15. Bitches

1.1K 100 8
                                    

Heyoooo
Night all...

Jangan lupa vote sebelum baca ya...


***

"Naomi Zefanya. Lo kan yang udah kirim ancaman ini buat gue?!"

Dara menunjukan layar ponselnya pada Naomi yang duduk dengan raut bingung. Di sana ada foto kotak hadiah yang semalam Dara buka.

Namun ekspresi dari Naomi justru membuat Dara sama bingungnya. Pasalnya gadis itu terus menatap layar ponsel dengan dahi berkerut. Dia melakulan zoom out dan zoom in berulang kali. Memastikan dengan jelas foto itu.

"Zidan kirim ini ke lo, Kok bisa? Bukannya dia sahabat lo. Apa kalian lagi berantem?" tanya Naomi bersedekap dada bersandar pada kursi.

"Bukannya lo yang kirim?" tanya Dara balik.

"Gue?" tunjuk Naomi pada dari sendiri, "buat apa? Gue udah nggak mau cari gara-gara, Ra. Lagi pula gue udah nggak punya foto itu. Lo tau sendiri, dulu Dewa yang hancurin ponsel gue di depan semua orang."

Sial. Dara melupakan memori itu. Sekarang dia kembali ingat. Joko pernah bercerita, di mana saat dulu Dewa tau,
Naomi dan Maudy lah pelaku penyebar foto itu, Dia langsung mengamuk pada keduanya. Bahkan Maudy sempat mendapat tamparan keras dari Dewa.

"Ya, siapa tahu lo masih nyimpan di laptop atau apalah," ujar Dara salah tingkah menahan malu.

"Udah gue bilang, gue mau hidup tenang. Ngapain cape-cape nyari masalah. Apalagi orangnya, lo. Skip. Ngeri."

"Maksud lo?"

"Lo orang terpandang, Ra. CEO BATARI GROUP. Sedangkan gue, cuma pemilik restoran biasa. Cari mati kalo gue berurusan sama lo lagi. Banyak yang sayang sama lo. Mereka pasti bakal cari tahu siapa pelakunya."

"Gosip kemaren? Dari orang ini juga?" tanya Naomi ragu.

Dara menggeleng. "Bukan. Itu orang lain."

"Semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin yang menerpa. Gue tau lo pasti bakal bisa melewati ini semua. Tapi gue mohon, Ra. Jangan libatkan gue lagi. Gue cuma mau hidup tenang. Gue udah nggak mau terlibat masalah apapun atau jahat sama siapapun."

"Tunggu," cegah Dara menahan tangan Naomi yang hendak beranjak dari kursinya.

Dara mengeluarkan sebuah pena dan selembar kertas dari dalam tas. Beberapa detik kemudian, pena dimasukan kembali lalu kertas yang sudah bertuliskan sejumlah nominal uang dan tanda tangan Dara diserahkan pada Naomi.

"Gue turut berduka cita atas meninggalnya bokap lo yang memilih mengakhiri hidupnya saat di penjara. Dan juga nyokap lo yang memilih menyusul bokap lo pergi. Hidup lo pasti berat banget karena harus jadi tulang punggung buat adik lo."

"Buka cabang restoran baru. Makanan di sini pasti enak banget, pengawal gue aja makan sampai nggak tersisa." Dara menunjuk Bumi dan Angkasa yang sedang mengusap perut karena kekenyangan. Naomi ikut menoleh. Ada puas tersendiri melihat piring di meja mereka sudah bersih.

ADARADEWA2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang