your sticky notes tell

6 1 1
                                    

kalau kau masuk kamar kakakku, kau akan menemukan beberapa sticky notes entah yang ditempel di tembok atau cermin yang malah dipenuhi dengan sticky notes dibandingkan digunakan untuk bercermin (aku yakin kakakku terlalu malas melakukannya karena dia lebih memilih bercermin di kamarku, itu pun saat dia menyisir dan mengucir rambutnya). di mejanya, kalau dia sedang mode tidak rapi, kau juga akan menemukan beberapa sticky notes yang sudah dilepas dari tempatnya ditempel, berserakan begitu saja, tapi dilarang oleh kakakku saat aku hendak membuangnya karena aku risi. aku hanya menganggap kertas kertas warna neon itu hanyalah sampah walaupun nggak dipungkiri ada beberapa tulisan yang sepertinya penting, tapi, kalau sudah dilepas dari tempatnya ditempel, artinya sticky notes itu nggak lagi diperlukan dong?

"yeee, ngarang aja. ini itu berharga tau gak?"

aku nggak tau letak 'berharganya' sebuah sticky notes bekas yang dipenuhi dengan tulisan itu bagi kakakku dari sisi mananya.

akhirnya suatu hari aku paham mengapa kakakku mengatakan kalau sticky notes yang sebagian besar juga merupakan rangkaian to do list yang sudah kakakku kerjakan itu dianggap berharga olehnya.

sebab aku menemukan sebuah buku diary atau jurnal atau buku apalah itu, yang tergeletak di atas meja kakakku, dan kebetulan saat itu dia sedang mandi dan karaoke di kamar mandinya, sehingga aku punya cukup waktu untuk melihat isi buku tersebut.

SEMUA TUGASMU AKAN SELESAI PADA WAKTUNYA ASAL DIKERJAKAN WALAUPUN SAMBIL NGELUH DAN MISUH MISUH

NIH, KAMU NGELUH MISUH MISUH TAPI KAMU BISA NYELESEIN TUGAS TUGAS KAMU

dan di bawah tulisan itu, kakakku menempeli semua sticky notesnya yang sudah lepas dari tempatnya ditempel.

to do list tugas tugasnya yang sudah selesai, rangkaian UTS hingga UAS. Dari semester satu sampai sekarang semester 3.

ah... ternyata sticky notes yang tidak boleh dibuang itu fungsinya sebagai pengingat kalau dirinya mampu dan bisa menyelesaikan tanggung jawabnya di tempat kuliah walaupun beberapa kali mengeluh dan merasa mustahil untuk menyelesaikan rangkaian drama perkuliahannya.

Aku duduk terdiam di tepian kasur kakakku. Mataku menatap tumpukan buku bacaan tebal yang berserakan di atas meja. Meja belajar dan kasurnya memang selalu berantakan sama seperti pikirannya yang berisik, tapi aku melihat usahanya untuk rapi dalam mengerjakan sesuatu. Walaupun di luar kelihatan malas malasan seperti orang tak punya gairah hidup, kakakku, aku akui wawasannya lebih luas tapi dia diam saja. Dia seperti nggak mau menunjukkan kalau dia tau beberapa hal, karena dia lebih suka mendengarkan pendapat orang lain dulu.

A seed grows with no sounds. But a tree falls with huge noise. Destruction has noise, but creation is quite. This is power of silence. Grow silently (Dapat dari pinterest, tapi lupa quotesnya punya siapa, yang jelas bukan punya saya karena saya bukan orang bijak)

"Ada pelangiiiii... di bola matamuuuu...." dia bernyanyi dengan tangan kanan mengepal yang diposisikan di depan bibirnya sebagai mick. Sebuah handuk masih tergantung di lehernya yang menandakan dia baru saja selesai mandi. Sambil mengusap wajahnya yang masih basah, dia pun bertanya padaku, "Ngapain lu di kamar gue? Mau minjem duit ya?" katanya penuh selidik walaupun wajahnya menurutku jenaka. Padahal di satu sisi, tak bisa dipungkiri, wajahnya memang jutek dan judes. Tapi percayalah. Kalau di rumah, dia adalah badut pelawak.

"Maksud quotes yang ini tuh apa?" aku menunjuk ke arah satu quotes yang aku baca tadi, yang artinya belum aku pahami sebab bahasa inggrisku masih terbata-bata dalam mengartikan sebuah kalimat.

"Widih, widih, bocah SMP kayaknya mau ngajak gue deep talk nih." katanya terkekeh, sementara aku masih menunggu jawabannya. "artinya tuh, sebuah biji tumbuh tanpa suara, tapi pohon tumbang dengan suara berisik yang keras. Destruksi memiliki suara yang berisik, tapi sebuah kreasi itu diam. Ini adalah kekuatan dari keterdiaman. Tumbuh dewasa dalam diam."

BisingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang