-37- Coklat Hangat

254 26 77
                                    

Cinta dan benci takkan menjadi satu, bahkan mungkin takkan pernah bisa bersama.
Karena ketika cinta datang, bencipun akan sirnah terkalahkan oleh cinta......
Tapi ketika benci datang, jangan harap cinta masih sama.....

°Diandra°

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Suasana malam semakin terasa dingin ketika rinai membasahi bumi, Diandra pikir Edgar sudah pergi dari depan rumahnya.

Nyatanya Edgar masih setia menunggunya di sana seorang diri, tak tega rasanya Diandra melihat Edgar seperti itu. Tapi Diandra tidak bisa melakukan apapun, Diandra tidak mungkin keluar menemui Edgar.

"Ternyata kamu masih sama, keras kepala. Sudah tau hujan, bukannya pulang malah masih di situ." Ucap Diandra.

"Ngeliatin apa?" Tanya Nafi.

Diandra langsung menutup jendelanya dengan gorden sebelum ayahnya melihat Edgar,

"Ayah belum tidur?" Tanya Diandra.

Nafi semakin penasaran dengan yang dilakukan Diandra tadi, ia mencoba melihat ke arah jendela Diandra. Namun Diandra menghalanginya dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengalihkan fokus Ayahnya.

"Ayah perlu sesuatu? Mau aku bikinin coklat hangat?" Tanya Diandra.

"Boleh, enak kayaknya ya. Dingin-dingin minum yang hangat-hangat," balas Nafi.

"Ya udah, yuk. Diandra buatin, kayaknya di kulkas juga ada brownis deh. Enakkan minum coklat hangat ditemenin brownis." Ajak Diandra.

"Wah, iya pastinya." Setuju Nafi.

*****

Diandra membuat coklat hangat di dapur, sementara itu ia masih memikirkan nasib Edgar di depan rumahnya.

"Hujannya makin deres lagi, gimana ya dia. Nanti kalo sakit gimana? Duh, gimana ya?" Ucapnya.

"Gimana apanya?" Tanya Nafi.

Ayahnya itu benar-benar mengikutinya kemana pun pergi, untung saja Diandra tidak menyebut nama Edgar tadi.

"Ini loh, Yah. Gimana ibu kalau marah, bubuk coklatnya mau habis. Iya, gimana Yah?" Ucap Diandra, berbohong.

"Oh, gitu aja repot. Ibu gak akan marah, malahan dia marah kalau yang ada di dapur gak di makan atau minum." Jawab Nafi.

"Iya sih." Setuju Diandra.

"Tapi ibu beneran pulangkan,Yah?" Tanya Diandra.

"Sepertinya kita malam ini hanya berdua, abang kamu juga katanya tadi harus ke Bandung. Ibu juga tadi bilang belum bisa pulang, mungkin besok ibu pulang." Jawab Nafi.

"Syukur deh, kasian kalau ibu pulang kehujanan Yah." Ucap Diandra.

"Ya sudah, Ayah tunggu di ruang keluarga ya."

"Iya, nanti Diandra ke sana bawa coklat hangat dan brownisnya."

"Oke."

*****

"Tara...... Coklat hangat dan brownisnya sudah siap!" Seru Diandra.

 Coklat hangat dan brownisnya sudah siap!" Seru Diandra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hmmmm.... harum sekali coklat hangatnya," balas Nafi.

 harum sekali coklat hangatnya," balas Nafi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Silahkan Ayah, di nikmati." Diandra memberikan segelas coklat hangat pada ayahnya.

Tok... Tok... Tok....

"Permisi?"

"Pak Nafi?"

"Pak Nafi!"

"Permisi, Pak Nafi!"

Tiba-tiba saja ada orang yang mengetuk rumah Diandra, padahal Diandra dan Ayahnya sedang menikmati coklat hangat dan brownis yang Diandra buat. Tapi ada saja yang mengganggu mereka berdua.

"Siapa Yah?" Tanya Diandra.

"Gak tau, Ayah ke depan dulu." Ucap Nafi, berjalan menuju pintu rumahnya.

"Diandra ikut, Yah."

Ceklek....

"Ada apa Pak Yunus?" Tanya Nafi.

"Itu Pak, ada anak muda pinsan di depan rumah Bapak. Apa Bapak mengenalnya?"

*****

Woahh, siapa ya kira2??????

EDGAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang