BAB 3: Sebuah Cerita

229 28 1
                                    

"Mamah akan pulang?" Tanya Rosea yang memperhatikan ibunya kini tengah berkemas.

Kartika melihat sekilas puterinya dan mengangguk, "Seminggu sekali mamah akan datang untuk memeriksa keadaan kamu."

"Kenapa seminggu sekali?"

"Memangnya mau berapa sekali? Sebulan sekali? Jangan pernah harap Sea."

Rosea mencebikannya kesal. "Mau aku antar?"

"Tidak perlu, sudah ada taksi. Mamah sudah membuat kue, ambil di oven dan kamu berikan kuenya ke tetangga sebelah."

Kening Rosea mengerut, di sebelah rumahnya terdapat rumah yang kemungkinan menjadi satu-satunya rumah termewah dan terbesar di kompleks, namun Rosea tidak pernah sekalipun melihat kehadiran pemiliknya sejak dia datang membangun dan mengontrol pembangunan rumahnya selama ini.

"Rumah di sebelah kosong," jawab Rosea.

"Tidak, tadi mamah melihat pemiliknya."

"Benarkah?"

"Ya, karena itu berikan kuenya. Kamu hidup harus rukun dengan tetangga kamu. Di sini hanya rumah itu yang paling dekat dengan rumah kamu," Kartika mengingatkan.

Kartika segera beranjak dari duduknya dan menjinjing tasnya begitu mendengar suara klaskson mobil berbunyi di depan.

"Baiklah. Aku antar sampai depan."

"Tidak perlu" Kartika menggerakan tangannya mengusir Rosea untuk sedikit menjauh. "Pergi mandi dan dandan dengan cantik. Mamah tidak mau dekat-dekat sama kamu kalau kamu dekil."

Rosea melongo kaget. "Apa hubungannya?"

"Kamu masih tidak mengerti juga? Kamu perempuan, kamu harus selalu tampil cantik Sea. Berdandan cantiklah saat menemui tetanggamu, siapa tahu dia belum menikah. Mamah pulang." Kartika tergesa-gesa pergi keluar rumah meninggalkan Rosea seorang diri.

***

Prince terbaring meringkuk di atas ranjangnya, anak itu termenung melihat berbagai macam mainan terpajang rapi. Rententan mainan yang memenuhi lemari itu adalah hadiah-hadiah yang sering Leonardo berikan setiap kali dia pulang bertugas dari luar negeri, sayangnya Prince jarang membukanya apalagi memainkannya karena dia tidak tertarik dan tidak mengerti.

Leonardo memberikan banyak mainan karena dia berpikir hal itu dapat menebus sedikit rasa bersalahnya karena sudah sering meninggalkan Prince sendiri dan membuat anaknya kesepian.

Setiap kali Leonardo pergi dinas jauh, Prince akan pergi ke rumah kakek neneknya untuk menginap, dan jika kakek neneknya berada di luar negeri juga, maka Prince akan tinggal sendirian di rumah di temani Adam, pengawal pribadinya.

Sementara ibunya Prince?

Prince tidak mengetahui keberadaan ibunya, jarang sekali Prince bertemu dengannya. Ibu Prince hanya datang satu tahun sekali ketika Prince sedang ulang tahun saja. Sekalinya bertemu, mereka jarang berbicara dan bersikap seperti orang asing satu sama lainnya.

Prince sudah terbiasa sendiri di antara keluarganya yang sangat sibuk.

***

"Apa yang di lakukan Prince hari ini?" tanya Leonardo pada Adam.

"Maksud Anda?" Tanya balik Adam yang tidak paham.

"Ceritakan, apa saja yang sudah Prince lakukan sepanjang hari ini."

"Pagi ini saya mengantarnya seperti biasa sampai sekolah dan menunggu di depan kelas hingga jam pelajaran kedua. Saya pulang seperti biasa setelah memastikan tidak ada yang mengganggunya. Sopir bus atas nama Jannah membawa Prince pulang, Jannah melaporkan bahwa Prince berhenti di taman tempat biasa, Prince bermain di kawasan toko nyonya Berta, saya menjemputnya di jam satu kurang dan saat itu Prince duduk di bangku sendirian," jawab Adam dengan detail.

KEJAR AKU TANPA RAGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang