"Tidak ada catatan, aku kehabisan kata-kata,"
***
Jeno menatap langit malam itu, senyum terlukis diwajahnya membuat mata sabitnya itu semakin menyipit dan tenggelam, tangannya dilipat ke belakang punggung bak sosok penuh wibawa.
"Kunaon kamu Je? Ga ada bintang di atas," Ujar Narka yang keheranan melihat kawannya yang satu ini.
Ketiganya kini tengah perjalanan pulang, seperti biasa lengkap dengan sendal gunung yang Jeno gunakan dan juga sendal swallow yang lekat dikaki Haikal dan Narka.
Jeno tak menjawab, ia malah terkekeh kecil, tawa yang tak terdengar namun manis.
"Budak kie benaran kesambet!" Semprot Narka.
"Entah naon ya, Jeno teh malam ini kelihatan kasep pisan" Haikal melirik kawannya dengan mata yang berbinar.
Plak!!
"Ya tuhan, audzubillahisyaitonirojim kunanaonan hambamu"
Haikal terkejut kala sebuah geplakan telapak tangan seseorang mendarat mulus di bahu kanannya, Alhasil ke-refleks an membuatnya ber-istighfar dengan tangannya yang mengelus pundaknya yang terasa perih, namun percayalah jantungnya lebih tidak aman karena saking kagetnya.
"Modus!"
Mata Haikal membulat lebar, melotot kearah Narka yang berubah julid.
"Eta teh saya teu boong, Jeno emang ganteng malam ini, kayak gimana kitu, bercahaya pisan, bahagia ya je?"
"Ya iya atuh, sehabis kemasjid jadi tampan natural, slrrp tambah makan gratis beuhh kenyang"Narka mendahului.
"Memang iya? Kok kamu masih burik na,"
"Anj-"
Narka terkesiap saat sebuah tangan menutup mulutnya, ia tersenyum lalu perlahan membawa tangan itu turun.
"Je, tangan lu mulus banget, sumpah kek cewe"
Jeno mencebik jijik dan melepaskan genggaman tangan Narka yang terus mengelus punggung tangannya.
"Laki euy!"
Kini giliran Narka yang meringis saat sebuah pukulan mendarat di lehernya.
"Eh punten, kumaha sakit? Saya refleks"
Haikal mendekati Narka, merasa pukulannya tadi lumayan kencang.
"Ahhh sakittt!!" Narka mengerang kesakitan namun tak membuat Haikal tambah khawatir, cowok itu malah memasang raut menyebalkan.
"Tidak lucu"
Narka tertawa puas sedang Jeno kini tengah memperhatikan keduanya.
"Kalau gua udah pulang, jangan kangen ya"
Narka dan Haikal terhenyak sejenak mendengar kata-kata yang Jeno lontarkan.
"Ya kangen atuh, bandung akan sepi kalau gak ada kamu" Ujar Haikal merangkul Jeno secara tiba-tiba.
"Yang ada, Narka yang nangis nanti,"tambahnya.
Narka tersenyum tipis dan ikut serta dalam pelukan itu,
"Baik-baik di Jakarta ya Je"
Jeno tersenyum kecil,
"Pasti, gue pamit ya?"
"Kenapa pamitnya sekarang?"
"Takut nanti gak sempet, kayak kemaren Haikal gak di kost an, cuman pamit dari whatsapp"
Haikal tertawa mengingatnya, "Eh iya! Padahal cuman beli gula"
"Pamitnya aja beli gula, taunya ngopi"
Haikal menyengir,
Bulan lalu baru berganti tahun, artinya tahun baru Jeno pulang ke rumahnya di Jakarta begitu juga seharusnya dengan Haikal dan Narka namun dua kawannya itu memilih tetap berada di kost.
"Eh Anjing, rokok gua ketinggalan, perasaan udah digenggam erat-erat tadi"
Narka mentap-tap saku baju koko dan celananya, menyadari bahwa rokoknya menghilang.
"Terus?"
"Sayang atuh Jeno udah bayarin tadi, gua ambil bentar ya, tunggu sini"
"Gausah"
Narka tak menghiraukan cekalan Jeno, cowok itu tetap berlari menjauh,
"Narka!!cuma rokok doang gausah diambil! Ambil besok aja kalau mau!! Narkaaaa!!!" Jeno mendecak kesal,
"Eta budak," Haikal merotasikan bola matanya malas.
***
"CEPAT ATUH!!" teriak Haikal pada Narka yang ada di seberang jalan, ia hanya mengambil bungkus nikotin yang ketinggalan namun harus disusul terlebih dahulu oleh Haikal dan Jeno.
Tanpa ancang-ancang pemuda itu mempercepat langkahnya menyebrang jalan, ia tidak tau bahaya yang mengintainya.
Seperti mata Jeno yang fokus padanya namun mengarah ke sisi kiri kala melihat mobil kencang yang melaju.
Sontak cowok itu segera berlari tunggang langgang kearah temannya,
BRAKK!!
Tubuh kurus Narka sudah terhempas keras ke aspal bersama punggungnya yang terasa menghangat sebentar.
Jeno memeluknya, kawannya itu segera mendorong tubuhnya namun terlambat saat sebuah mobil menabrak keduanya hingga terhempas cukup jauh.
Yang narka tangkap di matanya yang samar, Jeno dengan keadaan mengenaskan, darah mengucur dari pelipis, hidung hingga bibirnya sebelum kesadaran Narka hilang sepenuhnya.
"NARKA JENO!!!"
Pendek😭huhu, sedang tidak mood tetapi ku-usahakan Up,
Bantu tekan Vote^
Terima kasih💚
TTD;
Adik Xiaojun.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIREFLIES||NaHyuck
Teen Fiction"Bandung itu gelap ya?,"...."kalau ngga ada kamu disini..."...."kamu terang Kal, tapi sayang terangmu itu warna kuning, remang-remang!" Haikal harus berterima kasih pada Bandungnya karena telah mempertemukan dirinya dengan Narka atau berterima kasih...