Treasures.
Sang surya yang baru saja menebar afsun melalui sinar hangatnya, perlahan memberi ruang terang pada perpustakaan melewati ventilasi dan lubang-lubang angin. Pelan namun pasti, gebu daripada sepasang kaki yang dibuat setengah lari menimbulkan suara dan derit pada lantai kayu dalam balairung. Pelakunya adalah Tokuda Shuusei. Hanya sastrawan tersebut yang biasa menegur apabila sastrawan lain melakukan hal yang tidak dibenarkan itu.
Namun langkahnya terhenti saat ia dihadang oleh sosok yang lebih besar darinya,
"Shuusei san? Tak biasanya."
"Shisho-ku hilang."
Pernyataan tersebut membuat otak dari sosok pria lain itu berhenti beroperasi.
"Ba-Bagaimana? Aku salah dengar kan, ya?"
Shuusei menggeleng.
"Pustakawanku hilang."
Harusnya baru Satou Haruo saja yang mendengar kabar tidak menyenangkan ini. Namun dua orang yang berada tak jauh dari sana pun ikut mendengar. Mereka memutuskan untuk bergabung dan memastikan hal yang belum tentu benar,
"Nyonya hilang?"
"Apa maksudmu hilang?"
Atensi Shuusei teralihkan pada dua sosok yang memiliki warna surai berbeda.
"Aku baru memotong kukunya kemarin petang." Nagai Kafuu menyambung kalimat.
Shuusei tidak menjawab apapun untuk menanggapi sanggahan yang diikuti rasa ketidak percayaan. Setelahnya, yang Shuusei berikan adalah sebuah buku kepunyaanmu untuk memasuki perpustakaan ini. Seharusnya Shuusei tidak akan sepanik itu jika bukumu masih ada. Yang membuat degup jantung ketiga sastrawan di sana mendadak tidak beres ritmenya dan membuat wajah mereka langsung pucat pasi ialah tidak adanya data dari para sastrawan dalam setiap lembarnya.
Kosong.
Hanya ada kertas berwarna putih tulang dengan degradasi coklat muda di tepiannya.
Manik bening onyx milik Shuusei mulai mengawang. Pandangannya tidak fokus dengan suara paling rendah yang mampu dibuatnya saat ini, "Aku hanya ingin mengajaknya untuk melihat rusa liar di hutan sana. Namun Shisho...,"
Nyaris Shuusei membentur lantai kayu saat kakinya tidak sanggup lagi untuk mempertahankan keseimbangan dan kepala yang berkunang diikuti penglihatan memburam, Kyouka dengan cepat mencegah hal itu terjadi tepat di depan matanya. Sesama murid seperguruan Oozaki, Kyouka hanya melakukan sebuah hal yang menurutnya benar.
"Pasti Shuusei sudah keliling untuk mencari." Izumi Kyouka meminjamkan bahunya. Tangannya digunakan untuk membantu Shuusei berdiri dan menahan beban tubuh yang lelah itu.
Tangan besar lain digunakan untuk menyingkirkan poni dari surai hitam. Menemukan mata yang terpejam dan bibir yang tidak terutup rapat, sang guru menyimpulkan sebuah kemungkinan yang paling realistis,
"Shuusei tidak sadarkan diri. Tolong baringkan dia di kamarnya, Kyouka. Setelah itu kau susul aku."
Kyouka mengangguk paten,
"Baik, Kouyou sensei!!"
"Tanizaki kun, Haruo kun. Ayo bergerak." Arahan Nagai Kafuu membuat ketiganya berlalu.
Kabar bahwa hilangnya dirimu telah menyebar cepat seperti bisikan yang mengirim ketakutan tak dikenal. Suasana perpustakaan mulai tak terkendali, ramai dan berisik dalam arti lain. Para sastrawan yang ada dibuat bingung akan kemana hirapnya sosok yang selalu memberi mereka kekuatan saat menyelam buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasures
FanfictionHanya cerita ringan dari perkembangan seorang Pustakawan cilik yang diamati oleh Sastrawan pertama yang dibangkitkan. Dibubuhi cerita kesehariannya dalam Perpustakaan, Tokuda Shuusei meminta agar tubuhnya dikembalikan ke bentuk yang sama seperti rek...