Kusam

4 1 0
                                    

"Coba lihat siapa yang jadi bahan perbincangan pagi-pagi begini."

"Cari perhatian lagi dia mah,apaan potong rambut begitu. Oh self-harm maksudnya tuh,HAHAHAHA"

.
.

Aku mengusap kedua telingaku,ntah kenapa keluar darah,apakah bacotan warga sekolah ini sangat-sangat lah berbahaya?

Aku segera membasuh telinga dan wajah ku,ku tata rambut ku yang potongannya tidak karuan lagi dan aku tidak peduli. Aku menatap pantulan cermin ku.

Kusam dan menyedihkan.

Tidak ada harapan.

Oke sekarang aku ingin menghancurkan cermin ini.

"Kamu lagi ngapain? Bayangan kamu di cermin bisa lari kalau kamu tatap begitu"

Aku menoleh dengan kesal,ku lihat pria tampan yang bisa ku nilai bahwa dia narsis dan playboy. Aku sebenarnya tidak peduli padanya,tapi lama-kelamaan pria ini semakin mengganggu ku. Selalu saja mau tahu urusan ku. Risih!

Aku hiraukan dan aku kembali berbenah diri,ku usapkan lipgloss pada bibir pucat ku.

Aku terdiam sejenak saat aku merasakan tangan pria ini memegang rambut ku. Ku tepis tapi sekarang tangan ku malah dikunci olehnya.

"Padahal aku suka rambut panjang mu. Hitam dan indah,seperti kehidupan mu yang suram itu sangat menyenangkan untuk ku."

"Oh sayang, coba lihat tangan mu ini. Kamu pintar sekali ya membuat ukiran indah,mau ku bantu potong nadimu kah? Aku bersedia ,loh."

Aku sangat berdebar,dengan posisi dia memelukku seperti ini membuat ku sangat berdebar. Aku sangat ingin membunuhnya,ini sudah termasuk pelecehan. Aku sekarang benar-benar ingin membunuhnya. Saking inginnya ,tangan ku gemetar menahan hasrat untuk membunuh.

"Wah,selain penyakit mental kamu juga bisu ,ya? Seperti nya jika aku perkosa kamu disini juga tidak akan ketahuan. Lagipula aku tidak merasa rugi jika aku bermain dengan mu, walaupun kamu sakit mental tapi kamu pintar dan indah,sayang.."

Aku mulai tidak tahan dengan kata-kata nya,semakin lama semakin mau muntah aku mendengarnya. Ku beranikan diri untuk memberontak. Tapi seperti tebakan ku dia semakin menguatkan kunciannya,bahkan sekarang tangan ku hanya dipegang oleh satu tangannya. Dan tangan nya yang lain mulai meraba-raba tubuh ku.

Aku semakin membenci pria ini.
Tidak...
Aku lebih jijik dengan tubuh ini,karna mudah sekali di raba seperti ini olehnya.

"Astaga! Kalian sedang apa berdua disini!"

.
.
.

"Kamu itu kenapa sih? Kamu itu anak saya,kepala sekolah di sini. Bayangkan jika yang melihat itu orang lain,mau kamu taruh dimana muka saya!"

Aku mendengarkan ceramah Bapak tua ini. Tidak,lebih tepatnya yang mendengarkan nya adalah pria sialan tadi. Setelah kalian mengetahui ini ,pasti akan merasa wajar kenapa pria ini sangat berani melakukan hal-hal yang tidak senonoh di sekolah ini.

Kurasa sakit mental ku masih lebih baik daripada sikap brengseknya.

"Dan kamu,saya dengar kamu ini sedang mengalami gangguan psikis. Kamu itu anak pintar disekolah ini,jangan sampai masalah psikis kamu itu menyebabkan lomba yang akan kamu ikuti terganggu,saya akan merasa rugi jika tidak memanfaatkan mu dengan baik. Dan lagi,lupakan kejadian di wc tadi,saya juga yakin kalian seperti itu juga karna atas dasar sama-sama mau kan? Sekarang kembali ke kelas kalian masing-masing!"

Dan inilah kenapa aku semakin ingin mati saja, orang-orang di dunia ini tidak jauh berbeda,sangat menjijikkan.

Kuremas rok ku, melampiaskan kekesalan ku.

Mati!mati saja! Sialan!

.

AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang