[ 10 ] Pertanggungjawaban

305 25 2
                                    

Di ruang tamu yang megah namun sunyi, Solar duduk dengan tangan gemetar di atas lututnya. Kabar mengejutkan baru saja disampaikan oleh Mia, seorang penari di bar yang selama ini terobsesi dengan Halilintar. Mia datang ke rumah Halilintar dan mengumumkan dengan penuh keyakinan bahwa ia hamil anak dari pria itu. Solar tidak tahu harus berbuat apa. Hatinya hancur.

Solar(berbisik pelan) "Halilintar... kakak... tidak mungkin melakukan itu..."

Air mata mulai mengalir di pipi Solar. Mia, yang duduk berhadapan dengannya, tersenyum sinis, seolah menikmati penderitaan Solar.

Mia: (dengan nada penuh kepuasan) "Kau tahu, Solar, tidak peduli seberapa dekat hubunganmu dengannya, Halilintar tetap pria. Dia tidak bisa menolak wanita sepertiku. Lihat saja perutku, ini bukti cinta kami."

Solar menelan ludah, mencoba menahan tangis. Kata-kata Mia terasa seperti pisau yang menembus dadanya. Ia ingin sekali tidak percaya, tetapi keraguan mulai menguasai pikirannya.

Tidak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar dari luar. Pintu terbuka, dan Halilintar muncul bersama sekretarisnya. Ia baru pulang dari pertemuan penting, tidak menyangka akan menemukan Mia di rumahnya. Mia segera berdiri dan menyambut Halilintar dengan wajah penuh kegembiraan palsu.

Mia: (berbisik manja) "Sayang, aku merindukanmu... Aku membawa kabar baik untuk kita."

Namun, Halilintar tidak membalas sapaan Mia. Ia hanya menatap wanita itu dengan dingin, jelas-jelas tidak senang dengan kehadirannya. Solar yang masih duduk, terperangkap dalam kebingungan dan kesedihan, merasa seluruh dunianya runtuh. Halilintar yang selama ini ia kagumi dan cintai, kini terlibat dalam skandal besar.

Mia, merasa tidak dipedulikan, mencoba mendekat dan menyentuh Halilintar, tetapi pria itu segera mundur dengan gerakan kasar.

Halilintar: (dengan nada tegas) "Jangan pernah menyentuhku lagi, Mia. Apa yang kau lakukan di sini?"

Mia terkejut dengan respons kasar Halilintar. Solar yang menyaksikan kejadian itu merasa hatinya semakin berat. Namun, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Halilintar melirik ke arah Solar yang terlihat terpukul, dan rasa bersalah menghantuinya. Ia ingin segera menjelaskan situasi, tetapi Mia tidak memberikan kesempatan.

Mia: (berbicara dengan penuh keyakinan) "Aku hamil, Halilintar. Anak ini adalah milikmu, dan aku akan memastikan semua orang tahu tentang itu."

Halilintar terdiam sejenak, lalu menghela napas dalam. Ia tidak percaya betapa jauh Mia berani mengambil langkah ini. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Halilintar memberi isyarat kepada sekretarisnya untuk mengurus Mia. Ia lalu berjalan mendekati Solar, yang terlihat terpukul oleh semua yang terjadi.

Halilintar: (berbisik kepada Solar) "Aku akan menjelaskan semuanya nanti... Percayalah padaku."

Tetapi Solar hanya menunduk, tidak sanggup menatapnya. Sekretaris Halilintar membawa Mia keluar dari rumah, meskipun wanita itu terus meronta-ronta, berteriak bahwa ia akan membuktikan kebenaran kata-katanya.

---

Keesokan harinya, Mia, dalam usahanya untuk memperkuat kebohongannya, pergi ke rumah Gempa dan Taufan, saudara dari Halilintar. Dia berharap dapat mempengaruhi mereka dengan ceritanya, meyakinkan mereka bahwa ia memang mengandung anak Halilintar.

Di rumah yang tidak kalah megah, Mia diterima dengan rasa curiga oleh Gempa dan Taufan. Mereka sudah mendengar desas-desus tentang hubungan Mia dan Halilintar, tetapi belum sepenuhnya percaya.

Gempa: (dengan nada tenang tapi tegas) "Mia, apa yang membuatmu berpikir kami akan percaya begitu saja? Halilintar bukan tipe orang yang mudah terjerumus."

Menikahlah Denganku, SolarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang