Akhir Sebuah Cerita

8.6K 847 102
                                    

Aku terbangun di sebuah ruangan yang gelap. Merasakan sakit yang luar biasa di belakang kepala. "Aduh," lirihku saat mencoba menggerakan kepala. Kucoba bangkit, tapi tak bisa. Ada sesuatu yang mengikat tangan dan kakiku.

Tek!

Seseorang menyalakan lampu. Aku reflek memejamkan mata, karena silau. "Maafin aku, Syad," ucap Suara yang mirip dengan Risa. Sontak, aku membuka mata. Benar itu Risa.

"Lepasin aku, Sa!"

"Nggak bisa."

"Sebenernya, mau kamu itu apa?"

"Bukan mauku, Syad. Tapi mau ibu dan ayahku. Mereka membutuhkan tumbal untuk kelancaran usahanya."

"Kamu mau jadi pembunuh?"

"Aku sudah bilang terpaksa."

"Berarti kamu sama bejatnya dengan kedua orang tuamu!"

"Ini semua sudah terlanjur, Syad," ucapnya sembari membuang muka.

"Inget, Sa, dosa syirik itu sangat besar. Apalagi ditambah dosa membunuh seorang manusia yang tak bersalah. Itu sama saja dengan membunuh semua manusia!"

Risa terdiam, lalu menatapku. "Tangan aku sudah berlumuran darah, Syad."

"Insya Allah jika kamu bertaubat, Allah akan mengampuninya."

Risa menatap kedua telapak tangannya. "Tanganku sudah merenggut dua nyawa tak bersalah, Syad. Yang pertama adik tiriku, yang kedua temenku."

Seketika itu, aku teringat dengan Leo  dan Rina. "Maksud kamu Leo dan Rina?"

"Dari mana kamu kenal Leo?" tanyanya, terkejut.

"Aku pernah bertemu dia. Jadi dia adik tiri kamu?"

Risa mengangguk, "Aku yang membuatnya terjatuh di tangga."

"Astaghfirullah. Apa kamu gak merasa bersalah?"

"Tidak, semuanya demi ayah."

"Aku ngeliat Rina dan Leo diikat terus dicambuk sama Kakek Tua yang menyeramkan. Kasian mereka, sudah meninggal pun masih terus disiksa."

"Kamu jangan bohong, Syad!"

"Aku gak bohong, Sa."

Risa membalikan badan. Tak lama, terdengar suara isak tangis. "Apa Allah akan merima tobatku, Syad?" ucapnya, terisak.

"Insya Allah, kalau kamu berjanji gak akan ngelakuin ini lagi."

Risa menoleh ke arahku, kemudian berjalan menghampiri. "Kalau kamu ketemu Leo dan Rina, tolong sampaikan maafku," ucapnya lirih, seraya membuka ikatan.

Kriet!

Pintu kamar terbuka. "Kamu ngapain, Sa!" hardik Ibunya.

"Ibu." Risa tampak kaget.

"Ngapain kamu lepasin ikatannya?"

"Cukup, Bu! Mau berapa banyak nyawa lagi yang dikorbankan?"

"Ibu dan ayah kan udah bilang. Ini yang terakhir!"

"Kalau gitu, ambil nyawa Risa aja!"

"Kamu ini apa-apaan! Sebentar lagi ayah datang. Kalau sampe ayah tau kamu ngelepasin dia, bisa habis kita."

Ibunya Risa berjalan mendekat. Dengan sekuat tenaga aku mengulingkan badan, hingga terjatuh dari kasur. "Lari, Syad!" Risa berusaha menghalangi ibunya.

Aku berusaha bangkit, meski kepalaku terasa pusing sekali. Kemudian berlari ke luar kamar. "Lewat pintu belakang!" teriak Risa.

RUMAH DUKUNOnde as histórias ganham vida. Descobre agora