34. You Were Good To Me

149 28 9
                                    











Dimohon pencet tombol ⭐, dan atau meramaikan dengan komentar, aku sangat mengapresiasi respon kalian.





Recommended Songs To Listen While Read This Chapter :

1. Jeremy Zucker ft Chelsea Cutler - You Were Good To Me

2. Pamungkas - I Love You But I'm Letting Go

3. Misellia - Akhir Tak Bahagia

4. Tiara Andini - Merasa Indah

5. Tulus - Pamit


Semua bisa di dengar pada playlist spotify :

https://open.spotify.com/playlist/4rGrfkUZOSynrUwffPoxGk?si=a6s-8icYQiGy03QOfUAfQw&utm_source=copy-link

Ada yang mau dibahas atau ditanyakan ? Bisa kesini

https://curiouscat.me/you_aremyblue






















Danny berjalan dengan menghentakkan kakinya, berbagai sumpah serapah dan tuntutan untuk meminta penjelasan atas berita yang dia dapatkan saat itu sudah berada diujung lidah, tinggal disentil sedikit saja maka kata-kata pedas akan keluar dari mulutnya.
 

Haikal menyusul langkah cewek itu dan menarik lengannya agar dia berhenti.
 

“Lepasin !, gausah pegang-pegang gue !”ketus Danny dengan bahasa gue-elonya yang keluar disaat tertentu.
 

Mereka hapal terhadap siasat Danny kala cewek itu murka. Danny dengan wataknya yang gampang tersulut emosi membuatnya perlu memiliki seseorang yang punya kepribadian plegmatis yang cenderung tenang seperti Jeane atau Julian.

 
Merasa bujukan Haikal masih tidak mempan, Reyna maju mengejar cewek itu dan berdiri didepannya dengan merentangkan tangan dan menatapnya tajam.

“Dan, mending berhenti daripada makin jelek suasananya.”
 

Danny mendorong Reyna membuat cewek itu meliung ke samping, nyaris terjatuh.

 
“Terus gimana Na ?, gue gabisa diem gini aja, Jeane tuh anak baik-baik, gabisa gue liat dia diinjek perasaannya kayak gini.”Danny yang kerap memancarkan aura positif sekarang raganya seakan diselimuti kobaran api.

 
“Ya terus mau maki Javier didepan umum ?, tau ga yang malu siapa  ?” Haikal yang semakin mendekat membuat Danny mundur beberapa langkah.

 
“Diam !, kalian kalau bener-bener sayang sama Jeane harusnya ga nyusahin gue kayak gini.” Danny menodongkan telunjuknya tepat pada batang hidung Haikal.

 
“Danny.” Jeane menatap Danny dengan datar.

 
“Aku yang salah, kalian semua gausah repot kayak gitu.” ucap Jeane samar-samar menyembunyikan suaranya yang mulai bergetar.
 

“Lo juga ya Jen, semenjak kejadian sama Mark, gua masih mencoba sabar, terus dia hilang gitu aja dan dengan emang lo si paling pemaaf, lo malah terus menyalahkan diri,sampai musti konsul mulu, sekarang lo masih mau menyalahkan diri lagi ?” cecar Danny menatapnya tidak percaya sebab sahabatnya itu terlalu baik, atau kata Danny menurutnya Jeane itu baiknya kebablasan jadi bego.
 

“Maksud kamu ?, oh jadi ini Danny si paling bener ?!”
 

“Gausah sok kayak gitu deh, enggak lo banget.” Ucap Danny ketus seraya mendorong bahu kanan Jeane.
 

Kamu akan menyukai ini

          

“Sadar ga sih lo ?, lo tu sering banget pura-pura bahagia didepan kita tiap kali ada masalah, mau sama keluarga lo, masalah cowok, masalah kuliah, akarnya cuma gara-gara insecure sama diri lo sendiri, makanya tiap kali ada yang berpaling dari lo, lo terus nyalahin diri sendiri.” Danny menangkupkan kedua tangannya pada kedua sisi wajah Jeane sesekali ibu jarinya mengelus pipi Jeane.
 

Beberapa tahun yang dijalani bersama, mereka hanya bisa tau segelintir curahan hati Jeane yang berbanding terbalik dengan mereka, kalau ada masalah Jeane bersedia pendengar yang baik.
 

Danny memilih untuk tidak menjadi orang jahat yang seolah menjadikan cewek itu buku diari berjalannya, demi kebaikan Jeane sendiri, dia memberi ‘tamparan’ sedikit supaya hal yang sama tidak terulang lagi.
 

“Kalian juga bukannya mau temenan sama aku gara-gara ga pernah nunjukin kelemahan aku ?” Jeane menepis tangan Danny untuk menyeka air matanya yang jatuh.
 

“Aku tuh takut kalian bakal ngejauhin aku kalau ngaku aku orang yang lemah.” lirih Jeane yang secara tidak langsung membenarkan argumen Danny.
 

“Lagian aku tertutup, pinter banget juga enggak, cantik juga enggak, kalau aku nunjukkin sisi aku yang lemah kalian juga ga bakal-”
 

Kalimat Jeane terpotong kala Reyna yang dengan sigap menarik cewek itu dalam dekapnya seraya menepuk punggung Jeane.
 

“Ssstt, kamu mulai nyalahin diri kamu lagi.”ujar Reyna lembut yang hampir terdengar layaknya bisikan.
 

Dalam suatu pertemanan, akan ada konflik yang bisa memecah belah anggotanya. Soal merekatkan kembali hubungan merupakan pilihan, namun sering berakhir dengan menghasilkan ikatan yang lebih kuat.
 

“Kamu kali ini keterlaluan, kalau dari awal aku mau temenan sama kamu gara-gara liat sisi yang sempurna dari kamu, aku ga perlu repot-repot bantuin kamu belajar uprak yang nilainya kayak ukuran sepatu.” timpal Julian dengan kalem seraya menepuk-nepuk bahu Jeane, matanya bertambah sayu, terpancar kesedihan didalamnya.
 

“Nilai kamu tuh ga cuma sebatas angka dikertas atau cantik enggaknya kamu Jen, kamu tuh jauh lebih berharga dari itu semua, ga perlu bandingin diri terus sama orang lain, kamu ya kamu, cuma ada satu.” Haikal bergabung dengan Julian kemudian memeluk mereka bersamaan dengan datangnya Danny, mereka membentuk lingkaran kecil dengan Jeane yang ada ditengahnya.
 

Pelukan itu saling menyalurkan kehangatan, rasanya nyaman, teduh layaknya sebuah rumah. Rumah yang menjadi tempat untuk kembali dengan membawa cerita, entah itu baik atau buruk, penghuninya bersigap memasang telinga tanpa mengecam atau memberikan komentar yang tidak penting.
 

Jeane tidak perlu takut lagi terbelenggu pada bayang-bayang  keunggulan orang lain , sebab saat itu dia seperti terlahir kembali dengan menerima diri apa adanya, menjadi pribadi yang lebih baik. Jalannya masih panjang, bak bintang di langit malam meski cahayanya masih temaram, suatu hari cahayanya akan cukup terang dan membuat orang terpana dan menyadari keberadaannya.













💊
 

 










Javier terperangah ketika netranya menangkap seorang laki-laki duduk dikasur kamarnya, sosok itu membelakangi Javier, nampaknya dia sudah menunggu Javier dalam waktu yang agak lama.
 

“Bang Brian ?”
 

Brian menoleh ke belakang, lantas menunjukkan senyum hangat dan menepuk ruang kosong di sebelahnya, memberi petunjuk pada Javier untuk bergabung bersamanya disana.
 

478 (Set Me Free) | Lee Jeno (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang