XXII

381 41 31
                                    

Jiwoo memasang raut wajah kesal setengah mati dan cemburu, rasanya ingin mencongkel mata genit wanita-wanita sialan yang lewat dan tersenyum nakal ke suaminya di pusat perbelanjaan. Mujin menggenggam tangan Jiwoo dengan erat tanpa menggubris siapapun yang melihatnya.

Keduanya terlihat sangat serasi walau Jiwoo hanya memakai pakaian yang lebih santai ala-ala anak muda. Sweater turtleneck putih lengan panjang dan celana jeans saja. Bukan tanpa alasan ia memakai baju tertutup itu, tentu saja karena percintaannya dengan Mujin tadi pagi yang memberikannya tanda kemerahan yang banyak di lehernya, membuatnya terpaksa menutupi bagian lehernya.

Jiwoo masuk ke salah satu toko pakaian dan melihat-lihat baju yang cocok untuknya dan Mujin, saat akan mengambil sebuah baju, tangan Jiwoo bersentuhan dengan seseorang.

"Maaf.." Jiwoo mempersilahkan orang itu mengambil pakaian.

"Yoon Jiwoo?" sapa pria itu.

"Oh?" Jiwoo menatap pria itu bingung.

"Kau pasti sudah lupa padaku" pria tampan itu tersenyum menawan.

Setelah lama menatap pria yang memakai pakaian formal kantoran, akhirnya Jiwoo mengingat pria itu adalah teman kuliahnya dulu.

"Benny Lee?" kata Jiwoo terkejut.

Pria itu mengangguk dan kembali tersenyum lebar.

Mujin berdehem dari belakang Jiwoo dan merangkul pinggangnya mesra dan menatap angkuh ke pria itu, kedua pria itu saling memandang dari ujung kaki hingga ujung kepala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mujin berdehem dari belakang Jiwoo dan merangkul pinggangnya mesra dan menatap angkuh ke pria itu, kedua pria itu saling memandang dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Pria yang lebih muda dan seumuran Jiwoo membuat Mujin semakin cemburu. Bisa dikatakan sangat tampan dengan wajah putih mulus, alis tebal, bibir tebal, hidung mancung, gigi putih rapi.

"Perkenalkan aku suami Jiwoo, Choi Mujin" Mujin berdehem mengulurkan tangannya.

"Benny Lee" pria itu tersenyum lebar dan menjabat tangan Mujin dengan sopan. Tepat saat itu ponsel Mujin berdering membuatnya harus meninggalkan Jiwoo sebentar dengan pria itu.

"Aku tidak tau kau bahkan sudah menikah?" ucap Benny terkejut sambil menatap Mujin yang sedang bertelepon.

"Jika sudah menemukan yang cocok kenapa tidak?" Jiwoo terkekeh.

"Suamimu sangat tampan dan berkarisma, mirip tampilan mafia yang sering muncul di film" kata Benny tertawa.

"Lalu kau sekarang juga berubah menjadi sangat tampan, aku masih ingat kau yang kutu buku, memakai kacamata tebal dan hanya tau belajar saja" kata Jiwoo terkekeh memukul pelan lengan pria itu.

Mujin melirik kepada keduanya yang terlihat semakin akrab dan bercanda tertawa, membuat hatinya panas akan cemburu, ia tidak bisa meninggalkan Jiwoo lebih lama lagi, dengan buru-buru ia mengakhiri panggilan itu.

Setelah melihat Mujin kembali, pria itu pun segera pamit dan melambaikan tangan ke Jiwoo dan menunduk kepada Mujin.

"Kau sangat nakal Jiwoo-ya, aku bahkan ingin memotong tangannya saat kalian tidak sengaja bersentuhan, meninju mulutnya sampai giginya ompong karena tebar pesona dengan senyumannya, dan mencongkel matanya karena terus menatapmu" kata Mujin mengecup pipi Jiwoo membuatnya terkekeh.

You'll also like

          

"aku akan memberimu punishment wifey" sambung Mujin tersenyum penuh arti.

Setelah selesai membeli beberapa pakaian dan makan siang bersama. Mereka tiba di rumah Jiwoo untuk mengambil beberapa pakaian dan barangnya.

Jiwoo berdiri didepan lemari dan mengambil pakaiannya. Mujin tiba-tiba memeluknya dari belakang, sebelah tangannya menyusup ke dalam sweater Jiwoo mengusap perut ramping itu. Gairah panas kembali memenuhi tubuh keduanya.

Mujin membalikkan tubuh Jiwoo, mencium melumat bibir yang masih sedikit bengkak itu. Kedua tangannya mulai menarik ujung sweater Jiwoo dan melepaskannya. Kedua bibir itu kembali berciuman mesra saling memangut dengan lembut.

"This is your punishment wifey"

Mujin mendorong pelan tubuh Jiwoo ke dinding dan menghimpitnya, ia merentangkan kedua tangannya kebawah melepaskan coatnya, Jiwoo membuka kancing blazer, dasi dan kancing kemeja Mujin. Tangan Mujin menjalar membuka kaitan bra Jiwoo dan meremas gundukan itu.

"Ahh..." Jiwoo mendesah lalu mendongak.

Mujin mengecup menjilat leher Jiwoo lalu turun ke kedua dada itu. Jiwoo meremas bahu Mujin merasakan kenikmatan kecupan ditubuhnya.
Kecupan basah Mujin semakin turun ke perut Jiwoo dan membuka risleting celana jeans dan celana dalam Jiwoo, sekarang Jiwoo sudah telanjang tanpa sehelai benang pun ditubuhnya.

Mujin berjongkok, mengangkat satu kaki Jiwoo untuk bertumpu di bahunya, Mujin mengecup menjilat dan menghisap kewanitaan Jiwoo yang sudah basah membuat Jiwoo menggelinjang dan mendesah keras.

Setelah beberapa saat bermain dibawah sana, Mujin kembali berdiri mencium Jiwoo sembari melepaskan ikat pinggang dan celananya sedangkan kemejanya dengan kancing terbuka itu menggantung ditubuhnya. Miliknya yang kokoh dan tegak, Mujin menggendong Jiwoo membuka pahanya lebar-lebar, dengan cepat ia mengarahkan ke miliknya ke milik Jiwoo yang basah.

Jiwoo memeluk leher Mujin, ia mendesah kuat lalu menggigit pelan bahu Mujin saat merasakan milik Mujin yang besar itu menerobos ke miliknya. Kedua tangan Mujin meremas dan memegang bokong Jiwoo dan mulai bergerak memaju mundurkan tubuh bawahnya dibantu gerakan pinggul Jiwoo.

Jiwoo menatap Mujin yang mengerang nikmat dan sesekali mendesah dengan gerakan tangan bawahnya yang tanpa henti menghentakkan miliknya kedalam Jiwoo. Mereka kembali berciuman bergairah. Posisi Mujin yang berdiri dan Jiwoo dalam gendongan didepannya, ini pertama kali dilakukan tanpa diranjang membuatnya Mujin semakin menggila dan bernafsu.

"Kau menyukai posisi ini wifey?" tanya Mujin mendesah sedangkan dibawah sana terus melakukan gerakan tanpa henti.

"I like it husband" Jiwoo mengangguk pelan, ia mengusap keringat deras di pelipis Mujin.

Mujin semakin mempercepat gerakan yang akan mencapai klimaks. Desahan-desahan nikmat keduanya memenuhi udara kamar itu. Jiwoo semakin mempererat pelukannya saat Mujin semakin menghentak kuat hingga titik terdalam Jiwoo dan menyemburkan cairan hangat itu kedalam rahim Jiwoo dengan deras tidak putus-putus. Bahkan cairan itu sedikit tumpah dari kewanitaan Jiwoo.

Mujin melepaskan kedua tangannya yang kelelahan, dengan Jiwoo yang memeluk leher Mujin yang masih didepan gendongan tubuh Mujin. Nafas keduanya yang terengah. Mujin membenamkan kepalanya di dada Jiwoo.

Mujin berjalan ke tepi ranjang dan merebahkan tubuhnya, Jiwoo yang berada diatas Mujin memeluk suaminya dan bersandar di dadanya.

"Kau tidak kelelahan dengan posisi berdiri selama 30 menit?" Jiwoo terkekeh.

"Hm.. tidak terlalu, posisi ini cukup memuaskan, kita bisa sering memakai posisi ini jika kau juga menyukainya" Mujin menyelipkan kedua telapak tangannya dibawah kepalanya dan menunduk melihat Jiwoo.

Jiwoo tersenyum, dengan masih posisi diatas Mujin dan milik keduanya yang masih belum lepas. Jiwoo menggerakkan pinggulnya perlahan menopang tubuhnya dengan kedua tangan di dada Mujin.
Mujin mendesah dan memegang kedua paha Jiwoo.

"Ronde kedua hm?" tanya Mujin terkekeh.

"You want it husband?" Jiwoo tersenyum nakal.

"Of course wifey, Ah... I like when we make love" balas Mujin mengerang nikmat dan mendesah saat Jiwoo semakin bergerak cepat diatasnya.

Dan keduanya melanjutkan bercinta hingga Mujin kembali menyemburkan cairan hangat benihnya ke rahim Jiwoo dengan sangat banyak.

"I love you so much" ucap Mujin mengecup kening Jiwoo
"I love you too" balas Jiwoo memeluk Mujin.

Mereka beristirahat sejenak sebelum kembali berpakaian lengkap dan menuju ke penthouse saat hari sudah malam.

Taeju sudah menunggu Mujin di Lobby Liber, ia membukakan pintu untuk Jiwoo, beberapa anak buah Mujin membawa barang-barang Jiwoo atas perintah Mujin.

"Yeobo.. naiklah dulu, aku ada urusan" ucap Mujin tersenyum manis yang di balas anggukan Jiwoo.





Maap kelakukan pasutri mabok ini yah 😬😬
Harap maklum 😂😂

Love Struck 2 : PainfulWhere stories live. Discover now