Zelin menatap gedung yang tidak bertingkat itu dengan bingung. Kernyitan di dahinya sangat jelas di tambah panas cuaca hari ini. Tidak banyak orang berlalu lalang di sini.
Zelin menoleh kebelakang dikala mendengar suara pintu tertutup, menampilkan Ardan yang tersenyum kecil kearahnya. Tangannya mengantung untuk Zelin segera menerima ulurannya.
"Kita ngapain ke sini, Bang?" Tanya Zelin tidak menerima uluran tangan dan malah menanyakan perihal kedatangannya.
"Jadi gini, gue punya tugas pengamatan dari dosen. Lo tau sendirikan namanya pengamatan pasti membuat laporan dan bukti. Dan punya gue udah hampir selesai cuma belum ada foto, nah mangkanya gue ngajak lo kesini." Jelas Ardan membuat Zelin mengerti.
"Jadi maksud lo bawa gue kesini, buat jadi model foto?" Tanya Zelin yang diangguki ragu-ragu oleh Ardan.
"Kenapa ngak cari di google? Lagipula ini cuma masalah foto doang, kan?"
Ardan melirik kanan kiri mencari jawaban yang tepat tentang pertanyaan Zelin. "Ehm..., itukan kayak nyolong," cicitnya.
"Yaelah dulu lo maling mangga segepok, santai santai aja tuh," ujar Zelin.
"Udahlah ayo cuma foto setelah itu tugas gue selesai biar bisa gue kumpulin juga," Ardan menarik paksa tangan Zelin tetapi tidak kuat.
Zelin mendengus melihat, berjalan dengan ogah ogahan. Setelah masuk ke dalam gedung yang sangat asing baginya. Tapi yang membuatnya heran, tidak banyak orang mengenal Ardan.
"Bang?" Bisik Zelin membuat Ardan menoleh. "Kenapa?"
"Kok banyak yang kenal sama lo?" Lagi lagi Ardan hanya diam enggan menjawab pertanyaan Zelin.
Mereka masuk di satu ruangan yang khusus untuk foto. Terlihat sepi hanya suara ac menyala. Mungkin orangnya masih makan siang, mengingat ini pukul 12 lebih.
"Lo ganti baju dulu," titah Ardan menyerahkan baju persit yang entah darimana Ardan mendapatkannya.
"Perlu banget gue pakek?"
"Ck! Lo itu jadi model ibu persit bukan model duta sampo pentin," decak sedikit kesal Ardan membuat Zelin mendengus lagi.
Mengambil kasar lalu menyodorkan tas mininya. Kemudian berjalan ke kamar mandi yang nyatanya sudah di sediakan. Butuh waktu lima menit untuk Zelin berganti.
Zelin membuka pintu sambil membenarkan rok span yang lumayan ngepas bodynya. Bahkan ia terlihat sangat cocok menggunakan baju itu. "Sumpah, gue ngak mau pakek baju beginian lagi," gerutunya masih membenarkan roknya.
Sedangkan Ardan yang ternyata sudah mengganti bajunya dengan seragam TNI AD terlihat sangat gagah. Jika disandingkan Zelin dan Ardan terlihat seperti pasangan pengabdi negara yang sesungguhnya atau dalam artian sangat cocok.
"Pak Ardan, sudah siap? Jika sudah mari kesini agar sesi foto tidak butuh waktu lama," ujar tukang foto dengan sopan.
Ardan memgangguk lalu matanya menoleh saat ada yang mendekatinya. Seorang gadis cantik berdiri di sampingnya dengan wajah kesal. "Kenapa?"
"Roknya ngepres banget,"
"Namanya juga rok span. Sudah kalau pengen cepet dilepas, kita foto dulu,"
Mereka berdiri bersampingan dengan blackground kain warna biru. Tinggi Zelin yang hanya sebatas dagu Ardan, membuatnya harus dibantu naik oleh bantal kecil.
"Oke dalam hitungan 1, 2, 3, senyum," aba aba dari tukang foto.
Butuh waktu hampir lima belas menit untuk sesi dua pasangan. Sekarang tinggal Zelin foto sendiri karena tadi Ardan sudah melakukannya diawal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELIN untuk ARDAN ✔
General FictionFOLLOW DULU BARU BACA!! "Zelin ngak mau nikah Mak!! Jangan paksa Zelin atau Zelin bakal loncat!!" Ancam Zelin memegang erat erat pinggiran pembatas rooftop. "Loncat aja kalau berani. Bunda juga bakal ringan bagi harta gono gini ngak perlu dibagi," k...