Draco segera menyadari bahwa tidak ada yang dapat dia lakukan selain menerima fakta bahwa Harry dan Weasley kembali menempel seperti kembar siam, walaupun Draco merasa bahwa Weasley sama sekali tidak pantas mendapatkan maaf dari Harry.
Di mata Draco, dia telah mengkhianati Harry dengan tidak percaya padanya, di saat Harry amat sangat membutuhkannya. Tapi Draco sama sekali tidak mengatakannya pada Harry—karena Draco melihat Harry begitu gembira berteman kembali dengan si rambut merah itu, jadi Draco tidak ingin merusak kegembiraan Harry.
Namun Draco sama sekali tidak mau berbicara dengan Weasley kalau tidak benar-benar perlu. Tentu saja Weasley merasa. Pernah, saat pergantian jam pelajaran, Weasley dan Draco ditinggalkan berdua saja (Harry pergi ke kamar mandi dan Hermione belum kembali dari perpustakaan), Weasley dengan ragu-ragu berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Draco, yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Draco.
"Dengar, Malfoy," ujar Weasley pelan, memecahkan sunyi di antara mereka. "Aku tahu aku mengatakan suatu hal yang tak pantas... saat... tahu sendiri lah..."
"Lancar sekali bicaramu, seperti biasanya," sindir Draco.
Weasley mengerang sebelum akhirnya mencoba bicara lagi.
"Maksudku adalah, aku tahu aku tidak hanya bersikap buruk pada Harry, tapi padamu juga. Jadi aku merasa aku juga perlu minta maaf padamu."
"Tidak perlu repot," jawab Draco dingin.
"Tidak," Weasley protes. "Aku tahu kamu masih marah padaku, dan aku tahu kamu berhak marah—"
"Tentu saja aku berhak," Draco memotongnya. "Dan apapun yang kamu katakan, tidak akan mengubah kemarahanku. Kalau Harry memaafkanmu, itu adalah keputusan Harry, dan aku tidak akan ikut campur. Jadi kamu tidak perlu khawatir soal itu. Tapi aku tidak sebaik Harry yang gampang memaafkan seseorang, jadi lebih baik kamu berhenti bicarakan ini sebelum aku makin marah padamu."
Weasley mengernyitkan dahi, lalu menunduk, terlihat merasa bersalah namun juga kesal di saat yang bersamaan. Mereka pada akhirnya kembali berdiam diri sampai Harry kembali dan mereka bersama-sama menuju ke kelas Pemeliharaan Satwa Gaib. Harry mengobrol ceria dengan mereka bergantian, sama sekali tidak sadar bahwa kedua temannya sama sekali tidak berhubungan baik.
Draco lebih tertarik pada Telur Emas yang harusnya menjadi petunjuk untuk Tantangan berikutnya, namun Harry sama sekali tidak memikirkan soal itu.
"Kamu harus membiarkannya memecahkan teka-teki ini sendirian," Hermione menghela napas begitu Draco membawa beberapa buku soal mantra yang barangkali bisa mengubah teriakan tak berarti saat telurnya—yang Draco curigai sebagai bahasa dari makhluk sihir yang akan dihadapi di tantangan sebelumnya—ke dalam bahasa Inggris. "Kan peraturannya bilang begitu, Draco."
"Persetan dengan peraturannya," desis Draco, tidak peduli dengan bahasanya yang kasar. "Mana mungkin aku membiarkan Harry berusaha sendirian. Bisa-bisa kita mati khawatir di malam sebelum Tantangan kedua kalau kita membiarkan Harry kerja sendiri. Jadi, tidak," Draco menggelengkan kepalanya. "Aku akan memecahkan ini tepat waktu, walau sampai sekarang yang Harry lakukan adalah bermalas-malasan terus."
Hermione membuka mulutnya untuk protes, namun menutupnya lagi, pipinya tampak memerah tiba-tiba. Draco menyadari ekspresinya dan kebingungan sebelum akhirnya mengikuti arah pandang Hermione, dimana Draco menemukan Viktor tengah berdiri di seberang ruangan.
Viktor tampak berhenti sejenak untuk mencari bukunya guna menatap mata Hermione dan tersenyum padanya, namun ketika dia menyadari bahwa Draco juga mengamatinya, Viktor langsung buru-buru mengalihkan pandangan. Draco mendengus lalu cepat-cepat menghadap Hermione sambil menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
FanfictionYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...