Jam di halte bus Universitas Yonsei menunjukkan pukul 4 sore. Hari ini, cuaca menjelang puncak musim panas yang akan tiba sedang bisa diajak bekerjasama. Langitnya teduh pada sore ini. Langit biru yang terbentang luas ditemani oleh segenap awan tebal yang jumlahnya tidak seberapa. Matahari yang berada di sudut sekitar 45 derajat dari ufuk barat ditutupi awan tipis, namun itu tidak cukup untuk menyembunyikan kemilaunya.
Di halte bus, terlihat beberapa mahasiswa yang duduk di bangku dan menunggu bus tiba. Salah satunya Sangah yang juga ikut dalam kerumunan itu. Ia menunggu bus sendirian dan tidak terlihat bersosialisasi dengan mahasiswa lain yang juga menunggu. Tidak ada yang dikenalnya dari mereka. Oleh karena itu, ia sedikit menjauh dari keramaian.
Setelah kelas sore pada hari ini, ia segera pulang ke rumahnya di Yeonhui. Tidak ada rencana apapun yang bisa dilakukan untuk menghabiskan harinya. Secara kebetulan pula, teman-teman kuliah tidak mengajaknya minum pada malam ini. Pada hari ini, jadwal mereka sangat berbeda. Orang yang selalu ia temui dari Akuntansi dalam satu mata kuliah hanyalah Woori.
Pada hari ini juga, Hun tidak bersamanya. Lelaki yang biasa menemani menghabiskan harinya tidak bisa datang. Ada kesibukan yang harus dilaksanakan dan membuatnya tidak bisa bersama untuk sementara waktu. Padahal mereka semakin dekat dan mulai membuka diri masing-masing. Hun yang tergabung dalam sebuah band gabungan yang dibentuk jurusannya bernama The Airlines mengadakan busking di Sinchon. Akhir-akhir ini pula, ia disibukkan dengan latihan bersama teman-temannya. Terkadang pula, Sangah menemaninya latihan namun ia merasa jenuh dengan itu.
Sebenarnya bisa saja hari ini Sangah menemaninya busking setelah kuliah. Namun ia kelelahan dengan berbagai kuliah yang harus dihadiri sejak pagi. Hari ini juga ada workshop yang diadakan jurusannya dan semua mahasiswa baru harus hadir pada jam 1 siang. Seminar itu selesai pada jam setengah 4.
Gadis yang kini menepi dari keramaian itu sedang melihat ke ponsel. Ia sedang membuka aplikasi sosial media dan menampilkan beberapa posting-an teman-temannya, termasuk juga Nayeon yang membagikan liburannya seminggu yang lalu. Nayeon pernah mengajaknya hari itu namun Sangah menolak tawarannya lantaran disibukkan dengan tugas individu.
"Serius sekali dengan ponselnya sampai tak sadar aku dari tadi ada di sini."
Sangah tersentak kaget setelah suara seseorang menginterupsi kegiatannya. Ia hampir melompat dari tempatnya, namun ia sadar ia berada di tengah keramaian. Ia juga hampir mengumpati orang itu, namun ketika melihat orang itu ia merasa akan semakin mengumpatinya karena membuat jantungnya hampir lepas. Mungkin saja umurnya sudah bertambah 10 tahun karenanya.
Changsub yang juga ada di halte bus duduk di sebelah dan memperhatikan tingkahnya dengan senyum bodoh nan menyebalkan. Ia diam-diam menertawakan Sangah yang hampir kehilangan raga akibat ulah dirinya dan hampir mati dengan konyol karena kehadirannya.
Sementara itu, Sangah yang berusaha menenangkan diri menatap lelaki itu dengan tatapan tajam. Suasana hatinya memburuk karena Changsub berhasil mengagetkannya. Ia tampak kesal karena kelakuannya. "Kau hampir membuat jantungku lepas, tahu! Untung saja aku tak mengumpat di sini," gerutunya sebal.
"Habisnya kau serius sekali dengan ponselmu," jawab Changsub berusaha mengelak dengan menyalahkan Sangah yang hanya memperhatikan ponsel. Ia merasa hal ini bukan salahnya jadi ia tidak perlu merasa bersalah. "Kau sekarang sombong sekali tiap diajak minum. Kau selalu menolak tawaran mereka," sindirnya beberapa saat kemudian.
Sindiran Changsub itu bukanlah tanpa alasan. Sebelumnya, Sangah selalu menerima ajakan teman-teman kelas termasuk dirinya minum setelah kelas berakhir. Mereka biasanya minum di kedai yang ada di depan bank dan menghabiskan hari hingga malam. Semenjak akhir musim semi, ia jarang menerima ajakannya dengan berbagai alasan. Tetapi alasan yang paling sering dikatakan adalah ia menemui kenalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Jinx : The Great Destroyer | BTOB x OC x N.Flying Fanfiction
Fanfiction[END] Kesialan dan nasib buruk bisa menimpa siapapun, tapi nasib buruk yang diterima Jin Sangah sepertinya lebih bisa dikatakan sebagai kutukan. Hingga lelaki yang tidak pernah tersenyum hadir dan mewarnai hidupnya, dia juga membuatnya bertahan dari...