Bab 15

13.9K 1.5K 78
                                    

Dian dan Jessie berjalan di lorong rumah sakit dengan Dian yang mendorong koper miliknya. Dian dan Brenda langsung masuk ke dalam kamar rawat inap dimana Julian berada.

Dian masuk dengan debaran jantung yang kencang, pikirannya melayang kembali kepada kejadian ketika Julian di rawat di rumah sakit juga, dimana Juna memarahinya habis - habisan bahkan menuduhnya macam - macam.

Dian masuk dan tatapannya langsung bertubrukan dengan mata Juna yang terlihat sangat kelelahan. "Kamu pulang, biar Julian aku yang jaga," Ujar Jessie kepada Juna yang tidak mau mengalihkan tatapannya dari Dian.

"Nggak, aku mau jagain Julian," balas Juna dan membuat Jessie menatap Juna dengan sebal.

"Kalau gitu saya pamit pulang ya mbak," Pamit Dian kepada Jessie yang kini sedang mengelus - elus kepala Julian yang tertidur.

"Sebentar," Ucap Jessie. Wanita itu mengecup kepala Julian kemudian menepuk pelan pipi anak laki - lakinya itu sambil membisikan sesuatu yang Dian tidak tahu apa itu. Tak lama Julian membuka matanya dan menatap Jessie dengan wajah ingin menangis.

"Mami, it's hurt, my feet hurts," Ucap Julian sambil menatap Jessie yang kini hanya menganggu sambil mengecupkan wajah Julian dengan ciuman.

"Look, whos there?" Ucap Jessie sambil menunjuk Dian. Julian menatap Dian namun pria kecil itu hanya diam sambil menahan tangis.

"Tante Di," Gumam Julian.

"Tante Di hate me mi. Tante jenn bilang aku nakal makannya nggak ada yang suka sama aku, semua benci aku," Ucap Julian. Juna yang mendengar itu langsung menatap Julian kaget karena mendengar apa yang diucapkan Julian. Juna tidak pernah mendengar aduan mengenai Jennifer dari ucapan Julian.

Jessie diam ditempat sambil mengepalkan tangannya, lalu menatap Juna dengan tajam. Jessie kemudian mengatakan bahwa semua yang diucapkan oleh Jennifer salah, semua orang pasti akan menyukai Julian karena Julian anak yang begitu pintar.

"Juna, kita harus bicara di luar. Dian, maaf kalau aku repotin kamu, but i need you help, jaga Julian dulu ya," Ujar Jessie kamudian pergi keluar ruangan disusul dengan Juna.

"Hai," Sapa Dian. Hati Dian sangat sakit melihat Julian yang kini tidak mau menatap wajahnya.

"Julian mau tante bacain cerita?" Tanya Dian. Namun Julian hanya diam tidak menjawab ucapan Dian. Namun Dian tetap membacakan sebuah dongeng yang selalu masnya ceritakan saat dia ingin tertidur dulu. Dean sangat suka membaca dari kecil dan memiliki toko buku adalah sebuah impiannya dan sekarang pria itu sudah bisa memiliki toko buku sendiri dan sekarang Dian yang dipercaya masnya itu untuk menjadi manager di sana.

Dian menceritakan tentang dongeng si singa dan si tikus yang jahil, kemudian Dian juga menceritakan tentang si kancil dan juga sekumpulan Buaya.

Dian melihat Julian yang kini sedang menatapnya seusai Dian menceritakan tentang si kancil dan sekumpulan buaya.

"Aku mau kaya kancil, kancil pintar," Ucap Julian. Dian tersenyum kemudian mengelus kepala Julian yang sedikit benjol karena jatuh dari tangga.

"Julian kan sudah pintar," Balas Dian sambil tersenyum membuat Julian tersenyum juga.

"Tante Di, are you hate me?" Tanya Julian. Dian menggeleng. "Tante Di nggak pernah benci Julian," Jawab Dian.

"Tante Jenn bilang kalau tante Di hate me, that's why tante Di bohong sama aku kalau mau kasih kado saat aku ulang tahun," Ucap Julian. Dian memejamkan matanya mencoba untuk menenangkan hatinya ketika mendengar segala fitnah yang Jennifer ucapkan.

"Gimana kalau Julian sembuh nanti kita pergi ke toy store, tante bakal beliin satu mainan yang Julian mau sebagai permintaan maaf tante."

"Waktu ulang tahun Julian, tante sudah belikan kado untuk Julian, tapi sayangnya rusak jadi tante harus cari kado baru lalu saat tante mau cari kado baru tante harus pergi ke Bali untuk kerja dan nggak sengaja ketemu maminya Julian dan saat tahu Julian sakit tante Di dan mami Jessie langsung kesini untuk melihat keadaan Julian." Cerita penuh karangan dari Dian di dengarkan Julian dengan seksama, anak itu terlihat berpikir.

"So, you and mami are friends?" Tanya Julian dan Dian mengangguk.

"Jadi tante Di nggak benci aku? Kado yang tante di mau kasih ke aku rusak? Terus tante di harus ke Bali karena urusan kerjaan? Makannya nggak bisa main sama aku?" Tanya Julian dengan mata berbinar. Dian menganggukan kepalanya.

"Kalo gitu Tante Di harus peluk aku. Aku lagi sakit, harus banyak dipeluk," Ucap Julian sambil merentangkan tangannya meminta agar Dian memeluk pria kecil itu dan Dian sangat tidak keberatan memeluk Julian.

***

"Liat apa yang pacar kamu perbuat ke anak aku?" Tanya Jessie dengan sebal ketika dia dan Juna baru saja keluar dari ruangan Julian.

"Puas kamu buat anak aku kesakitan?" Tanya Jessie dengan mata memerah.

"Jess, tenang dulu," Ucap Juna.

"Tenang? Tenang gimana? Anak aku kakinya patah dan harus pakai gips gitu mana bisa kau tenang?"

"Julian anak aku juga," Ujar Juna dan membuat Jessie terdiam.

"Aku nggak mau tau pokoknya balik dari sini aku mau panggil pengacara ku, aku mau hak asuh Julian sama aku," Ucap Jessie membuat Juna marah.

"Nggak bisa, Julian harus tetap sama aku," Ucap Juna.

"Gimana mau sama kamu kalau anak aku dibuat rusak fisik sama mental sama pacar mu itu. Perempuan itu yang mau kamu nikahin kan? Kamu ingat kamu itu duda anak satu, kalau mau menikah pun harus sama wanita yang punya perasaan sayang sama anak kamu," Ucap Jessie yang kini mati - matian menahan suaranya agar tidak tinggi karena keduanya sedang ada di rumah sakit.

"Selama ini yang aku tau dia sayang sama Julian," Ucap Juna.

"Kamu harusnya bisa bedain mana perasaan sayang yang benar dan mana yang salah. Kamu pinter, IQ kamu juga tinggi, tapi ngebedain perasaan sayang aja kamu kesulitan?" Juna terdiam.

"Kamu boleh nikah sama Jennifer, itu suka - suka kamu, tapi aku pastiin kalau kamu nikah, Julian sama aku. Belum jadi ibu sambung aja sudah buah Julian luka kaya gini, bahkan dia ngerendahin anak aku," Ucap Jessie yang kini tidak bisa menahan nada tingginya. Juna hanya diam dia sudah tidak bisa membela apapun, membela diri sendiri pun akan semakin memperlihatkan betapa bodoh dirinya.

TBC...

SUDDENLY BEING MOM // #3Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt