03: [ 2 ] Kehilangan untuk yang kedua kalinya

91 24 9
                                    

Flashback

Sepulangnya dari Makam Nela, Zibran berjalan dengan lesu ke dalam rumahnya. Pandangannya begitu kosong, membuat Fenya merasa heran.

"Ka, darimana?" tanyanya.

"..."

Zibran menatap Kakaknya dengan sayu, ia diam tanpa membalas ucapan Fenya.

"Lo kenapa sih, Ka?" heran Fenya.

"Gue mau ke kamar." Balasnya mulai meninggalkan Kakaknya.

Fenya menatap kepergian Zibran dengan penuh tanda tanya.

Setelah percakapan singkat itu, semakin hari Zibran semakin tertutup. Bahkan sudah tiga hari ini Zibran tak keluar kamar. Membuatnya merasa khawatir.

Tok, tok, tok, tok

"Dek, buka pintunya. Udah cukup ngurung dirinya, sekarang Kakak minta kamu segera kelua!" Teriak Fenya didepan pintu kamar Zibran.

"Kaka, gue bilang keluar!" Bentaknya.

Tak ada jawaban sama sekali, membuat Fenya segera memanggil Bu Inggit.

"Bu Inggit tolong ambilkan kunci cadangan kamarnya Kaka."

"Baik, Non." Bu Inggit pun segera mengambilkan kunci cadangan kamar Zibran.

Tak berselang lama, Pintu kamar Zibran terbuka. Memperlihatkan Kamar yang begitu acak-acakan, serta ada beberapa botol Minuman yang tergeletak di lantai.

Fenya segera mencari keseluruhan ruangan dan menemukan Zibran tergeletak dilantai kamar mandi.

"KAKAA!!!" Teriak Fenya dengan syok.

Ia segera menghampiri Zibran."Hikss...Ka bangun, jangan kaya gini." Ia menggenggam tangan Zibran yang berlumuran darah.

Fenya segera memerintahkan Keanu untuk segera pulang.

Flashback end

###

Beberapa saat berlalu menunggu Ibunya yang belum sadar, Sasha segera berlalu untuk mencari angin segar. Pikirannya terlalu kacau untuk saat ini.

Saat tengah berjalan di Lobby Rumah Sakit, Sebuah Ambulance datang membawa Pasien kecelakaan. Sasha terdiam untuk sesaat, sampai akhirnya kesadarannya pulih.

"Papa!" Teriaknya mulai berlari ke arah brangkar yang tengah dibawa Perawat.

"Papa saya kenapa, Sus. Apa yang terjadi!" Teriaknya.

"Tolong tenang dulu ya, kami harus segera membawa Pasien ke ruang Operasi." Sahut salah satu Suster.

"Hiksss...Papa!!"

Sesampainya di depan ruang Operasi, Sasha tak henti-hentinya menatap Pintu ruang Operasi dengan harapan besar. "Papa harus selamat, Sasha gak bakalan biarin Papa pergi." Gumamnya.

Satu jam berlalu, seorang Dokter keluar dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Gimana keadaan Papa saya, Dok?"

Sweet Ravange Where stories live. Discover now