38. He Is

4.6K 545 57
                                    

-

Lo masih di apart kan Tha? Gue kesana, tunggu bentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lo masih di apart kan Tha? Gue kesana, tunggu bentar. |
20:58 √

ALASKA tidak tahu apa yang menjadi motivasinya mengirimkan Agatha pesan lebih dulu. Karena seumur-umur mereka dekat, hanya Agatha yang aktif membangun komunikasi sedangkan Alaska lebih banyak membaca dan mengabaikan pesan gadis itu. Tapi malam ini, entah terbesit ide darimana dia mengirimkan sebuah foto pada Agatha ketika menunggu lampu merah berakhir.

"Mas, di jalan nanti jangan sambil main hape ya. Ceweknyaa gak akan kemana-mana kok."

Alaska menoleh kearah pengendara disampingnya yang baru saja menasehati. Alaska menyunggingkan senyum tipis meski tertutup oleh helmnya, laki-laki itu mengangguk dua kali lalu memberikan jempolnya. Pertanda bahwa Alaska mendengarkan nasehat orang tadi.

Alaska melajukan motornya saat melihat lampu sudah berubah menjadi hijau, sempat memberi klakson sekali saat motor laki-laki itu menyalip seseorang yang menasehatinya tadi. Laki-laki itu berkendara dengan santai, perasaannya lumayan membaik.

Alaska tahu jika ketika datang bulan, Agatha akan menjadi sering sakit. Alaska pernah dengar, kata Jev itu dinamakan dilep, suatu hal yang hanya bisa dirasakan oleh cewek. Sesuatu yang kata Jev bisa membuat cewek tidak bisa beraktivitas dengan baik, atau yang paling parah bisa sampai pingsan ketika datang bulan.

Bagaimana bisa Jev memberi tahu hal-hal semacam itu? Tidak perlu kaget karena semua keturunan Abdinegara akan selalu diajari hal sekecil apapun oleh Jeviarka, pria itu menginginkan semua anak laki-lakinya tumbuh menjadi seorang pria yang tidak menganggap hal barusan tabu untuk dipelajari.

"Beliin minuman pereda nyeri haid Kak, sama beliin koyo buat jaga-jaga. Jangan lupa beliin dia makanan ringan atau camilan. Atau kalau gak reda, perutnya bisa dikompres sama air hangat."

Perkataan Jeviarka dulu bak langsung terpatri dalam kepala Alaska, diingat terus meski tanpa sadar, dan ikut diterapkan. Awalnya pada Grisha, sebelum gadis itu menolak mentah-mentah bantuannya, kemudian dia beralih pada Agatha yang saat itu juga tengah kesakitan di UKS.

Hal itu tanpa sadar menjadi kebiasaan Alaska. Sebuah kebiasaan untuk memastikan Agatha tidak terlalu kesakitan saat masa period- nya datang.

Perkataan Legar tadi bukannya tidak memasuki kepala Alaska, hanya saja kini fokus Alaska bukan pada Legar dan ancaman yang cowok itu katakan. Tetapi pada Agatha yang masih belum online, pesannya tadi masih centang satu bahkan saat Alaska tiba di basemen untuk memarkirkan motornya.

Dengan kantung plastik besar bertuliskan Indomaret ditangannya. Alaska melangkah menaiki lift menuju lantai dimana unit Agatha berada. Laki-laki itu melangkah santai namun lebar, melangkah menuju pintu apartemen Agatha yang tertutup rapat. Alaska tanpa ragu memasukkan password yang ia hafali diluar kepala.

Kamu akan menyukai ini

          

Alaska mengamati ruang tamu Agatha dan tidak melihat ada Agatha disana. Lantas tanpa basa-basi Alaska melangkah menuju kamar Agatha. Suara pintu yang terbuka berhasil mengalihkan atensi seorang laki-laki yang duduk disamping ranjang Agatha, menoleh kaget saat mendapati pria berekspresi datar di sekolah tadi memasuki unit temannya tanpa kesusahan.

Mata Alaska langsung tertuju kearah dimana tangan Hages berada- diatas perut Agatha, kaos Agatha sedikit tersingkap, sementara Agatha sendiri tengah memejamkan matanya. Alaska tidak menyadari jika ada raut kesakitan yang Agatha simpan disana.

"Bajingan, lo ngapain hah?!"

Brak

Bugh!

Alaska melempar kantung plastik tadi keatas tempat tidur dan langsung menarik kerah hoodie yang Hages kenakan dan memberinya sebuah bogeman mentah pada pipi kanan. Sebuah perlakuan tiba-tiba yang berhasil membuat Hages terkejut.

"Kok main pukul anjing?!" Hages memekik tidak terima. Seketika pipi kanannya terasa kebas dan mati rasa. "Salam dulu kek, dateng-dateng langsung mukul. Lo ada masalah apa sama gue??"

"Ngapain lo disini?!" Alaska menatap Hages dengan tatapan maut, "Mau ngapain gue tanya?!"

"Seharusnya gue yang tanya soal itu ke lo?! Lo ngapain disini? Siapa lo sampe bisa keluar masuk apartemennya Agatha sebebas itu?"

"Bukan urusan lo! Pergi sana!" Alaska mendorong tubuh Hages.

"Dih ngusir?!" Hages menatap Alaska, "Harusnya gue yang ngusir lo, dasar orang gak jelas!"

Alaska menatap Hages nyalang, berniat meraih kembali kerah baju laki-laki itu sebelum suara Agatha lemah menginterupsi keduanya. "Berantem aja sana, dorong-dorongan dari balkon sekalian kalau perlu."

"Tuhkan gara-gara lo dia marah!" Hages menatap Alaska kesal, "Gue tuh cuma bantu dia yang lagi kesakitan asal lo tau!"

Alaska menatap Agatha yang menghela napas lelah, wajah gadis itu nampak sedikit pucat. Alaska tanpa ragu mendekati Agatha, mendorong tubuh Hages menjauh. Membuat Hages diam-diam menjulid dibelakang Alaska.

"Sakit banget?"

"Sikit bingit?" Hages memutar bola matanya malas, "Minta maaf dulu ke pipi gue yang lo tonjok sini."

Alaska menoleh kearah Hages dengan tatapan menusuk. Membuat Hages menatap Alaska dengan dagu terangkat, "Salah tuh minta maaf bukannya malah nakut-nakutin orang."

"Tha—"

"Ges diem dulu plis."

Akhirnya Hages menghela napas kesal, tangannya kemudian melempar sebotol minyak kayu putih yang sedari tadi ia genggam kearah Alaska.

"Gue balik dulu kalau gitu, udah ada dia."

Yang kemudian disahuti Alaska, "Emang seharusnya lo gak disini."

***

Alaska menuangkan air putih ke gelas, menatap Agatha yang tengah meringkuk diatas tempat tidur dengan rambut yang menutupi wajahnya. Gadis itu tidak tertidur, tetapi sedang menikmati nyeri pada perutnya, pinggang gadis itu terasa ngilu dan dia tidak bisa menemukan tempat untuk membuat tubuhnya merasa baik.

[✓] Candala | Jeno ft. KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang