Wajah Kenzo habis babak belur. Matanya sayu. Dadanya terasa sesak. Berhari-hari di sekap oleh Gabriel tidaklah menyenangkan. Mereka benar-benar menyiksanya amat tragis. Tak segan-segan pula mereka menghajarnya sampai muntah darah.
"Katakan dimana Althea. Atau lo bakalan mati!"
Kenzo tertawa. "SAMPAI KAPANPUN GUE GAK AKAN PERNAH KASIH TAHU DIMANA ALTHEA BERADA!" teriaknya hingga tubuhnya condong kedepan.
Satu pukulan melayang di rahang Kenzo. Gabriel mencengkeram dagu cowok itu lalu menatapnya. "SESAYANG ITU LO SAMA SAMPAH SIALAN ITU?"
"JAGA UCAPAN LO!" Kenzo menepis tangan Gabriel. Lalu memalingkan wajahnya. "Gue gak rela dia lo ambil. Gue udah ngasih lo kesempatan. Tapi lo kembali menggali luka itu. Sampe dia trauma!"
Gabriel menyeringai. "Oh ya? Haha sayangnya gue gak peduli. Gue pengen dia jadi budak gue. Sia-sia gue bayar sama Mathea mahal-mahal eh dia malah jadi milik lo."
"Tega ya lo jadi manusia. Ibu lo perempuan apa bukan!" teriak Kenzo murka. Bisa-bisanya Gabriel bertingkah seperti bajingan.
"Kasih tau dimana Althea. Atau gue bikin Althea jadi janda!" tekan Gabriel seraya mencakar lengan Kenzo.
Kenzo tertawa. "Siapa takut? Setidaknya status dia jelas kalau gue mati sekalipun. Dan anaknya bakalan terlahir punya ayah meski udah almarhum."
"Lo bukan ayahnya!" Gabriel menampar pipi Gabriel. "Ingat ya. Gue ayahnya!"
"Gue bakalan izinin ketemu mereka kalau lo gak nyakitin. Tapi sayangnya kepercayaan gue dengan mudahnya lo hancurin!" Kenzo menyeringai. "Jadi gue gak percaya lagi sama orang kayak lo."
Gabriel menghempaskan apapun yang ada di sana. "Argh! Bener-bener ya lo! Althea milik gue!"
"Oh ya?" Kenzo menyungingkan senyum setannya. Alisnya terangkat. "Tapi sayangnya Althea udah jadi milik gue sekarang. Bahkan dia sama gue udah pernah main-main sebelum akhirnya gue lo sekap. Dasar pengecut!"
Emosi Gabriel langsung terpancing. Ia menandang sebuah kursi kayu sampai melayanh dan membentur tembok sampai rusak. Lalu menarik kerah baju Kenzo. "Jangan beraninya lo cobain dia!"
"Sayangnya udah, gimana dong?" Kenzo benar-benar berhasil memancing emosi Gabriel atas omong kosong yang telah ia katakan. Aslinya tidak sama sekali. Tugasnya hanya melindungi Althea tak lebih. Tapi sayang, kali ini ia khawatir Althea kehabisan uang untuk menyambung hidup. Ia selalu berfikir apakah Althea baik-baik saja? Makan apa? Tidur yang cukup atau tidak?
Bugh!
Gabriel memukul rahang Kenzo sampai sudut bibirnya berdarah. Kenzo hanya tersenyum. Lalu raut wajahnya berubah drastis. Kemudian otot tubuhnya terbentuk dan ia mengernag keras. Hingga tali tambang yang mengikat tubuhnya terlepas.
Brakkk!
Kursi itu terhempas ke belakang. Kenzo berdiri lalu berjalan seraya menyeringai menghampiri Gabriel.
"Jangan mentang-mentang lo yang buat Althea kayak sekaranh. Dengan mudahnya lo bisa ambil dan buang dia seenaknya!" Kenzo melirik sebuah benda di atas meja lalu menatap Gabriel. "Kalau lo beneran mau Althea. Lawan gue sekarang! Gausah bawa pasukan apalagi sampe keroyokan."
Gabriel berjalan mundur. Lalu menodongkan sebuah pistol. "Jangam berani-beraninya lo sentuh gue. Gue benci sama cowok sok jadi pahlawan kesiangan kayak lo!"
"Terus lo apaan?" Kenzo meraih sebuah pisau di atas meja. Amarahnya benar-benar meledak-ledak. Namun ia tahan. "Lo bisa bunuh gue kapan aja. Tapi enggak sama---"
Dorrrr!
Sebuah peluru melesat dan menembak bahu Kenzo saat itu juga. Kemeja putih yang cowok itu kenakan kini telah mulai bersimpah darahnya sendiri. Rasanya sangat pegal. Namun Kenzo melupakan rasa sakitnya. Ia hanya memegangi bahunya. Kemudian mencengkeram kuat pisau di tangannya. Bahkan tangannya juga sudah berlumuran darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Teen FictionAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...