23 - Petir Hitam

38.7K 4.4K 406
                                    

Arstrella mengerjapkan matanya dan terbangun. Ia melihat Delany, Ratu Mortala berdiri disampingnya. Arstrella segera berdiri dan memberi hormat.

"Kenapa kau masih hidup? Kenapa kau tidak tenggelam? Apa alasanmu untuk hidup? Karena kau, aku terpaksa menjadi manusia agar bisa mengikuti Lysander."

Arstrella sama sekali tidak mengerti ucapan Delany. Delany yang terlihat sangat baik dan sempurna ternyata membenci dirinya.

"Bahkan saat kau sedang tertidur kekuatan petirmu selalu melindungimu. Sangat menyebalkan sekali. Aku mohon padamu, Matilah!"

Arstrella menampar pipi Delany. Entah kenapa dirinya yang dari dulu sangat ingin mati mendengar pernyataan dari Delany membuatnya marah.

Delany mencengkram pipi Arstrella, "Aku pasti akan membunuhmu setelah kau kembali ke Kerajaan Langit akan kupastikan kau dikurung di Penjara Air karena telah berani menampar wajah Dewi Kecantikan."

"Dewi Kecantikan? Aku tidak menemukan kecantikan di dirimu." Hina Arstrella. Entah keberanian darimana yang membuatnya berani berkata seperti itu.

"Beraninya kau," Delany mencengkram pipi Arstrella lebih keras.

"Aku ingin memberitahukanmu satu hal." Lanjut Delany sambil tersenyum sinis.

"Aku tidak penasaran."

Delany menyentuh kening Arstrella dan memberikannya ingatan yang membuatnya terdiam.

"Matilah." Kata Delany dan menghilang dari pandangan Arstrella setelah memberikan sedikit ingatan Arstrella.

Arstrella lansung terjatuh ke lantai ketika mendapat ingatan dimana ia terkena hukuman di penjara air. Ingatan yang hanya berisi satu detik tapi membuat dirinya kesakitan.

Arstrella memegang kepalanya. "Sakit," Lirih Arstrella.

Awan hitam berkumpul menjadi satu. Hari yang terang mendadak gelap. Petir hitam seakan menyambar secara terus menerus.

"Arstrella," Drystan lansung berlari ke kamar Arstrella ketika melihat Petir Hitam yang menyambar.

"Tenanglah, Arstrella. Aku bersamamu." Drystan menepuk pundak Arstrella pelan, berusaha menenangkan Arstrella.

"P-penjara Air," Tatapan Arstrella kosong, dirinya gemetar mengingat penjara air. Ia sangat ketakutan dengan ingatan tentang Penjara Air.

"Arstrella, lihat aku. Aku bersamamu, aku tidak akan membiarkan itu terjadi." Drystan menyentuh wajah Arstrella dengan lembut.

Arstrella menatap Drystan dan memeluk Drystan erat. Rasanya nyaman berada dipelukan Drystan.

"Drystan," panggil Arstrella dengan lembut. Ini pertama kalinya Arstrella memanggil namanya.

Senyuman terukir diwajah Drystan ketika Arstrella menyebut namanya.
"Apakah kau kenal dengan seseorang yang mirip denganku?" Tanya Arstrella dengan ragu.

Drystan mengangguk dan tersenyum. "Aku mengenalnya. Bahkan, aku menyukainya."

"Apa kau sangat menyukainya?" Tanya Arstrella lagi.

Drystan mengangguk lagi, "Aku sangat sangat menyukainya. Tapi, sepertinya ia menyukai orang lain."

"Orang seperti apa dia?" Tanya Arstrella dengan penasaran.

"Cantik, keras kepala, sombong dan berhati dingin."

"Dia terdengar jahat."

Drystan terkekeh mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Arstrella.

"Apakah dia baik-baik saja saat ini?"

"Entahlah, dia terlihat sangat menderita. Aku hanya bisa memeluknya untuk menenangkannya." Drystan menatap lekat kedua bola mata Arstrella.

*****

"Arstrella," Lysander menatap kearah petir hitam yang terus menyambar mengingatkannya pada Arsrella.

Petir hitam melambangkan kesedihan, kepedihan dan rasa sakit. Petir hitam sangat jarang sekali muncul karena kekuatan petir hitam yang sangat dasyat berkali-kali lipat dari kekuatan petir biasa.

🎀🎀🎀🎀

Holla, apa kabar semuanya? Lebih milih siapa nich?

A. Arstrella-Lysander

B. Arstrella-Drystan


Sekian dulu ya. Love you Gaes. Btw, ceritaku yang lain dibaca juga donk.

Arstrella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang