52. Terdesak Kenyataan

567 44 0
                                    

"Ehm ... gimana ya ngomongnya. Tapi, setelah aku rasakan bener-bener, aku beneran nggak mau ada cewek lain yang deketin kamu. Jadi, karena itu ... akhirnya aku keceplos ngomong kita udah jadian."

"Untung aja kamu keceplosnya ngomong kita udah jadian coba. Coba kalau keceplos ngomong yang lain."

"Hahahahaha."

"Kalau kamu keceplos ngomong kita udah nikah gimana?"

"Hahahahaha. Ya jangan-jangan mereka pada jantungan lagi."

Percakapan antara dua orang anak manusia itu terdengar begitu jelas. Mungkin karena mereka berpikir bahwa tak akan ada yang mendengar. Bisa setenang dan selepas itu karena mereka menyadari bahwa di lantai itu hanya ada satu unit apartemen. Secara logika, memang tidak akan ada orang lain yang mendengar. Seandainya .... Seandainya saja satu lift lainnya tidak berhenti dan membuka di lantai itu, lantaran ada dua orang remaja yang langsung keluar dari sana. Berjalan dalam beberapa langkah. Bersiap untuk memanggil nama teman mereka, namun keduanya justru membeku.

Velly mengerjapkan mata. Dalam diam, ia mempertanyakan kesehatan dari indra pendengarannya.

A-a-apa?

Tadi Eshika ngomong apa?

Me-me-mereka udah nikah?

Masih tak bergerak, Velly berusaha untuk menyadarkan dirinya sendiri dari pemikiran aneh itu.

Nggak mungkin mereka nikah.

Ada-ada aja.

Tapi ....

Bahkan orang paling bodoh sedunia pun bisa melihat bagaimana mesranya Eshika memeluk Tama. Itu ... jelas bukan pelukan remaja yang berpacaran.

Hell!

Setidaknya lingkungan di sekitar Velly tidak pernah mempertontonkan pelukan remaja seperti itu. Yang ... sangat erat dan juga terkesan amat ... mesra.

Dan tentu saja bukan hanya perilaku Eshika yang membuat benak Velly penuh dengan tanda tanya. Alih-alih, respon Tama juga.

Lihatlah. Cowok yang selalu menyandang predikat cowok cool itu justru balas memeluk Eshika. Bahkan tampak tangannya mengusap lengan atas Eshika berulang kali dengan kesan kasih.

Ya Tuhan.

Kali ini Velly sudah merasakan bahwa dirinya tak mampu bertahan lagi. Maka dari itu, dengan sisa tenaga yang ia miliki, Velly mengangkat tangannya. Hanya untuk berpegang pada pacarnya yang berdiri tepat di sebelahnya. Dan Reki, tampak tak berbeda jauh ekspresi wajahnya dibandingkan dengan Velly. Cowok itu juga tampak membeku. Bahkan nyaris pucat.

Setelah berpegang pada Reki, Velly menarik napas dalam-dalam. Lalu, lirihannya pun keluar.

"Kayaknya ... aku beneran jantungan."

Dan suara yang dikeluarkan oleh mulut Velly, memang pelan. Nyaris berupa bisikan samar. Tapi, entah mengapa terasa menggema di lorong lantai itu. Hingga mampu menarik perhatian dua orang di depan pintu unit sana. Mereka dengan kompak tampak berpaling. Melihat pada Velly dan Reki. Lantas dua orang itu yang tak lain dan tak bukan adalah Eshika dan Tama itu seketika syok. Mata mereka sama-sama melotot ketika menyadari bahwa ada Velly dan Reki yang dari tadi mematung dan melihat pada mereka berdua!

"Velly ...."

"Reki ...."

Baik Eshika maupun Tama sama-sama menyebutkan nama sahabatnya itu. Namun, tidak mendapatkan respon apa pun. Alih-alih merespon panggilan itu, Velly dan Reki justru tampak masih tidak percaya dengan apa yang matanya lihat.

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang