Deg!
Seketika Ridwan lemas saat Nissa menyebutkan nama Lucya, jadi yang melakukan ini adalah Lucya dan teman-temannya, namun ada satu cewe yang masih belum Ridwan ketahui. Siapa kah dia?
"Selamat datang di penjara, Nissa !" Tegas Cindy
"Lo semua mau apa, hah!" Bentak Nissa
"Ututuu, santai aj dong ngomong nya, ga usah ngegas gitu, kasihan noh teman Lo masih belum sadar," ejek angel
"RIN BANGUN, BUKA MATA LO," teriak Nissa yang mulai merasa takut.
"Kenapa Lo takut ya," ucap lucya yang mengelus rambut Nissan
"SINGKIRIN TANGAN LO DARI KEPALA GUE," teriak Nissa
Lucya yang mendengar teriakkan Nissa, semakin membuat nya ingin bermain, ia pun menarik kuat rambut Nissa hingga ia berteriak begitu keras.
"AWW, SA-SAKIT," teriak Nissa
Ririn yang mulai tersadar dari pingsan nya dan ia yang mendengar ada seseorang berteriak, sesungguhnya kepala Ririn terasa begitu sakit hingga ia tak bisa membuka matanya. Ririn yang menengok ke arah Nissa ia melihat ada seseorang yang dengan berani menarik rambut Nissa
"Heh Lo! Berani main secara diam-diam, kalo emang berani seharusnya Lo ga ngikat kita Kaya gini, pecundang Lo pada," sindir Ririn yang berusaha melepaskan diri
Lucya yang mendengar perkataan Ririn dengan cepat ia melepaskan rambut Nissa dan melangkah menuju ke arah Ririn.
"Lo bilang apa tadi barusan,!" Tegur lucya
"Mau gue ulang, PECUNDANG" Ucap Ririn yang menekan kata Pecundang.
Lucya semakin geram kepada Ririn, karena kesal ia pun memberi satu tamparan ke muka Ririn Hingga membuat nya terkejut
Plak
Plak
"Gue bukan Pecundang, gue cuma mau balas dendam ke Lo karena Lo kita jadi kalah di pertandingan, dan Ridwan yang seharusnya jadi milik gue, itu semua malah musnah," ucap lucya
"Ya, terus Lo mau nyalahin gue," ucap Ririn dengan santainya.
"Iihhh Lo kok nyebalin banget sih," bentak lucya
"Kenapa? Lo ga sanggup hadapin gue," ejek Ririn.
Lucya yang mulai kesal kepada Ririn, ia pun dengan sengaja menyuruh adik sepupu Ririn untuk melakukan sesuatu.
"Heh! Lo kenapa diam aj, lakuin rencana Lo sekarang," tegur nya kepada Nadia.
Nadia yang sempat bengong melihat Ririn di perlakukan seperti ini hingga membuat nya tak tega untuk membunuhnya.
Nadia mulai melangkah kan kakinya, ia terpaksa melakukan ini karena ia ingin Ridwan kembali ke pelukan nya lagi.
Ririn yang seperti mengenalin siapa gadis yang ada di depannya ia terus melihat gadis itu, tapi karena kepala Ririn masih terasa sakit ia tak bisa berpikir
Nadia mengangkat kedua tangan nya dan mengarahkan pisau kearah Ririn, lucya yang melihat itu hanya tersenyum miring.
"Maafin gue, kakak!"
"RIRIN!" Teriak Nissa
**********
"Dam coba deh lu hubungin Ridwan atau Fafaz gitu, Lo juga mar, telpon Ririn atau Nissa. Ya kali kita cuma bisa mandangi makanan yang udah ada di depan mata gini," tegur Akram yang sudah tak sabar.
"Eleh, Lo nya aja yang udah ga sabaran pengen makan," sindir Nafi'a.
Jadi malam hari ini mereka berkumpul di tempat seperti biasa, mereka semua ingin merayakan kemenangan para gadis. Namun mereka kekurangan empat orang yang belum sama sekali datang.
"Bentar biar gue coba telpon, Nissa," tegur Sarah
"Sama gue juga, bakal coba telpon fafaz," ucap Rey.
Sarah yang mencoba menelpon Nissa, awal nya tidak di angkat dan setelah menelpon untuk ke enam kalinya baru lah Nissa mengangkat telpon itu. Tapi bukan suara Nissa yang lembut melainkan teriakan yang begitu keras hingga membuat mereka semua berdiri di tempat. Sama halnya Rey yang menelpon Fafaz ia juga mendengar suara Nissa yang seperti ada kejadian yang membuat Ririn dalam bahaya
"RIRIINN!"
"Halo Nis, Ririn kenapa!" Tanya Sarah panik.
"Nissaa, jawab kita." tegur Nafi'a
"Sumpah! Kaya ada yang ga beres nih," tegur Adam
Rey yang mendapat notif dari Fafaz, bahwa Ririn dan Nissa di sekap oleh beberapa orang. Hingga membuat semua nya panik, gelisah, semua bercampur aduk di dalam hati dan pikiran mereka.
"Eh, Fafaz bilang sama gue, kalo Ririn sama Nissa di sekap," ucap nya
"Apa! Gimana bisa," ucap Sarah panik.
"Dan berarti Ridwan dan Fafaz sekarang ada di tempat di mana Ririn dan Nissa berada kan?" Tanya salsa
"Kita harus ke sana Rey," tegur Adam
"Kami juga ikut," ucap Maryam
"Enggak, mar. Lo semua harus tetap tinggal di sini," cengkal Akram
Nafi'a yang tak terima harus tetap tinggal sedang kan teman nya dalam bahaya mana mungkin ia hanya diam saja, walaupun Ririn selalu membuat masalah dengannya. Tapi ia tetap masih memiliki hati.
"Gue tetap mau ikut," ketus Nafi'a.
"Na, ka.."
"Udah lah kram, biari aj mereka ikut," tegur Rey
"Rey,"
"Selagi mereka sama kita, mereka semua akan aman kok," ucap Rey.
"Ya udah, Rey dan salsa Lo ikut gue sama Sarah, sisa nya ikut Akram ya," ucap Adam
Mereka semua pun bergegas pergi dan menuju mobil masing-masing, Maryam yang terus memikirkan kedua sahabat nya itu apa lagi Ririn ia baru saja dekat.
"Nis, Rin, semoga kalian baik-baik aja?" Ucap Maryam bicara sendiri
"Gue harap mereka ga terluka, kalo sampai itu terjadi gue ga akan tinggal diam," ucap Nafi'a yang geram.
Maryam yang mendengar perkataan Nafi'a hanya tersenyum secara diam-diam, ia tak menyangka jika Nafi'a yang biasanya cuek, dan tidak perduli dengan orang lain. Tapi sekarang berbeda ia malah ingin membantu.
Semua nya tiba di mana Ririn dan Nissa berada, Rey memberi kan arahan kepada teman-teman nya untuk berhati-hati.
*******
Ririn yang tidak merasa sakit sama sekali, ia perlahan membuka matanya ternyata Ridwan memegang tangan Nadia, semua diam tak ada yang bicara. Lucya yang bingung bagaimana Ridwan dan Fafaz bisa sampai di sini.
"Kalo Lo mau lukain pacar gue, hadapin gue dulu," tegas Ridwan.
"Bagaimana bisa kalian sampai ke sini?" Tanya lucya yang melimpat kedua tangannya.
"Itu bukan urusan Lo," ucap Fafaz.
Cindy dan angel yang awal nya berdiri di belakang Ririn dan Nissa, mereka berdua pergi ke belakang lucya.
"Gimana nih, luc?" Tanya Angel takut.
"Nadia, Lo ga takut sama apa yang Lo lakuin?" Tanya Ridwan.
Nadia yang matanya sudah berkaca-kaca, ia harus berani melawan Ridwan demi bisa bersama nya lagi. "Enggak, gue sama sekali ga takut!" Tegas Nadia.
Ridwan menatap tajam kearah Nadia, ia yang ingin meambil pisau di tangan Nadia, tiba-tiba ada satu tangan yang memegang tangan Ridwan.
"Lepasin pegangan tangan Lo dari dia," tegur seseorang.
Ridwan yang seperti mengenalin suara ini, lelaki itu pun maju ke depan dan berdiri di samping Nadia. Ridwan yang melihat laki-laki itu hanya diam membeku.
"Bastian," ucapnya
Bastian tersenyum miring ke arah Ridwan, Fafaz yang menyadari itu ia pun maju berdiri tepat di samping Ridwan.
"Jadi Lo, sekongkol sama lucya?" Tanya Fafaz.
"Kalo iya kenapa? Lo takut" remeh Cindy
Ridwan melepaskan tangan Nadia dengan begitu kasarnya, Nadia mundur ke belakang Bastian.
"Bas, jadi selama ini Lo pura-pura baik di hadapan kita, mau Lo apa hah!" Bentak Ririn.
"Santai dong sayang, jangan ngegas dong. Gue bakal cerita kok." Ucap nya mengelus pipi kiri Ririn.
Ridwan yang melihat itu tak terima ia pun menarik tangan Bastian hingga ia terjatuh.
"Jangan berani-berani nyentuh cewe gue," Teriak Ridwan.
BUGH.
"Jadi Lo sama dia udah jadian, selamat deh," uapnya dengan santai.
"Wan, udah kita dengarin dulu mau dia apa," tegur Fafaz.
Bastian duduk sejenak dan menarik nafas nya. Ia pun mencoba untuk berdiri. "Sebenarnya gue suka sama Ririn,"
🌈🌈🌈🌈
Jangan lupa vote dan komen nya☀️
See you time🌈
🌈Grilsella_07🌈