Bangun dengan kondisi matanya yang sedikit bengkak. Jisoo membolakan kedua matanya sempurna kala ia melihat ketiga para sahabatnya sedang menunggunya bangun di sisi-sisi ranjang.
"Hai?!" Sapa Jennie melambaikan tangannya kepada Jisoo.
Dengan seulas senyum tipis yang menghangatkan hati. Ketiganya menatap Jisoo dengan manik penuh kasih perhatian. Membuka mulutnya sedikit, bibir Jisoo bergetar sebab wanita itu menangis.
"Jisoo kami merindukanmu." Lirih Rosé langsung berhambur memeluk Jisoo.
Begitupun dengan Jennie dan Lisa. Ketiganya memberi pelukan kasih rasa rindu yang terpendam. Meluapkannya dengan tangis haru membiru. Setelahnya Lisa melepas diri lebih dulu untuk membawa sebuah nampan dengan mangkok bubur dan air putih yang masih hangat.
"Jangan buka mulutmu untuk berbicara! Lebih baik kau makan terlebih dahulu." Ucap Lisa kepada Jisoo.
Jennie dan Rosé mengangguk setuju atas ucapan Lisa. Mendapat perintah dari Taehyung untuk membujuk Jisoo supaya makan. Kini ketiganya sibuk merayu Jisoo untuk kembali membuka mulut.
"Satu suapan saja Jisoo." Ucap Jennie sembari mengulurkan tangannya untuk menyuapi sang sahabat.
Jisoo tak menanggapi. Hanya memandangi wajah ketiga sahabatnya bergantian dengan maniknya yang kosong.
"Ayolah Jisoo, kau belum makan sejak kemarin." Lirih Rosé memohon.
Lisa yang tidak sabaran pada akhirnya merangkak naik ke atas tempat tidur Jisoo. Duduk di atas pangkuan wanita itu. Tak lama tangannya membuka paksa mulut Jisoo lebar-lebar.
"Makan Kim Jisoo." Cicit Lisa gemas sembari memasukkan sesendok penuh bubur hangat ke mulut Jisoo.
Jisoo mengangkat tangannya perlahan ke atas bahu Lisa. Dengan matanya yang terpejam sejenak. Setelahnya, ia terisak dalam mulutnya yang penuh dengan bubur hangat yang nikmat.
Masih pantaskah ia mendapatkan makanan lezat seperti itu? Dirinya sekarang sungguh tidak layak mendapatkan apa-apa yang indah. Dada Jisoo berdenyut nyeri.
Memuntahkan makanan itu ke lantai. Jisoo memasukkan tangannya ke dalam mulut. Memancing agar sisa-sisa makanan yang telah masuk itu agar keluar. Ia membuat Jennie, Rosé, dan Lisa memekik panik.
Di kaca besar, Taehyung melihat itu semua dengan wajahnya yang muram. Menyaksikan bagaimana wanita yang dicintainya itu menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang dirinya alami.
Melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya. Kemudian, Taehyung bergegas pergi setelah mengirim sebuah pesan singkat kepada Rosé agar tetap terus bersama Jisoo.
Waktunya penghakiman para biang keladi yang menyebabkan kekacauan ini semua. Emosi Taehyung yang sudah terubun-ubun dan memuncak tak bisa lagi turun untuk dirinya rendam sejenak.
Jika menunggu Jisoo agar wanita itu sendiri yang menghukumnya, menurut Taehyung itu terlalu mengulur waktu. Akan lebih baik, atas nama Jisoo dan Seokjin dia yang menghukum tiga manusia bajingan yang tak punya akal.
Melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Di sepanjang jalan senyum miring Taehyung tak pernah luntur. Dalam kepalanya ia membuat strategi bagaimana cara menghukum Irene, Krystal, dan juga Jongsuk hingga bisa puas.
Di bawah rinai hujan yang semakin menderas, Taehyung membelah jalan raya kota Berlin. Hampir tiba di markasnya yang terletak jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Mobil Taehyumg mulai memasuki kawasan perhutanan. Sampai tak lama kemudian, mobil jeep Taehyung pada akhirnya bisa terparkir rapi di halaman markas.
"Guten Morgen mein Herr." Sapa salah satu pria bertubuh gempal dengan tato naga di lengan atas kirinya.
Semua membungkuk saat Taehyung datang. Memberi salam tanda hormat. Taehyung yang disambut seperti itu, hanya menganggukkan kepalanya sekali. Tanpa ekspresi dia terus melanjutkan langkahnya untuk masuk lebih dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION
Fanfiction[M]⚠️ | Fanfiction • Dark romance CERITA INI MENGANDUNG TINDAK KEKERASAN, BAHASA YANG KASAR DAN VULGAR. Kim Taehyung adalah pewaris tunggal yang mengurus segala aset perusahaan milik sang ayahnya dulu. Berperawakan dingin dan juga tegas. Menambah ti...