"Jarang sekali kamu membolehkan kami untuk masuk ke dalam kamarmu," ujar Seungcheol sambil menggigit wafer, "biasanya Mangyu tidak mau kami mampir karena pasti akan mengotori semuanya."
Mingyu menarik nafas, "namaku Mingyu, hyung."
"Sama saja. Aku lebih suka memanggilmu itu."
"Lagipula kalian selalu saja makan di atas kasurku!" Suara Mingyu semakin terdengar frustasi karena posisi tiga temannya kini mendukung opininya, "sekarang saja kakak beradik Choi sedang memakan wafer dengan bantalku sebagai alas!"
"Aku tidak."
"Wonwoo hyung, tolong turun dan makan di karpet saja. Aku tidak mau menunggu mie itu tumpah ke kasur."
Akhirnya Wonwoo perlahan-lahan merosot dari tempatnya dan duduk di karpet. Tetapi badannya masih bersandar di kasur Mingyu, membuat si pemilik hanya mengerang pasrah melihat kelakuan temannya. Hal terpenting hari ini adalah memberitahu Seungcheol, Wonwoo dan Hansol mengenai pernikahannya dengan Jeonghan.
"Aku ingin meminta perhatian kalian sebentar saja. Ada sesuatu yang ingin sekali aku umumkan dan aku ingin kalian mendengarkan ini dengan serius."
Ketiga pria tersebut mengangguk, meskipun mulut masih sibuk mengunyah makanan. Tatapan mereka tertuju kepada Mingyu dan hal itu semakin membuatnya grogi. Ia bisa merasakan telapak tangannya menjadi basah karena keringat dingin yang muncul sejak Mingyu berusaha mengumpulkan keberanian. Ini lebih menegangkan daripada saat Mingyu ketahuan tidak mencuci mobil lebih dari satu minggu oleh ayahnya.
"Aku sudah dijodohkan oleh ayah dan ibu tanpa sepengetahuanku. Jadi, dua minggu lagi aku akan menikah dengan seseorang."
Hening.
"Menikah? Kim Mingyu akan menikah dua minggu lagi?" tanya Seungcheol dengan tatapan gamang. Mingyu menganggukkan kepalanya saat mendengar teman-temannya bersorak sorai.
"Sudah aku duga jika Mingyu akan menjadi orang yang lebih dulu memiliki pasangan daripada Wonwoo atau Seungcheol hyung." ujar Hansol sambil bertepuk tangan girang. "Dimana acaranya akan dilaksanakan?"
"Sama sekali belum direncanakan.. ibuku menyuruh untuk bertemu Jeonghan besok agar bisa berkenalan lebih jauh." Mingyu duduk diantara Hansol dan Wonwoo, lalu mengambil ponselnya yang ada di saku. "Tadi pagi aku melihat Instagram miliknya, tetapi tidak ada apa-apa selain foto batu yang ada di pantai."
Wonwoo agak tersentak mendengar nama yang disebutkan Mingyu. Ia segera menyalakan ponsel untuk mencari nama tersebut di dalam sebuah aplikasi. Ketiga pria di belakangnya tiba-tiba berkumpul di punggungnya dengan penasaran, ikut mencari tahu apa yang sedang Wonwoo cari di dalam grup. Terutama Mingyu.
Ketika sudah menemukan nama yang sama persis, Wonwoo menekan nama tersebut dan menyodorkan ponselnya ke arah Mingyu. Dengan ekspresi wajah yang kaget, Mingyu menerima ponsel itu dan langsung saja memperbesar foto yang muncul di layar. Dan benar saja, foto itu memang foto Jeonghan. Ia mengenakan sweater putih dan overall jeans sambil memegang pistol air dengan rambut yang agak basah. Mingyu langsung saja menyimpan foto tersebut tanpa sadar, meskipun itu adalah ponsel milik Wonwoo.
Seungcheol merebut ponsel tersebut dan menatap foto Jeonghan dengan seksama. Ia berkali-kali melihat foto Jeonghan dan kembali menatap Mingyu yang masih terkesima setelah melihat Jeonghan dengan pakaian yang jauh berbeda saat kemarin ia datang ke rumahnya. Kemarin malam, Jeonghan terlihat sangat sopan meskipun menggunakan pakaian biasa. Tetapi di dalam foto tadi, Jeonghan jauh tampak lebih nyaman.
Tidak lupa juga dengan senyumannya yang membuat wajah Mingyu agak panas.
"Aku tidak menyangka kalau Mingyu akan menikah dengan orang ini." ujar Seungcheol sambil mengembalikan ponsel Wonwoo.
"Aku juga sama." celetuk Hansol entah darimana. "Dimana tante Kim bisa bertemu dengan orang seperti Jeonghan?"
Seungcheol mengangkat bahunya, "bahkan Jeonghan terlihat kontras kalau nanti ia akan berdiri di sebelah Mingyu. Bayangkan saja, Mingyu yang tinggi menjulang ini memiliki pasangan yang tingginya sama dengan Wonwoo. Bukankah ia nanti akan tenggelam?"
"Tidak, Jeonghan agak lebih pendek daripada aku. Mungkin nanti wajahnya akan menghantam dada Mingyu jika mereka berlarian lalu berpelukan."
"Benar kan Wonwoo? Belum lagi Mingyu yang terlalu rajin berolahraga, bisa dibayangkan nanti apa yang akan terjadi saat-" ucapan Seungcheol terhenti saat Mingyu membekap mulutnya tiba-tiba.
Wajah Mingyu terlihat agak memerah, belum lagi kedua telinganya yang berubah warna menjadi semerah tomat. Mingyu menggelengkan kepalanya keras-keras sambil memberi kode agar Seungcheol berhenti membicarakan apapun yang sedang mereka bicarakan. Seungcheol mengiyakan permintaan Mingyu dan kembali berdeham.
"Biar aku tebak, Mingyu." kata Wonwoo, tiba-tiba menggenggam bahunya erat-erat. "Jika kamu meminta kami untuk bertemu karena kamu membutuhkan bantuan juga dukungan dari kami mengenai kabar kalau kamu akan menikah, kamu tidak perlu khawatir. Kami akan selalu ada di belakangmu, apapun yang terjadi nanti sebelum dan sesudah kamu menikahi Jeonghan."
"Aku setuju. Tetapi aku ingin menjadi groomsmen." celetuk Hansol.
Dada Mingyu berdenyut kecil dengan rasa terharu saat menyadari jika teman-temannya memang mendukungnya dalam pilihan hidupnya yang besar ini. Ia segera memeluk erat ketiga temannya dalam pelukan dan melepaskannya saat Hansol mulai mengeluh sesak nafas.
Mingyu menoleh ke arah Wonwoo, "darimana kamu bisa tahu tentang Jeonghan?"
"Dulunya dia adalah kakak tingkat di kampusku. Tidak ada yang tidak kenal dengan Yoon Jeonghan, dan aku lumayan bersyukur kalau ternyata kamu yang akan menikahi Jeonghan nanti." ujar Wonwoo sambil membetulkan posisi kacamatanya.
"Kau tahu, Mingyu." Seungcheol berdiri dari duduknya dan berjalan menuju lemari pakaian milik Mingyu, "aku rasa kamu membutuhkan bantuan kami juga untuk memilih pakaian besok. Aku tidak mau kamu terlihat seperti pengangguran."
"Apa yang Seungcheol katakan memang benar. Jeonghan selalu menggunakan pakaian yang bagus." tambah Wonwoo seraya mengacak-acak seisi lemari.
Mingyu mengusap wajahnya kasar ketika melihat Hansol mengikuti aksi yang dilakukan Wonwoo dan Seungcheol. Ia tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk menghentikan mereka, tetapi dadanya terasa cukup lega setelah menyadari jika teman-temannya ikut bahagia.
"Baiklah," Mingyu tertawa terbahak-bahak, "tolong pilihkan baju yang bagus untukku."
YOU ARE READING
call me when you're bored | gyuhan
RomanceMingyu dan Jeonghan tidak kenal dengan satu sama lain. Keduanya bertemu karena orang tua mereka sepakat untuk menjodohkan mereka secara tiba-tiba, membuat Mingyu dan Jeonghan harus bisa akrab dalam kurun waktu dua minggu sebelum pernikahan. Maka kar...