05.

26 6 2
                                    

Bingung mau judulin apa part ini:)











"Singkat——namun terus teringat."

Trapesium

♪♪♪

Yara memasuki dapur sambil menscroll HP, membaca chat grup alumni yang kemarin sempat dia tinggalkan.

"Baru makan, Ra?"

Yara menoleh pada kak Sita; salah satu penghuni kost yang sudah seperti kakak kandung sendiri––anak Manajemen semester 5–– yang baru memasuki dapur.

"Iya, kak." Yara menarik kursi lalu duduk di sana setelah mengambil nasi dan lauk yang ada di meja makan.

Btw, kost-kostan Yara itu seperti rumah dua tingkat yang berbentuk petak. Di lantai satu ada 3 kamar, ruang tamu, dapur dan dua kamar mandi bersama, sedangkan di tingkat atas berisikan 5 kamar. Kostnya khusus perempuan semua, jadi mereka semua udah kayak saudara yang tinggal serumah. Gak heran kalau baru sebulan Yara merantau dan ngekost di sini udah bisa akrab sama kakak-kakak senior yang lebih dulu ngekost di sini. Walaupun agak canggung sedikit, apalagi hanya 3 orang maba––Nadia, Yara, dan Iska; anak kampus lain–– tapi karena senior-senior tersebut ramah ya mereka juga bisa beradaptasi.

Melirik jam dinding yang menunjukkan angka 10 lewat, Sita melirik adik tingkat di depannya. "Tumbenan kamu lambat makan."

"Tadi masih telponan sama mama, kak."

Sita mengangguk, lalu mencomot satu perkedel jagung, "Terus Nadia sama Iska?"

Yara langsung mendongak, "Loh mereka juga belum makan?"

"Belum, tadi yang makan malam sama-sama hanya kakak, Eva, Riri, sama Suci."

Yara mengernyit heran, langsung menelpon Nadia via WhatsApp, namun tak diangkat. Beralih ke Iska, namun juga sama, tak ada jawaban.

"Mereka gak angkat kak telponnya."

"Bentar deh kak Sita panggil."

Baru saja Sita ingin berdiri, terlihat Nadia yang baru turun dari lantai atas dengan wajah bantal.

"Itu dia."

Yara menoleh, "Pantesan, anaknya ketiduran."

"Makan, Nad." Nadia hanya mengangguk kecil lalu ke kamar mandi, ingin cuci muka dulu katanya.

Tak lama muncul Eva, "Kak, Iska barusan nge-WA gue, katanya gak pulang, nginep di rumah tantenya yang dekat kampusnya itu."

"Beneran?"

Eva mengangguk lalu memperlihatkan isi chatnya pada Sita.

"Iska memang punya keluarga kan di sini, kak? Cuma gak mau tinggal bareng karena mau bebas, jadi milih ngekost."

"Iya, cuma takut aja dia bohong."

"Engga, kak, lihat nih dia ngirim foto." Eva kembali memperlihatkan gambar yang dikirim Iska kepada kak Sita. Setelah itu baru Sita mengangguk percaya.

TRAPESIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang