10-Keinginan yang Gagal

9 1 0
                                    

Baru saja setelah beritanya tersebar pada anak-anak hukum, mereka langsung menemui Seokjin dan ada beberapa yang berpihak pada Han Joo.

Awalnya saat tau banyak yang mau membantu nya, Seokjin merasa lega, tapi pada akhirnya itu malah membuatnya pusing.

"Cukup! Cukup! Semuanya berhenti berbicara!" tegas Seokjin menenangkan kerumunan yang ada di depan pintu kelasnya.

"Apa kalian bisa diam sebentar?! Kita pergi ke luar dulu," ucapnya lalu pergi lebih dahulu.

Yoongi yang sedang menuju keluar setelah mengikuti kelasnya menjadi heran saat melihat banyak orang mengikuti Seokjin.

"Apa yang terjadi?" gumamnya lalu pergi mendekat.

"Seokjin-ssi, aku bisa membantu mu tenang saja! Kita bisa bekerja sama."

"Aku juga! Kamu bisa bekerja sama dengan ku!"

"Aku!"

"Aku!"

'Ada apa? Kenapa semuanya ribut begini?'

Yoongi terus memperhatikan Seokjin yang sedang menangani anak-anak hukum itu.

Sampai pada akhirnya Seokjin melihatnya.

"Ee...emm..."

Seokjin mengarahkan matanya ke arah lain dengan cepat, untuk meminta Yoongi pergi menjauh.

Awalnya Yoongi tidak mengerti dengan kode yang di berikan Seokjin itu, tapi setelah berfikir dia akhirnya mengerti.

Yoongi segera bersembunyi di balik gedung fakultas Teater dan Flim.

"Masalah ini akan ku pikirkan dulu! Tapi, kalian bisa mencari Min Yoongi dan meminta pendapatnya, dia yang akan membantuku memecahkan masalah ini!" ucap Seokjin lalu kabur dari sana sebelum ada yang menangkapnya.

Seokjin berlari mengelilingi gedung fakultasnya, untuk menghindar dari kejaran. Awalnya mereka memang mengejar, tapi Seokjin lari dengan sangat cepat jadi mereka tertinggal jauh.

"Hah...hahh... ayo cepat pergi dari sini! Kita harus pergi ke gedung Dekanat sekarang!" Seokjin menepuk pundak Yoongi yang sedang bersembunyi smabil ngos-ngosan.

"Untuk apa?!"

"Bertemu profesor Dong Mi! Ayo cepat! Kalau kamu mau di geroboli anak-anak tadi, diam saja di sini!" ucap Seokjin sebelum pergi meninggalkan Yoongi.

"Hah?!"

Yoongi mendengar suara keributan yang mendekat ke arahnya, dia kaget saat melihat segerombolan orang mengarah ke arahnya. Dia langsung paham dengan apa yang di maksud Seokjin tadi.

"Sialan!" Yoongi segera berlari mengejar Seokjin.

'Seumur hidup ku, aku baru pertama kali seperti ini! Seharusnya aku tidak perlu membantu orang itu sejak awal.'

Seokjin dan Yoongi sekarang menjadi pusat perhatian, karna berlari kencang di kawasan kampus.

"Hahh...hah... akhirnya." Seokjin sampai lebih dulu di gedung Dekanat lebih dulu.

Dia tentu segera masuk dan bersembunyi di balik dinding di dekat pintu masuk.

Tak lama setelah itu Yoongi pun ikut menyusul.

"Syut...sini," panggil Seokjin.

Yoongi menoleh kesana sini karna kebingungan mencari arah suaranya setelah lelah berlari.

"Sini!"

Yoongi akhinya menemukan Seokjin dan dia pun segera ikut bersembunyi juga.

Mereka berdua diam sampai suara keributan itu menjauh.

Kamu akan menyukai ini

          

"Akhirnya..." ucap Seokjin lega.

Yoongi juga menghembuskan nafas lega, dan dia langsung mengeluarkan hawa yang tidak enak pada Seokjin.

"Ck! Sudah, sudah, lebih baik kita segera ke ruangan profesor Dong Mi," ucap Seokjin.

"Untuk apa ke ruangan saya?"

Baru saja Seokjin ingin berbalik, suara profesor Dong Mi malah mengagetkannya.

Di hampir saja jatuh kalau tidak ada dinding di sampingnya.

"Profesor!"

"Ada apa?" tanya profesor Dong Mi.

Seokjin menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum berbicara.

"Prof. ada yang ingin saya bicarakan masalah bantuan besar yang anda berikan," kata Seokjin.

"Kamu ingin meminta saya untuk membatalkan perkataan saya tadi?"

Seokjin pun menganggukan kepalanya dengan ragu-ragu.

"Baik, itu mudah," jawab profesor Dong Mi.

mendengar itu Seokjin dan Yoongi kaget dan keheranan.

"Tapi..."

Sayangnya setelah mendengar kata 'tapi', Seokjin menjadi sangat gugup.

"Kamu harus bekerja sama dengan Choi Hana."

"Apa?!" Seokjin kaget tapi bukan dia saja yang seperti itu, tapi ternyata Hana juga ada di sana.

"Hah?! Sejak kapan kamu di sana?!" tanya Seokjin kaget saat melihat Hana berada di belakang profesor Dong Mi.

"Aku sudah bersama profesor Dong Mi sejak tadi," jawab Hana. "Prof., kenapa keputusan anda berubah?" lanjutnya pada profesor Dong Mi.

"Seperti permintaan Seokjin, aku bisa membatalkannya, tapi kamu tetap harus melakukan itu, oleh karna itu lebih baik kamu bekerja sama denganya," jawab profesor Dong Mi. "kamu bisa menolak, tapi apa kamu bisa menerima tatapaan tidak terima dari anak-anak lain?" tanya beliau.

Hana pun terdiam.

"Kalau kamu bekerja sama dengan mereka, aku bisa mengatakan kalau Seokjin yang meminta agar hanya satu orang saja yang membantunya, dan itu adalah kamu, karna kamu juga memberikan saksi tadi siang," jelas profesor Dong Mi.

Mendengar penjelasan itu Hana tidak bisa melawan. "Baiklah profesor."

Dia melihat ke arah Seokjin sekilas dengan tatapan pasrah. "Hahh..."

"Kalian bisa keluar sekarang aku akan mengatakan ini dulu pada profesor Myun Suk," ucap profesor Dong Mi.

"Baik, prof.," jawab Hana dan Seokjin bersamaan, tapi Yoongi hanya diam dan tidak melihat profesor Dong Mi sama sekali sejak tadi.

Setelah itu Hana pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun.

Profesor Dong Mi mentap Seokjin. "Kenapa tidak pergi? Apa ada hal lain yang ingin di bicarakan?" tanya beliau.

"Ah! Maaf prof., ayo kita pergi," ucap Seokjin dan pergi bersama Yoongi.

Di luar gedung Yoongi berpisah dengan Seokjin, sementara Seokjin sibuk mencari ke arah mana Hana pergi.

"Aku pergi dulu, kamu bisa menghubungi ku nanti," ucap Yoongi.

"Hmm..."

'Kemana anak itu pergi ya?' Batin Seokjin kebingungan.

'Aku pergi ke gedung fakultasnya saja.'

Seokjin pun pergi ke gedung Fakultas Hukum dan betul saja, dia bertemu Hana di sana.

"Apa lagi?" tanya Hana dan terus berjalan seperti mengabaikan Seokjin.

"Berikan nomor telpon mu, biar nanti kabar selanjutnya bisa aku kasih tau lewan chat," ucap Seokjin sambil berjalan mengiringi Hana.

"Hahh..."

Hana pun berhenti berjalan lalu memberikan ponselnya. "Nihh..."

Seokjin pun mencatat nomor yang terlihat di layar ponsel Hana.

"Sudah?" tanya Hana.

Seokjin pun mengangguk.

Setelah itu Hana pergi meninggalkan Seokjin.

"Hahh... dasar..." Seokjin menghela nafas, lalu berbalik.

***

Saat Hana sedang asyik bermain game tiba-tiba Yeonjun menelponnya, sehingga membuat permainan nya kacau dan itu membuatnya kesal.

"Ada apa?! Aku sedang bermain! Kamu seharusnya fokos mengurus pekerjaan yang diberikan orang tua itu saja!" ucap Hana kesal.

"Kamu ada janji apa dengan Kim Seokjin, si ketua BEM itu?" tanya Yeonjun.

"Hah?"

"Hah, hah... ini Kim Seokjin mengirim pesan pada ku. Katanya hari ini jam tiga sore di Cafe Sparkle. Hayoo... ada apa nih, tidak mungkin kan ini untuk ku, pasti untuk mu kan?"

"Ohh...hmm... jawab saja iya."

"Ada hubungan apa kalian?" tanya Yeonjun.

"Urusan kampus, profesor Dong Mi meminta ku membantunya menyelesaikan satu masalah."

"Masalah apa?"

"Hhaahh... lebih baik kamu cek sendiri."

"Hahh?"

Yeonjun terdengar sibuk menekan keyboard komputer.

"Bagaimana kamu bisa terlibat dalam masalah ini?" Yeonjun jadi terdengar sedikit heboh.

"Itu karna aku menjadi saksi. Tapi karna Han Joo membantah, profesor Dong Mi memberikan saran untuk mencari bukti, jadi aku harus membantu Kim Seokjin mencari buktinya."

"Ohh... yasudah, tapi lebih baik setelah ini kamu memberikan nomor mu saja, masa setiap kali dia mengirimkan pesan aku harus menyampaikannya pada mu?"

"Hmm...nanti aku pikir-pikir dulu. Aku tutup telponya, aku masih mau main."

Tut!

Setelah menutup sambungan telepon nya Hana kembali bermain.

88 VesparaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang