.
.
.
Asap beracun dari knalpot mobil Hyunjin mulai memenuhi bagian dalam mobil Frank, tampak pria itu juga mulai terbatuk batuk karena keberadaan oksigen yang tergantikan oleh gas beracun itu. Hyunjin membuka jendela mobil dan Frank langsung mengeluarkan kepalanya untuk meraup oksigen. Dia menatap Hyunjin penuh kebencian, dia coba membuka pintu mobil namun Hyunjin menguncinya dari luar."Pertanyaanku tidak berubah." Kata Hyunjin.
"Kau bocah bajingan! Matilah kau! Apakah kau tak tau jika aku seorang polisi?!" Teriaknya.
Hyunjin berdecak kesal dan menaikkan jendela mobil itu lagi menggunakan tombol yang menjadi satu set dengan kunci mobil itu. Jelas Frank kembali memasukkan kepalanya ke dalam mobil karena dia bisa saja terjepit kaca mobil itu. Frank kembali terbatuk batuk dan memukul mukul jendela mobil dari dalam, meminta Hyunjin untuk membukanya. Dan Hyunjin melakukannya, Frank kembali meraup oksigen sebanyak banyaknya karena dadanya terasa sangat nyeri.
"Berikan apa yang aku butuhkan, serahkan dirimu ke polisi dan kau akan baik baik saja." Kata Hyunjin.
"Enyahlah kau, keparat! Apa kau tak tau dengan siapa kau berurusan hah?! Aku seorang polisi, idiot! Dan aku bersumpah—"
Sebelum orang itu berhasil melayangkan umpatan umpatan lainnya pada Hyunjin, kepalanya kembali dipaksa masuk ke dalam mobil karena Hyunjin menaikkan jendela mobil itu kembali.
"Baik, baiklah! Buka jendelanya! Buka!"
Hyunjin kembali membukakan jendelanya sambil tersenyum, "waktuku tak banyak, Pak. Dan waktumu juga sama tak banyaknya.. darah akan dipompa untuk membawa karbon monoksida ke seluruh tubuh dan kau akan mati jika tetap pada ego menjijikanmu itu."
"Kau tak tau kau berurusan dengan siapa, bocah brengsek. Pria itu, dia iblis dan kau akan mati dibuatnya!" Kata Frank.
"Aku akan membunuhnya lebih dulu daripada dia." Kata Hyunjin.
"Kau tak akan bisa." Kata Frank.
"Mari kita lihat." Balas Hyunjin sambil tersenyum.
*
Setelah itu, Frank benar benar menuruti apa yang Hyunjin minta. Pria itu membawa Hyunjin kesebuah pabrik pemotongan babi yang berada di timur pusat kota Moskow. Frank memasukkan kartu ID nya dan dipersilahkan masuk. Hyunjin mengikuti di belakangnya, melewati orang orang yang sibuk melakukan pekerjaan mereka, melewati tulang dan daging babi yang telah di pisahkan dan melewati beberapa penjaga yang membawa pisau.
Bukankah berlebihan mempekerjakan para penjaga untuk mengawasi para tukang potong daging seperti ini? Memang, karena ternyata tempat dimana semua uang itu disimpan adalah di tempat itu, dibalik sebuah pintu yang dilengkapi dengan sistem keamanan yang ketat. Ketika Hyunjin masuk kesana, dia terkesima melihat banyaknya pekerja—rata rata seorang wanita paruh baya sedang menghitung tumpukan uang yang Hyunjin yakin lebih dari cukup untuk memerdekakan seluruh budak di muka bumi beserta memberikan mereka sandang, pangan, papan yang layak.
Hyunjin menekuk alisnya ketika menyadari raut ketakutan para wanita itu karena mereka menghitung uang sambil sebuah pistol diarahkan ke arah kepala mereka. Tak jauh dari tempat itu, seorang pria, masih muda Hyunjin rasa sedang duduk di atas tumpukan uang yang telah ditata rapih di dalam sebuah plastik besar dan tampak telah siap untuk dikirimkan.
"Hei, bocah. Dengar, tempat ini telah ketahuan dan kau harus segera mengangkut semuanya pergi dari sini." Kata Frank.
Pria yang Frank panggil bocah itu diam sejenak sebelum menjawab, "aku tak akan melakukan itu, dan aku baru tau jika Boss kini juga memperjual belikan pria cantik sekarang, apa menurutmu aku harus membeli beberapa juga sepertimu?"
"Namaku Romeo," Hyunjin tersenyum, "Tuan Fyodor menyuruhku untuk mengatakan hal ini padamu dan Frank makanya aku datang kemari."
"Semua ini uang milik Tuan Fyodor, apa pedulimu, bocah? Segera lalukan ini atau dia akan mengikat kemaluan mu di belakang kuda yang berlari kencang." Kata Frank.
"ANDREW!" Seseorang dari balik pintu memecah keheningan itu, "PRIA ITU ADALAH TANGAN KANAN PRATABRAMA! DAN FYODOR MEMINTA KITA UNTUK MENGIKUTI PERINTAHNYA!"
Tak hanya bocah bernama Andrew dab Frank bersama anak buahnya saja yang terkejut, Hyunjin juga ikut terkejut karena kebingungan soal tangan kanan Pratabrama itu. Mereka semua menatap Hyunjin tidak percaya dan Hyunjin yang lola juga sama menatap mereka satu per satu. Setelah ingat tentang apa yang Yeeun katakan padanya sebelum Hyunjin pergi kemari, dia lantas tertawa kecil karena menyadari sesuatu.
Yeeun tak mungkin bisa memiliki hidup setenang ini tanpa sebuah jaminan dari orang yang memang sanggup melakukannya. Yeeun menyadari hal itu karenanya dia mengikat sebuah janji dengan Pratabrama, tampaknya wanita mengerikan mantan ketua Klub 513 era 2018 itu mengetahui terlalu banyak soal Pratabrama dan belajar dari kesalahannya ketika mengetahui terlalu banyak soal Semar Mesem, Yeeun memastikan jika Pratabrama tak akan bisa membunuhnya karena rahasia itu akan terungkap jika Yeeun mati, juga dengan kebiasaan nekatnya mengulik rahasia dari organisasi ilegal seperti mereka, Yeeun pasti punya segudang informasi yang lebih berharga daripada apapun. Karena itu Pratabrama membiarkan Yeeun hidup sebagaimana yang wanita itu inginkan.
Memahami situasi ini, Hyunjin mengangkat pistolnya sambil menyeringai—Hyunjin memulai profesi lainnya sebagai Drama Queen sekarang, "Frank bilang jika kau adalah pimpinan mereka, da aku juga diberitahu jika mereka sangat setia padamu, maka minta mereka menjatuhkan pistol mereka dan tiarap di lantai. Ini perintah."
Andrew yang tak bisa menolak perintah Hyunjin karena informasi mendadak bahwa Hyunijn bekerja untuk Pratabrama dan Fyodor juga memerintahkan jika mereka harus menuruti Hyunjin. Hyunjin kemudian membebaskan para wanita itu dan para pemotong daging tak lupa memberikan mereka imbalan berupa seikat uang dengan nominal yang sama. Setelah pekerja tak bersalah terakhir pergi dari tempat itu, Hyunjin menatap Frank yang dia borgol pada sebuah pintu besi sehingga tak bisa kabur.
"Telpon polisi dan katakan dimana kau berada." Kata Hyunjin.
Tanpa menolak ataupun melawan, Frank melakukannya. Setelah selesai menelpon, Hyunjin tersenyum ke arah Frank, senyum simpul yang sirat akan kelegaan.
"Kau sudah melakukan hal yang benar." Kata Hyunjin.
"Morgan akan datang padaku dan membunuhku, tak ada gunanya melawan untuk tetap hidup." Balas Frank putus asa.
"Itu tak akan terjadi." Kata Hyunjin.
"Tau apa kau, hah?!" Frank membentak.
"Aku akan melindungi mu, karena itu, kau tak perlu khawatir. Kau sudah melakukan hal yang benar dan itu cukup untuk menebus apa yang tela kau lakukan. Namun sebelum itu, katakan padaku dimana kau menyimpan data para koruptor bajingan dan para investor yang malang itu?" Tanya Hyunjin.
"Kau berusaha kabur? Katakan rencanamu." Tawa Frank.
"Aku tak membicarakan diriku, aku bertanya pada dirimu. Dimana kau menyimpannya?" Tanya Hyunjin lagi.
"Presetan denganmu, keparat! Kau hancurkan hidupku! Seharusnya kau bunuh saja aku! Tak perlu kau melakukan ini! Cukup bunuh aku!" Teriak Frank.
"Aku selektif dalam memilih korban yang ingin aku bunuh." Balas Hyunjin.
"Kau pikir dia tak akan mengejarmu?! Dia akan melakukannya! Dia akan membunuhmu dengan cara yang bahkan tak pernah kau bayangkan!" Teriak Frank.
"Aku tak berpikir seperti itu. Selama hidupku, aku hidup dalam persembunyian dan aku menyadari betul betapa hina dan pengecutnya diriku. Aku hidup dalam pengejaran kekal dan tak ada jalan untuk keluar selain terus melarikan diri. Kau pikir aku selalu yakin jika aku akan hidup besok? Aku tidak pernah sekalipun meyakininya, aku hanya berharap tetap hidup karena ada orang orang yang mencintaiku." Balas Hyunjin.