.
Ryujin membasuh wajahnya di depan cermin wastafel toilet sekolah. Pikirannya beberapa hari belakangan begitu kacau. Ia merasakan sesak yang teramat menyiksa atas perlakuan kejam murid-murid di sekolah terhadapnya. Tangannya mencengkram pinggiran wastafel dan kedua netranya menatap miris pantulan sosok dirinya sendiri pada cermin. Terlihat begitu menyedihkan.Semua ini tidak akan berakhir dan ia tak lagi menaruh asa untuk perubahan apapun. Semua cacian dan makian yang selalu bersahutan tiap ia mengayun tungkai bagai melodi yang terus berputar. Mereka semua mengatakan hal yang sama; pembunuh.
"Oh? Lihatlah siapa yang sedang melihat diri sendiri yang menyedihkan sekarang. Hahaha."
Suara nyaring seseorang terdengar, disusul dengan derap langkah yang mendekat perlahan. Ryujin menoleh, menangkap presensi seorang gadis dan dua orang temannya di belakang. Tatapan gadis Shin itu seketika berubah nyalang dan penuh amarah.
"Berengsek, apa lihat-lihat?!! Mau kucungkil matamu?!" gadis yang paling dekat dengan posisi Ryujin berseru marah. Terusik akan tatapan Ryujin yang seolah menantangnya, lalu tangannya bergerak cepat menjambak rambut sebahu gadis itu dengan kasar. "Tundukkan tatapanmu, sialan. Kau mau mati??"
Ryujin meringis, tak melakukan perlawanan apapun. Dia hanya terkekeh seraya membalas, "Kaulah yang harusnya mati. Ah tidak, kau yang seharusnya sekarat. Bukan Yuna."
Brak!
Tubuh gadis itu didorong menghantam dinding dengan kuat, merosot jatuh ke lantai. Tenaga Yoora memang tak main-main dan ini sudah menjadi makanan Ryujin sehari-hari. Tiap kali melihat Yoora, ia tak kuasa menahan tawa dalam hati akan betapa munafiknya gadis itu. Bertindak kasar padanya padahal dirinya sendiri yang membuat masalah.
"Tutup pintunya. Jangan biarkan ada yang masuk." titah Yoora pada temannya dengan nada begitu dingin. Maniknya menatap datar ke arah Ryujin yang duduk bersandar di dinding. "Dan ambilkan ember bekas cairan pel di sana."
Ryujin menatap tak gentar kala pintu masuk toilet ditutup dan dikunci. Sorot matanya tak memancarkan kilat ketakutan sedikit pun, bahkan saat tubuhnya basah kuyup dalam sekejap setelah Yoora mengguyurnya dengan air kotor. Aroma cairan pel menyeruak, menusuk indra penciuman gadis itu. Tetes-tetesan air pun jatuh dari ujung helai rambutnya.
"Shin Ryujin," Yoora berujar sambil menekan pundak gadis itu dengan kakinya. "Jika kau berani melawanku, akan kubuktikan kalau kau memang seorang pembunuh. Haruskah aku melakukan sesuatu terhadap Yuna sekarang?"
Rahang si gadis Shin mengeras dan kedua tangannya terkepal erat. Wajah tak berdosa Yoora dan seringai jeleknya membuat ia benar-benar muak. "Apa kau tidak malu memperlakukan seseorang yang tak bersalah? Seharusnya kaulah yang merasakan apa yang aku rasakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral | Choi Beomgyu✔
FanfictionEphemeral memiliki arti sesuatu yang singkat dan tidak kekal. Sama halnya dengan kisah Beomgyu bersama gadis yang menjadi pelita kecil di tengah gulitanya.