh waktu aja." sahut Nathan santai. "Suatu hari gue percaya kita punya rasa yang sama."

Entah ada angin apa, Dila kini tertawa keras. Lepas sekali. "Kalau udah punya rasa yang sama, tapi agamanya beda juga gimana?"

Duh, jujur sekali gadis ini.

"Mau dibawa kemana? Bukannya akad harus di masjid. Kalau di altar, itu pemberkatan."

•••••

"Obatnya jangan lupa,"

"Iya,"

"Kalau makan jangan yang pedes pedes dulu,"

"Jangan gadoin micin,"

"Jangan minum es. Jangan telat makan pokoknya."

"Hmm,"

"Jangan begadang."

"Jangan mikirin yang berat berat---"

"Jangan apa lagi?" sentak Senja yang sudah pusing mendengar semua larangan dari cowok itu.

"Jangan rindu,"

Danum SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang