My Stepmother?-20

21.7K 1.8K 291
                                    

Romeo menatap laporan keuangan yang baru saja dikirimkan kepadanya di mana Romeo dapat melihat jika keuangan perusahaan menurun. Romeo menghela napas seraya menopang kepalanya dengan siku yang bertumpu pada penyangga tangan kursi besarnya.

Mendengar pintu diketuk, Romeo menatap ke arah depan dan tak lama Damar masuk untuk memberitahu sesuatu kepada Romeo.

"Estelle." kata Damar lalu keluar.

Kepala Romeo yang sedikit pusing setelah melihat laporan keuangan, langsung membaik dan menyingkirkan laptop yang menampilkan laporan keuangan perusahaan karena itu sangat mengganggu.

Romeo bersikap biasa saja sambil menatap Estelle yang datang dengan memakai celana panjang yang tidak ketat serta kemeja berwarna putih. Romeo menatap CV yang baru saja Estelle taruh di mejanya.

"Gue cuma suruh lo dateng, nggak ada bilang lo harus bawa CV."

"Segampang itu kamu nerima aku?"

"Lo udah punya pengalaman sebelumnya, jadi sekretaris bokap gue. Ya, itu buat gue cukup yakin sama lo. Tapi, okelah, gue anggap ini formalitas." Romeo memperhatikan sejenak CV Estelle lalu ia masukkan ke laci meja.

"Jadi, mulai hari ini aku resmi jadi sekretaris kamu?"

Romeo mengangguk. "Kasih tau gue, kasih tau gue apa-apa aja yang lo lakuin waktu jadi sekretaris bokap gue." Romeo maju ke depan dan menopang dagunya sambil menatap Estelle di mana pose Romeo saat ini cukup menghiburnya tetapi Estelle tidak ingin tersenyum atau tertawa.

"Atur jadwal, ikut..." Estelle terdiam karena Romeo memotong ucapannya.

"Oke, itu udah pasti. Maksud gue, apa lo juga ngurusin bokap gue? Dateng pagi-pagi untuk ngurusin bokap gue dimulai dari siapin baju atau bikin teh?"

"Kalo aku dateng pagi-pagi, kita pasti ketemu. Tapi, kita sama sekali nggak ada ketemu, 'kan? Aku lebih ke atur juga siapin jadwal Papi kamu."

Romeo mengangguk-anggukkan kepala. "Beda bos beda ketentuan. Selain lo atur jadwal gue, lo juga harus ngurus juga perhatiin gue. Bisa?"

Estelle mengangguk.

"Berapa gaji lo waktu sama bokap gue?" tanya Romeo.

"Tiga puluh juta." jawab Estelle.

"Lumayan, gue denger sekretaris di perusahaan lain ada yang di bawah sepuluh juta ada yang di atas sepuluh juta tapi nggak sampe tiga puluh juta gitu. Mungkin, karena lo cewe bokap gue. Jadi, gue bakal gaji lo lima puluh juta sebulan."

Estelle terkejut, "hah? Ya ampun, itu banyak banget."

"Estelle, lo udah mau wisuda, 'kan? Uang kuliah lo aja setahun puluhan juta, belum lagi yang lain-lain di mana ntar lo bisa abis ratusan juta untuk lo bisa wisuda. Yakin mau nolak gaji dari gue? Oh, atau lo udah punya tabungan untuk lo wisuda nanti?"

Dengan jujur Estelle menggelengkan kepala.

"Temuin Damar, biar dia kasih tau lo untuk jadwal gue bulan ini."

"Apa aku harus pake kata 'Pak' ke kamu?"

"Big no." jawab Romeo dengan cepat.

"Termasuk di depan klien atau rekan kerja kamu?"

"Ya, gue nggak suka kalo lo panggil gue 'Pak'. Tapi, kalo di depan yang lain, terserah lo lah."

Estelle mengangguk lalu menunjuk ke arah pintu, "aku keluar dulu."

"Hm." Romeo mengangguk dan mulai memainkan ponselnya.

" Romeo mengangguk dan mulai memainkan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu akan menyukai ini

          

Estelle berjalan cepat saat pintu lift terbuka dengan gadis itu menenteng paper bag berisi makan siang untuk Romeo yang dibeli secara online.

Estelle menatap dua karyawan yang kebetulan lewat, dua orang itu tampak terkejut dengan kehadiran Estelle di kantor dan Estelle membalasnya dengan senyuman. Estelle yakin jika ia akan menjadi bahan gosip para karyawan nantinya karena Estelle yang pernah menjadi sekretaris Evan lalu berhenti dan kini kembali menjadi sekretaris untuk Romeo.

Estelle meletak salah satu paper bag di lantai lalu menempelkan kartu untuk bisa masuk ke ruangan Romeo, setelah itu, Estelle mendorong salah satu pintu yang ukurannya besar serta berat dengan tubuh bagian sampingnya.

"Gue setuju kerja sama sama Valdo Wilson." kata Romeo pada Damar sambil menatap Estelle yang baru saja masuk.

"Setuju abis lo tau keuangan perusahaan lo turun?" tanya Damar sambil tersenyum.

"Intinya gue setuju. Kapan Valdo Wilson bisa ke sini lagi?" tanya Romeo balik.

"Saran gue, lo yang harus ke sana, ke New York. Lo yang butuh masa dia yang ke sini. Presiden aja nggak penting buat dia, apalagi lo yang rakyat jelata."

"F*ck." Romeo memicingkan mata pada Damar saat Damar menyebutnya dengan sebutan rakyat jelata.

"Ya, dibandingkan presiden, lo cuma rakyat biasa, Rom."

"Tapi, nggak usah pake jelata juga, Berengsek." Romeo menghela napas dan menatap Estelle, "tanggal berapa jadwal gue kosong?"

"Jadwal kamu kosong di hari yang emang seharusnya nggak masuk kantor, Jumat sampe Minggu." jawab Estelle seraya menyiapkan makan siang Romeo.

"Shit." Romeo menghela napas sambil mengusap-usap keningnya karena Romeo sangat menantikan hari di mana ia bisa tidur dan bersantai sepuasnya. "Ya udah, Jumat kita pergi."

"Gue nggak bisa ikut." kata Damar karena pekerjaan yang Romeo berikan belum ia selesaikan saking banyak juga rumitnya.

"Gue nggak butuh lo, gue udah ada sekretaris." Tangan kiri Romeo refleks melingkar di pinggang Estelle di mana Estelle berdiri di sebelahnya.

Estelle yang terkejut langsung menoleh ke belakang dan Romeo yang sadar langsung menjauhkan tangan.

"Bye." Damar pun keluar dari ruangan Romeo.

"Valdo Wilson tuh ngeselin, jadi, kalo dia ada nanya yang enggak-enggak, lo diem aja." kata Romeo pada Estelle.

"Iya. Kamu mau makan di sini atau di sana?" tanya Estelle menunjuk meja kerja Romeo lalu sofa.

"Di sini, tarik kursi itu ke sebelah gue." Romeo menunjuk kursi untuk tamu yang ada di depannya.

Estelle bingung tetapi tetap ia lakukan, menarik kursi tamu dengan mudahnya karena kursi itu memiliki roda dan ia taruh di sebelah Romeo.

Romeo dan Estelle saling tatap. Romeo menunggu Estelle untuk duduk sedangkan Estelle menunggu Romeo untuk berbicara.

Romeo menghela napas, "duduk lah. Suapin gue." Romeo menunjuk makan siangnya.

"Suapin kamu?" beo Estelle.

"Gaji lo lima puluh juta."

Estelle mengambil makan siang Romeo lalu duduk di sebelah laki-laki itu, "mending gaji aku biasa aja daripada besar tapi kamu ungkit terus takutnya."

Romeo melirik Estelle di mana sepertinya Estelle tidak suka jika ia mengungkit sesuatu. Romeo membuka mulutnya ketika Estelle menyodorkan sendok berisi nasi dan daging.

My Stepmother? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang