Extra Part : Will Come

859 27 0
                                    

Seorang wanita baru saja turun dari mobil yang dikendarainya, dengan mengenakan kacamata hitam dan setelan casual dipadukan dengan selendang hitam untuk menutupi sebagian rambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang wanita baru saja turun dari mobil yang dikendarainya, dengan mengenakan kacamata hitam dan setelan casual dipadukan dengan selendang hitam untuk menutupi sebagian rambutnya.

Menenteng sebuah buket bunga yang tadi ia beli, wanita itu pun mulai berjalan memasuki area pemakaman khusus warga muslim di kota ini.

Tujuannya sampai pada salah satu gundukan tanah berumput hijau terang itu dengan nisan bernamakan orang yang ia rindukan. Wanita itu pun berjongkok sambil menaruh buket bunganya, dan melepas kacamata menampakkan kedua mata indah itu.

"Assalamualaikum Ayah, pasti Ayah bingung kenapa Harum datang lagi padahal dua hari yang lalu sudah berkunjung."

Terdengar helaan napas dari bibir harum, "Tiba-tiba Harum kepikiran Ayah, tadi malam Harum mimpi Ayah lagi. Harum juga ngerasa bersalah gak pernah ngunjungin Ibu. Harum bingung, mau pulang tapi Ayah di sini sendirian. Tapi kalo Harum di sini Ibu pasti nungguin di sana... Apalagi Harum punya janji akan bertemu seseorang di sana."

Terjadi keheningan karena yang dilakukan Harum hanya termenung menatap gundukan tanah itu. Serasa waktu banyak berlalu, Harum pun segera mendoakan sang Ayah setelah itu pamitnya untuk pulang.

Tempat inilah yang selalu Harum kunjungi sejak enam tahun lalu.

Singapura, yah negara itu lah yang terpilih menjadi tujuan Harum sekaligus ingin mengetahui tempat Ayahnya dikebumikan.

Enam tahun lalu sejak kedatangan Bunda tirinya, Harum mengajukan syarat jika ingin kesalahannya dimaafkan. Memang terdengar egois, tapi Harum hanya ingin pergi dan mencari kehidupan baru.

*****

Memasuki kediaman yang lumayan mewah, Harum melangkah dengan selendang yang tadi ia gunakan tersampir di tangannya.

"Kak Ami!"

Langkah kakinya berhenti, menengok seorang gadis yang sedang berdiri sambil bersedekap dada.

"Via?" Vianka Faris, gadis yang dulu selalu Harum gendong sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.

Via sendiri sudah mengetahui bahwa Harum adalah kakak tirinya, tidak ingin berhenti memanggil Ami jadi ia berinisiatif menambahkan panggilan baru untuk Harum, yaitu 'Kak Ami.'

"Kak Ami pergi ke makam Ayah kok gak bilang ke Via?" introgasi gadis berumur dua belas tahun itu.

Via sendiri memiliki sifat dewasa sebelum umurnya, selalu mengerti apa pun masalah yang dihadapi dan menjadi pintar mencari solusi. Harum bahkan dibuat bingung dengan sifat Via yang selalu menjadi seperti seseorang yang lebih tua.

"Hehehe maaf yah, Kak Ami barusan dari klien kakak kebetulan lewat sana, jadi sekalian mampir deh. Kamu kan sudah dua hari yang lalu," ujar Harum sambil menghampiri gadis yang sudah setinggi bahunya itu. "Oh iya kamu kan baru lulus sekolah sederajat SD lah kalo di Indonesia,"

          

"Via bukan anak-anak Kak Ami!" bantah Via membuat Harum tertawa kecil, karena Via selalu tak suka disamakan dengan anak-anak.

"Kamu dua belas tahun masih anak-anak, gimana udah pendaftaran ke jenjang berikutnya."

Via memutar bola matanya malas, "Masih liburan."

"Owhhh jadi kamu mau masuk mana?" Baru Via akan menjawab saat terdengar suara dari arah luar yang terdengar semakin jalas.

"Ih Mas ini bagus kan buat aku?"

"Iya bagus cocok kok Var."

"Kalo yang ini buat anak-anak aku. Mereka pasti suka."

Harum memicingkan matanya saat melihat kedua manusia dewasa berbeda jenis kelamin itu datang bersama-sama.

"Deket terus tapi gak nikah-nikah," ledek Harum. Via menabrak bahu Kak Aminya karena ucapan frontal itu, pelakunya hanya terkekeh geli.

Di depan sana Bunda dari Harum dan Via terlihat menunduk malu, sedangkan pria dewasa di sampingnya hanya mengusap tengkuk salah tingkah. Dia adalah Om Adi, yah laki-laki yang dulu menyamar menjadi orang gila sekarang sudah kembali menjalani hidup normalnya.

Satu fakta yang diketahui Harum dulu, ternyata setalah Om Adi berhasil kabur sampai di Indonesia hidup pria itu menjadi tak tenang. Kehidupan keluarganya terancam, yang mengakibatkan adiknya yang mengalami gangguan jiwa sebenarnya meninggal.

Sejak saat itu kehidupan Adi menjadi hampa karena kesendiriannya sehingga memutuskan berpura-pura menjadi orang dengan gangguan jiwa.

Entah inisiatif dari mana Harum memutuskan membawa laki-laki itu pergi, saat membujuknya memang susah apalagi Om Adi tak mau kembali ke negara kelam itu.

Dengan tekad Harum, akhirnya Om Adi mau pergi dan dengan bantuan Bunda Vara Om Adi bisa menjalani kehidupannya di Singapura sebagai guru, kebetulan sekali Om Adi penyuka anak-anak.

"Eh kebetulan ada kalian, ini Bunda bawa oleh-oleh kebetulan dari mall." Menutupi salah tingkahnya, Bunda Vara menghampiri kedua gadis kesayangannya itu.

"Owh Harum kira kalian kencan,"

"Ish kamu ini!" gerutu Bunda Vara memukul pelan putri sulungnya itu.

"Om kalo mau lamar cepetan, keburu kalian tua gak bisa punya anak lagi," ujar Via dengan santainya yang langsung mendapat pelototan dari Bundanya.

Sedangkan Harum tertawa geli di sampinya, ia tak menyangka adiknya bisa punya pemikiran seperti itu.

Om Adi hanya berdeham dengan wajah memerah, laki-laki gagah itu menghampiri ketiga wanita di sana. "Kalian ngerestuin alhamdulillah, tinggal Bunda kalian aja yang belum nih," ucap Om Adi yang mendapat seruan genit dari Harum dan Via.

Sedangkan Bunda mereka sudah lari terbirit-birit ke kamarnya.

*****

Siapa yang tak mengenal Harum Putri Gerisha, wanita berumur 24 tahun itu sudah dikenal sebagian orang di Indonesia sampai negara Singapura ini. Seperti sebuah keberuntungan dalam hidupnya, setelah bertemu dengan Bunda Vara wanita itu benar-benar memenuhi semua keinginan Harum.

Sejak pindah ke sini Harum melanjutkan sekolah satu semester terakhir di tingkat sederejat dengan SMA. Setelah lulus Bunda Vara meminta Harum untuk melanjutkan study dengan jurusan yang ia sukai bukan yang ia inginkan.

Akhirnya Harum di kuliahkan di Nanyang Academy of Fine Art (NAFA) jurusan Fashion Design sesuai bakatnya pada hal menjahit maupun merancang sebuah baju.

Tiga tahun lulus dengan nilai yang memuaskan, Harum langsung merencanakan sebuah brand pakaian yang ingin ia publikasikan. Harum benar-benar memulainya dari bawah, bantuan dari Bunda Vara hanya tempat mempromosikan karya Harum kepada halayak umum.

Tak disangka sedikit demi sedikit orang sudah mulai mengenal dan menyukai karya Harum, bahkan brand pakaian dengan nama Famor itu mulai memiliki banyak peminat.

Famor, nama brand Harum diambil dari nama mendiang kedua orang tuanya Faris dan Amora. Satu tahun nama Harum semakin meningkat, wanita itu pun mulai ingin mencoba hal baru. Membangun sebuah butik untuk pakaian formal sebuah pesta baik dari dress, setelan jas, sampai gaun.

Batik For Modern atau disebut dengan BFM Boutique yang dimilki Harum bukan sembarang butik. Setiap pakaian di sana pasti memliki aksen Indonesia berupa kain batik asli yang dipadu padankan dengan pakaian modern.

Jadi meskipun perkembangan zaman terus berjalan, batik pun akan tetap dikenal orang. Inilah yang menjadikan Harum terkenal sebagai salah satu wanita pembawa nama Indonesia di kanca negara.

*****

Harum yang sedang fokus dengan menggambar desain di i-padnya terpecah saat seseorang membuka pintu ruang kerjanya.

"Maaf Kak, tapi kita dapet e-mail dadakan dari perusahaan Purakarya katanya mereka kurang cocok dengan desain yang mbak kirim."

Harum mengernyit heran ia menatap bingung wanita Indonesia yang juga baru lulus dengan jurusan yang sama dengannya bekerja sebagai asisten Harum.

"Kurang cocok? Ratu, Kamu sudah kirim semua rancangan saya beserta keterangannya dan warna yang akan digunakan kan?"

Wanita yang dipanggil Ratu itu mengangguk yakin, "Saya sudah cek semua gak ada yang tertinggal Kak."

Harum menghela napas pelan, "Padahal mereka mengatakan mengusung tema musim panas untuk produknya, saya yakin itu cocok. Gini saja bilang pada mereka, kalau mereka ingin membatalkan tak apa-apa mencari seorang desaigner lain kami tidak keberatan," final Harum, pasalnya ia sudah dibuat pusing dengan permintaan peminatnya untuk menciptakan karya baru lagi.

Ratu terlihat gelisah di ujung sana, "Masalahnya mereka tetep kekeh minta yang baru Kak. Tadi juga isi pesannya direktur utamanya mau berkunjung ke sini langsung dari Indonesia." Seperti sebuah kaset, Ratu mengucapkan semua tanpa jeda dan cepat.

Harum hanya melongo di tempatnya, "Direktur utama?"

Ratu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Tu orang maunya gimana sih? Maksa banget. Jadi nambah pekerjaan aja, kamu sama yang lain persiapkan semua jamuannya ya. Gak usah berlebihan belum tentu juga mereka mau melanjutkan kan," pasrah Harum, wanita itu benar-benar tak mau direpotkan.

Di waktu yang bersamaan laki-laki dengan setelan jas mahalnya berjalan dengan gagah diikuti sang sekeretaris di belakangnya. Tak tahu saja mereka berdua menjadi tontonan gratis bagi para kaum hawa yang kebetulan lewat.

Mereka seakan menjadi penambah stamina bagi para manusia yang baru saja menempuh perjalan jauh menggunakan pesawat.

"Amir, kira-kira berapa jam sampai di bandara Singapura?"

Amir pun berusaha menyeimbangi langkah lebar sang bosnya, "Itu Pak kira-kira satu jam setengah mungkin lebih."

Langga hanya mengangguk tak tahu saja senyum miring pria itu tercipta seperti akan merencanakan sebuah kejutan. "Aku datang Harum."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SALAH RASA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang