Raras menarik nafas panjang sebelum memutuskan turun untuk ikut makan malam bersama kedua orang tuanya. Sebenarnya ia sangat super duper mager, tapi karena cacingnya tidaj bisa diajak kerjasama malam ini, dengan terpaksa ia merealisasikan rasa malasnya.Satu hal yang membuatnya malas berada di rumahnya sendiri, bundanya seperti tidak pernah menganggapnya ada. Apalagi setelah mendiang kakaknya meninggal 4 tahun yang lalu.
Suara dentingan sendok dan piring terdengar jelas di tengah keheningan mereka. Semua kehangatan yang ia rindukan sudah lenyap 4 tahun lalu, setelah Rachel tiada satu persatu rahasia dalam keluarganya terungkap. Hingga satu akar penyebab semua kehancuran yang ada terlihat dan menganga lebar menimbulkan luka baru baginya orang tuanya.
"Gimana sekolah barunya ras? " Tanya Agra ayah Raras tanpa menghentikan aktifitas makannya.
Raras tersenyum "sekolahnya bagus yah, Raras suka. "
Agra menatap sedih dua orang yang sangat berharga baginya saat ini yang terlihat sangat asing satu sama lain. "syukurlah kalau begitu ayah seneng dengernya."
"Iya yah, aku kekamar duluan ya, udah selesai." ucap raras sambil mengecup pipi kedua orang tuanya, Ia tidak tahan jika terus menerus seperti ini, tidak tau juga apa yang harus ia lakukan untuk kedepannya.
Agra mengusap punggung sang istri dengan lembut. 4 tahun lamanya keadaan keluarga kecilnya sangat memprihatinkan. Ia takut jika putrinya bertransformasi menjadi anak yang tidak baik karena kurangnya perhatian dari mereka.
"Bund, apa gak bisa sedetik aja kamu perhatiin Raras? Raras juga anak kamu" Ucapnya lirih
Widi sang istri menatap nanar suaminya mengepal erat tangannya berusaha menetralisir rasa takutnya "Aku juga pengen ngelakuin itu yah, tapi setiap aku ngeliat Raras dadaku rasanya sakitt banget " Ia terisak mengingat semua kilas balik masa lalunya.
Raras melihat kejadian itu diatas. Ia sedih sangat sedih melihat keduanya.
Raras jadi teringat percakapan terakhirnya dengan Rachel, saat itu dia belum mengerti apapun karena masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia tersenyum mengingat itu.
Nangis bombai gue kak kalo udah kaya gini batinnya berucap
Flashback on....
Seseorang terbaring lemas dirumah sakit dengan bantuan alat pernafasan yang seadanya. Rumah sakit yang ditempati tidak terlalu canggih, seharusnya Rachel dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar dan canggih, tapi ia menolak itu.
Raras yang belum sepenuhnya mengerti hanya menatap heran ayah dan bundanya yang sudah dari satu jam lalu menangis. Lalu ia memberanikan diri untuk bertanya pada kakaknya yang sudah berada diambang kesadaran.
"Kak. ayah sama bunda kenapa? " Tanyanya penuh heran
Rachel tersenyum, tangannya terangkat untuk mengusap pelan rambut adiknya " Ayah sama bunda lagi ngabisin tisu rumah sakit, katanya sayang udah bayar masa gak diabisin"
Raras mendengar itu hanya ber'oh panjang memanggut manggutkan kepalanya padahal ia masih ingin bertanya tapi melihat keadaan Rachel yang susah untuk membuka mata telah mengurungkan niatnya.
Ia kembali melihat ayah bundanya di belakang, masih sama. Ayah yang menenangkan dengan air mata yang sudah meluruh habis. Ia juga mendengar jika bundanya mengucapkan beberapa kalimat yang membuat hatinya juga ikut tertohok.
Rachel kita gapapa kan?...
Mas Rachel gabakalan ninggalin kita kan? ..
Rachel pasti sehat lagi kan? ..
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Raras (On Going)
Teen Fiction(DIHARAPKAN FOLOW SEBELUM MEMBACA ) " Bacot banget " Gumam rai hampir tak terdengar Raras yang merasa tersindir pun bereaksi " Ngomong langsung gausah sindir sindiran" Tantangnya " Lo ngomong sama gue?" Tanya raihan. "Gue ngomong sama setan terk...