Satu kata untuk hari ini. Suck. Bagaimana tidak? Saat ini aku sedang duduk di dalam mobil papaku. Bersama kakakku, Kenan Aresto Addison yang duduk di sampingku, lalu Mahendra Galen Addison yang berusia tiga tahun di kursi penumpang samping papaku, Herman Chandra Addison yang sedang menyetir. Tidak, tidak, tidak! Bohong sekali saat papaku tadi berkata bahwa ia ingin mengajak aku dan kakakku jalan-jalan. Yang sebenarnya, ia hanya ingin kami membantunya mengasuh putranya bersama Istri barunya, Nina Vander Addison yang sedang asyik perawatan di salon. Aku tak mengada-ada. Baru saja aku melihat postingan istri papaku itu di media sosial. Saat ini rasanya aku sangat ingin untuk berteriak minta tolong agar dapat menjauh dari saat-saat paling menyebalkan ini.
Di saat papaku sibuk membeo untuk menyenangkan putra kecilnya, aku dan kakakku yang sama tak senang dan terpaksanya mengikuti papa hanya berdiam diri sambil sesekali melirik satu sama lain dan berbicara melalui mata mengenai betapa kami tak senang berada di sana saat ini.
"Kita mau kemana, pa?" aku angkat bicara untuk pertama kalinya untuk menghentikan papa dari seakan hanya mempedulikan Galen. Ya, begitulah. Semenjak kedua orang tuaku bercerai dan memiliki keluarga baru sendiri-sendiri, aku dan kakakku menjadi opsi terakhir yang akan mereka pilih. Aku sendiri menganggap itu sangat menyebalkan, tapi kakakku sih menganggapnya sebagai rintangan hidup. Dia benar-benar dewasa secara fisik, umur, dan pemikiran.
"Mall," jawab papa singkat, namun dipanjang-panjangkan.
"Tunggu, bukannya di kota ini tak ada mall-nya?" tanyaku kebingungan yang mendapat kekehan dari kak Ken sedangkan papa tertawa.
"Haruskah aku mengingatkanmu bagaimana selama hampir enam tahun kau tak pernah keluar rumah selain ke sekolah, ke mini market sebelah apartemen, atau untuk melakukan hal yang sangat penting saja?" tanya kak Ken.
"Eh... You just did," kataku.
"Ah, benar,"
"Tapi benar juga. Untuk belanja saja aku hanya memasan lewat internet," ujarku yang diangguki kak Ken.
Beberapa saat setelah percakapan singkat itu, sebuah bangunan yang di dominasi warna kelabu terlihat. Sepertinya hanya dua atau tiga tingkat, tapi terlihat sangat luas. Padahal seingatku dulu di sini adalah pertokoan biasa yang diselingi rumah.
Mobil memasuki parkiran bawah tanah lalu papaku berhenti persis di depan pintu masuk. "Masuk duluan, ya? Bawa adik kalian juga. Papa nanti menyusul."
Aku dan kakakku hanya mengangguk dan melakukan apa yang diperintahkan papa. Keluar dari mobil dan menggandeng Galen untuk masuk ke dalam mall tersebut. Sementara kak Ken menggandeng Galen, aku mengintip keluar pintu kaca yang membatasi bagian dalam mall dengan parkiran. Aku melihat papa keluar dari dalam mobil dan berbicara dengan seorang wanita bertubuh sexy. Ya, inilah alasannya. Alasan kedua orang tuaku bercerai. Papaku melihat wanita bertubuh bagus dan cantik lalu menjadikan wanita itu simpanannya. Dan tebak apa? Papaku belum berhenti hingga saat ini.
Aku mendengus, memilih berbalik dan menghampiri kak Ken dan Galen. Sejenak aku berjongkok untuk menyamakan tinggiku dengan bocah itu. "Hei, Galen! Tak peduli seberapa sering papa memintamu menjadi seperti dirinya, jangan turuti, ya? Pekerjakerasnya boleh, tapi sisanya jangan! Oke?" aku membuat huruf o dengan jempol dan jari telunjukku.
Galen yang sebenarnya belum mengerti banyak hal dan baru bisa bicara hanya mengangguk-angguk sembari tersenyum lebar dan berusaha membuat simbol yang sama seperti yang aku buat dengan jariku. Jujur, bocah ini manis dan imut dan aku yakin dia akan sama tampannya dengan kakakku nantinya. Sayangnya dia terlahir dari wanita jalang seperti ibunya.
"Ayo!" papa yang berjalan lebar-lebar sampai di dekat kami mengajak. Lihat itu! Wajahnya sumringah sekali seperti seseorang yang baru saja memenangkan lotre. Oh ho ho! Itu aku, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bleeds
RomanceSetelah semua drama dan kepahitan yang diberikan keluarganya, Kayara justru kejatuhan keberuntungan di mana dirinya memenangkan lotre. Namun keberuntungan sirna ketika ternyata kakaknya, satu-satunya keluarga yang dengan tulus peduli padanya ternyat...