Ep. 4 : Alsa dan Gamma

53 15 17
                                    

.

.

Hari ini seperti hari yang cocok untuk kena karma. Entah mengapa setelah perihal baterai, dan ongkos pulang, kini kuota hariannya sudah lebih dulu habis!

Tahu bagaimana rasanya? Alsa ingin sekali berteriak sambil mengacak-acak kafe itu. Peduli amat mau dikata gila. Malah sepertinya sudah gila betulan.

Alsa benar-benar terjebak. Luar biasa sekali hari ini.

Hanya karena mengikuti Gamma, penderitaannya jadi tak henti-henti. Cewek itu sungguh menyesal. Andai waktu bisa diputar seperti oreo, Alsa ingin sekali menjilat dan mencelupnya.

Saat ini, Arjuna adalah satu-satunya harapan Alsa. Cowok itu mungkin punya kuota atau pulsa, Alsa bisa hotspot atau meminjam ponselnya.

Oke. Cuma Arjuna. Kalo gak, gue gak bisa pulang. Katanya. Menyemangati diri dalam hati.

Tapi begitu melihat Arjuna bersama sekitar 9 orang teman-temannya, niat Alsa kembali surut, keberaniannya kembali ciut.

Dan selama 1 jam, Alsa hanya bolak-balik memperhatikan Arjuna dari kejauhan. Membuat beberapa orang di sana menatapnya dengan aneh. Untung tidak terlalu ramai.

"Cuy, itu cewek lo?" Tanya salah satu teman sepertongkrongan Arjuna yang sejak tadi memperhatikan Alsa.

Yang diajak bicara praktis langsung menoleh. Ia melihat Alsa menyender pada pintu kafe dengan mata tertutup dan wajah meme tak bersemangat.

"Bapak lo warna pink," sangkalnya, lalu berdiri. Berniat menghampiri Alsa. Takut-takut cewek itu sedang kerasukan kuyang, Arjuna tidak mau berpura-pura tidak peduli begitu.

Arjuna membuka pintunya tiba-tiba. Dan tebak apa yang selanjutnya terjadi? Bukan! Bukan comeback BLACKPINK!

Alsa terjatuh dipelukan Arjuna. Ah bukan pelukan - itu terlalu dramatis. Lebih tepatnya, Alsa terjatuh dan Arjuna dengan reflek menangkapnya.

"Ih kaget!!!"

"Ih kaget~!" Suara Arjuna. Ia meniru apa yang barusan Alsa ucapkan. Bedanya kali ini dengan suara banci perempatan.

"A-apa sih lo!"

"Lo ngapain begitu? Gak tau malu. Kalo ngantuk tidur di rumah," kata Arjuna, dengan logat tengilnya.

"Gue... gue boleh minta hotspot?" Kalau biasanya Alsa ngegas dan bawaannya ingin marah-marah terus jika di dekat Arjuna, kali ini lain. Sebisa mungkin Alsa menunjukkan wajah sedih, sesedih mungkin agar Arjuna mau membantunya.

Tapi laki-laki itu malah tertawa, lantas menggelengkan kepalanya. Persis sama ketika Ayah sedang memberi nasihat, "bocil, bocil. Sini gue kasih tau," ia mendekatkan wajahnya pada wajah Alsa.

Membuat siulan goda muncul dari teman-teman Arjuna yang sedari tadi memperhatikan mereka dari jarak tak terlalu jauh. Tapi hal itu tak membuat Arjuna mundur.

"Makanya jangan sok galak jadi orang. Giliran lo butuh jadi susah sendiri kan," katanya. Dengan nada sarkas, dan decihan ujung kalimat.

Alsa tidak bersuara, ia pasrah sekali sampai-sampai ingin melakukan panggilan darurat dan Meminta tolong pada Om Pemadam saja.

"Gue juga lagi gak ada paketan. Ayo, gue anterin balik aja," Arjuna menarik tangan Alsa menuju parkiran tempat motornya terparkir.

[✔] √900 day'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang