"Ambilin kompres aja tapi mending makan dulu, biar bisa minum obat," titah Nino membuat Nila mengangguk paham, karena Nino berbisik dan hanya Nila yang mendengarnya.

"Mas tolong ambil obat dong. Aku ngak tau, Zelin suka minum obat pil atau sirup," bisik Nila menarik pergi Beni.

Beni mengangguk mengerti, "Aku ambilin aja ya," Nila menganguk lalu pergi mengambil nasi dan kuah sayur bening.

"Dek? Makan dulu nanti makin parah loh sakitnya," ucap Tia melihat Nila masuk membawa mangkuk makanan.

"Makan jangan nolak!" Tegas Nino melihat bibir Zelin akan menolak, sudah hapal betul hanya Nino yang tidak bisa ditolak oleh putrinya.

Dengan berat dan lemas, Zelin mengangguk. Dibantu Nino untuk menyandarkan tubuhnya disandaran ranjang. Menerima setiap suapan dari Tia dengan lahap. Karena ini bukan bubur hambar yang biasa dikasih orang sakit.

"Makanannya enak, ambilin lagi dong tapi pakek lauk juga," ucap Zelin menatap melas Tia.

"Mau lagi sayang?" Zelin mengangguk saat Tia mengelus rambutnya dengan lembut. "La, tolong ya?"

Nila yang baru saja datang dengan membawa kool lever dewasa, mengangguk dengan senyum kecil. Menyodorkan alat kompres instan juga menerima mangkuk bekas Zelin.

Tia menyibakkan pelan anak rambut yang menghalangi dahi Zelin sebelum menempalkannya disana. "Sehat sehat ya sayang," guman Tia.

"Bunda?" Tia menatap bola mata anaknya, tanda menunggu lanjutan Zelin. "Dingin banget Bunda,"

Tia tersenyum lembut sebelum menjawab. "Kalau panas ya neraka sayang," ucapnya entah itu lelucon atau serius.

"Bunda, tunggu aku sembuh ya,".

"Kenapa? Kok tunggu sembuh?"

"Biar bisa gelud lagi sama Bunda," Zelin terkekeh melihat wajah datar Tia.

"Masih sakit juga, kok bisa bisanya kepikiran mau gelud lagi," sahut Beni datang membawa botol kecil ditangannya.

"Ngak gelud ngak rame, wle."

"Ini Bunda," ucap Nila menyodorkan mangkuk yang telah diisi makanan. "Makasih. Kalian lanjut makan aja nanti setelah selesai ini, Bunda ikut makan," titah Tia membuat semua orang mengangguk.

Nino, Beni dan Nila kembali ke meja makan dengan tidak menutup kamar Zelin, agar memudah dipantau dari meja makan tentunya. "La tolong ini nanti kamu buang aja, udah sepuluh menit juga," titah Nila melihat Nino menggeser piringnya lalu mengambil makanan lagi.

"Kenapa Yah? Kan belum dimakan sesendok pun," tanya heran Nila saat didapati senyum misteri dari Nino bahkan Beni juga. "Nanti juga tahu,"

æ

"Kamu tidur disini aja ya? Temenin Zelin biar cepet sembuh," ucap Nino yang masuk kedalam kamar Zelin melihat dua orang yang sedang berdebat itu.

Zelin itu tipekal sedikit aneh, jika sakit harus ditemanin jika tidak makin parah sakitnya. Pernah dulu saat Tia ikut dinas, Zelin sakit tapi dirumah tidak ada orang karena Beni sendiri masih menempuh pendidikan diluar negri. Alhasil Tia harus pulang.

ZELIN untuk ARDAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang