3

4 3 0
                                    

.

.

.

Happy reading

"Ah Jessie benar-benar istri yang pengertian" Joonhy tersenyum lembut kemudian memeluk Genta sebentar

"Untuk kali ini kita akur, ayo makan bersama" Genta menarik joonhy, seberapapun umur Genta bagi joonhy dan Jessie Genta adalah bayi mereka.

"Hampir saja tadi ketahuan"

.
.
.

"Joon, gw curiga sama seseorang" Genta memutar kursinya menghadap joonhy. Joonhy menatap sekilas Genta kemudian kembali sibuk dengan handphone nya.

"Hey dengarkan aku" Genta sedikit menaikkan intonasi nya, meminta atensi joonhy benar benar untuknya.

"Cepat ceritakan, aku tidak mau istri ku merajuk karna telat membalas pesannya" joonhy memperlihatkan handphone nya yang menampilkan isi chatan ia dengan istrinya.

"Siapa peduli, jika kau bilang itu karna aku dia tidak akan marah Aku jamin seratus persen." Genta berucap sombong, yang mendengar hanya mendengus kasar.

"Kau tau aku sedang dekat dengan gadis manis, hey! Lihat aku bajingan" Genta menggeram marah, Joonhy benar-benar memancing amarah Genta.

"Kalau ini urusan percintaan urusin sendiri, lelaki gentle akan langsung menikahi gadis yang di inginkan" joonhy mendengus, untuk apa juga dia mendengar kisah cinta dari seseorang yang mengaku tidak punya hati. Terlihat kurang kerjaan jika joonhy meladeni hal sejenisnya.

"Bodoh, aku belum selesai tapi kau sudah mengambil kesimpulan" Genta berdecih, kemudian merebut handphone yang sedari tadi Joonhy Mainkan.

"Oke, sekarang apa?" Joonhy benar-benar prustasi, apakah Genta tidak tau istrinya sedang merajuk padanya. Tamat lah sudah nasib nya nanti.

"Ada seseorang yang selalu mengikuti Stella." Joonhy mengerutkan dahinya, berfikir siapa yang kira kira dekat dengan gadis bernama Stella.

"Ahh, mungkin itu celsy." Joonhy tersenyum lebar, tebakannya kali ini tidak akan meleset, dia berani jamin atas hal ini.

Semenjak kejadian bullying yang terjadi di semester satu setahun yang lalu, gadis bernama celsy membantu Stella agar tidak mengalami penindasan lagi.

Celsy arenata adalah murid yang lumayan populer di kalangan siswa siswi maupun guru. Tak hanya itu, celsy juga anak yang pintar. Kemampuan nya dalam beberapa bidang seperti kimia, fisika, matematika dan sebagainya mampu membuatnya selalu menggenggam piala.

Banyak yang takut dengan celsy. bagaimana tidak, Pembully Stella saat itu berakhir sekarat di rumah sakit dengan kondisi tulang hidungnya patah.

Semenjak saat itu hidup Stella terlihat lebih aman. Stella juga akhirnya bisa bela diri dan kemampuan nya dalam berkelahi semakin tinggi. Jika dulu dia ditindas kemungkinan sekarang dialah yang menindas.

"Aku bisa menyimpulkan bahwa; Stella bisa saja pelaku dalam pembunuhan ini." ucap joonhy tenang. Genta terkejut, ia tidak percaya bahwa Stella juga menjadi orang yang patut di curigai.

          

"Maksudmu? Dia dalang nya?" Genta bertanya, ada tersirat rasa tak enak dalam hatinya.

"Tidak juga, menurut kesimpulan saja. Pembullyan hanya terjadi di kaum wanita dan 12 korban berjenis kelamin wanita pula. Siapa saja bisa jadi tersangka, terutama Stella yang bisa jadi memiliki dendam atas penindasan setahun yang lalu." joonhy menjelaskan panjang lebar, entah kenapa meski ia tidak asal menuduh perasaan nya menyatakan Stella tidak bersalah.

"Kalau begitu aku harus mencari tau hal ini lebih dalam." Genta mengacak rambutnya asal, misi kali ini adalah hal yang paling membuat nya prustasi. Rasanya ia ingin lompat dari jurang layaknya pecundang yang tengah putus cinta.

Genta berfikir keras, mencari cara agar dirinya bisa akrab dengan gadis manisnya itu. Boleh garis bawahi? Gadis manisnya.

"Untuk permulaan sepertinya aku harus memiliki nomer hp nya dulu" Genta bergumam namun masih di dengar oleh joonhy.

"Aku memiliki nomornya" Genta tersenyum manis kemudian mendekati Joonhy. Apa-apaan wajahnya itu, rasanya Joonhy ingin menonjok wajah sok Malaikat ala Genta itu.

"Apa? Kenapa mendekat?" Joonhy sedikit memundurkan kursinya.

"Kenapa mundur? Seperti gadis perawan yang hendak di perkosa saja" Genta mendengus, apakah wajah tampannya begitu menyeramkan? Genta rasa tidak.

"Berhenti memasang senyum menjijikan itu, cepat katakan apa maumu dan kembalikan handphone ku!" Joonhy berucap dengan nada yang lumayan tinggi, cukup emosian untuk tipe orang yang bijak dan berfikir sebelum bertindak.

"Minta nomer hp Stella" Genta berucap kemudian memalingkan wajahnya. Tangannya meraba sakunya untuk mengambil handphone yang ia rebut tadi.

"Nah" joonhy mengambil Handphone yang di berikan Genta kemudian mengirimkan beberapa digit angka yang merupakan nomer Stella.

"Sudah ku kirim, sekarang lakukan tugas mu untuk mengajar" Genta memasang wajah datar kemudian langsung pergi menuju kelas. Hari ini dia akan memberi pengajaran tentang lukisan.

.
.
.

Jam menunjukkan angka lima, tepat jam lima sore lebih sepuluh menit. Stella berjalan untuk pulang, rumahnya tidak begitu jauh dari sini.

Mendadak hp nya berdering, Stella mendengus kesal. Memangnya siapa sih yang punya urusan dengannya.

Nomor asing tertera di layar handphonenya, Stella dengan malas menekan tombol hijau di layar kemudian mendekatkan dengan bibir.

"JANGAN MENELEPONKU KEPARAT, SIAPAPUN DISANA AKU YAKIN ANDA SALAH NOMOR!" Stella berteriak cukup keras kemudian mematikan sambungannya.

Genta terkejut, hampir saja handphone nya terlempar sia sia. Teriakan Stella mampu membuat kepala Genta berdenyut kuat.

Genta mendekati gadis manis di hadapannya, menampilkan senyumannya yang mampu memikat gadis dengan mudah.

"Galak sekali, padahal hanya ingin berteman" ucapnya tepat di telinga gadis dengan seragam yang sedikit berantakan.

Stella seolah terpaku oleh bisikan yang begitu mendadak. Ia melihat kesamping kemudian mendengus kasar.

"Kalau kau di samping ku, tidak perlu menelepon" Stella menjawab singkat kemudian memberikan atensi sepenuhnya kepada Genta.

Genta benar-benar berbeda dari yang biasa ia lihat di sekolah, rambutnya acak-acakan, tidak ada kacamata tebal yang biasa ia pakai hanya kaus oblong dengan jaket kulit berwarna merah - benar-benar tidak terlihat seperti Genta - setidaknya itulah yang ada dipikiran Stella.

Fake TeacherWhere stories live. Discover now