Dan pemikiran kedua yang paling tepat merasukinya. Neil membantu Winter untuk kabur. Itu sebabnya Winter meninggalkan segalanya di sini. Di tempat dimana Ethan berada.
*******
Ethan kembali ke kamarnya, mengambil bir yang tersedia di kulkas kecil dalam kamarnya. Menghabiskan semua isi bir itu belum juga dirinya mendapati kabar apakah Winter sudah kembali. Ethan beranjak mendekati meja yang sudah di hiasi dengan indah itu, mengusap pelan pinggiran meja itu lalu dengan cepat menyapu semua benda yang berada di atas meja itu.Suara barang berjatuhan memasuki indera pendengarannya. Ethan hanya bisa tertawa. Tertawa dengan menyedihkan. Kenapa saat dia begitu tertarik dengan seseorang rasanya malah semenyakitkan ini? Harusnya dia tak membiarkan Winter mengetuk hatinya. Harusnya dia tetap membekukan hatinya dan menikmati hubungan satu malam.
Bir - bir kecil itu tak bisa membuatnya mabuk, itu sebabnya Ethan memesan beberapa botol minuman beralkohol. Malam ini, Ethan ingin melewatkan semuanya dengan cepat. Ethan duduk di pinggir kolam bersandar pada pintu kaca setelah memenuhi lambungnya dengan berbotol minuman beralkohol itu.
Matanya menemukan memo yang ditinggalkan Winter. Tangannya terurai meraih memo itu kemudian merobeknya menjadi serpihan kecil "Begitukah caramu mempermainkanku,Winter?"
"Apa aku sangat tak pantas bersamamu?"
Ethan meraih dompetnya dan mengeluarkan kartu akses kamar Winter dan membuangnya jauh ke arah laut, namun dengan kesadaran yang mulai berkurang kartu itu hanya mencapai sisi kolam.
"Sialan! Bahkan kartu itu mempermainkanku!"
"Aku tak akan kemana - mana,Ethan" suara Winter mengulang di benaknya. "Kamu berbohong, Winter. Diam! Diam! Kamu menipuku! Apa kamu memberikan kartu itu untuk memastikanku mengetahui niatmu untuk pergi dariku?"
Ethan berusaha berdiri namun gagal, kepalanya sangat berat dan semuanya berputar. "Diam di tempat! Sialan!" Dengan merangkak Ethan meraih kasur namun kakinya seakan tak bertenaga akhirnya Ethan hanya bisa tertidur dengan kepala yang menyandar di sofa ujung kasur.
"Baiklah,Winter.. aku akan mengabulkan keinginanmu.. selamat tinggal"
*********
Winter yang saat ini berada di kapal pesiar benar - benar tak habis pikir ide gila teman - temannya itu. Astaga! Ini bukan hiburan sekedarnya. Mereka mengajaknya tour pulau dengan kapal pesiar 3 hari 2 malam. Winter bahkan kebingungan bagaimana caranya menghubungi Ethan. Pria itu pasti mencari keberadaannya.Neil datang menghampiri Winter yang berdiri di pinggir dak menghadap ke laut lepas "apa yang menganggu pikiranmu"
Winter hanya tersenyum.
"Apa pria itu?"
Winter mengangguk "Aku berjanji menemaninya makan malam dan lihatlah aku bahkan berada di laut lepas. Dia pasti khawatir"
"Bukankah dia pria playboy yang sering kamu ceritakan? Tenang saja, dia pasti tahu cara menghibur dirinya. Lagian lusa kamu bakal kembali. Jadi tak perlu khawatir."
"Ya kamu benar,Neil" entah mengapa ucapan tentang Ethan yang bisa menghibur dirinya menyayat hatinya.
"Ayo kita nikmati makan malam kita. Yang lain sudah menunggumu. Tersenyumlah dan nikmati waktumu." Ucap Neil menghiburnya.
******
Pagi sudah menyising. Matahari bersinar terang. Ethan terbangun dengan cahaya mentari yang tepat mengenai matanya. Kepalanya masih berat efek minuman semalam. Ethan duduk menatap ruangannya yang berantakan. Lalu kembali tertawa. Menertawakan dirinya.
Ethan menuju kamar mandi untuk menyadarkan dirinya, setelahnya ia meraih tas berserta segala perlengkapannya lalu meninggalkan kamarnya. Memesan transportasi untuk mengantarnya ke bandara. Dia akan pulang. Untuk apa dia berada di tempat ini sendirian. Tak ada gunanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Blue (On Going)
Short StoryWinter Sterling - Menginjak kepala 3 , gadis itu selalu bersembunyi di balik penampilan nerdnya. Kacamata besar selalu bertengger di hidungnya. Rambut kepang dengan poni tebal menutupi jidatnya. Hanya satu kelebihannya yaitu kemampuannya dalam mera...