Bab 16

14.6K 1.2K 33
                                    

Halooo

Siangnya panas Ozora benar-benar sudah turun membuat anak itu kembali lincah dan ceria. Semakin senang saat Abimana menemani dan bermain di sana.

"Kamu tidak bekerja?" tanya Aurora yang melihat Abimana betah bermain dengan Ozora.

"Tidak. Aku ingin bermain dengan Ozora." jawabnya.

"Terima kasih dan maaf merepotkanmu."

"Tidak perlu."

"Mama, Papa kapan kita pulang?" tanya Ozo yang sudah mulai bosan di rumah sakit.

"Nanti nunggu Dokter ngizinin Ozo boleh pulang."

"Tapo Ozo boceen." rengeknya.

Abimana memanggil Dokter yang merawat Ozora semam. "Om Doktel kapan Ozo boleh pulang?" tanya Ozo.

"Nanti sore sudah boleh pulang. Nunggu infusnya habis dulu. Harus jaga kesehatan dan minum obat tepat waktu Oke?" jawab Dokter tersebut sembari memberi nasihat.

"Ote Doktel." jawab Ozora semangat.

"Yeaay. Pulang! Ozo pulang!" teriaknya antusias.

Mereka tersenyum melihat keantusiasan si kecil. Merasa lega akhirnya dia baik-baik saja dan bisa bermain lagi.

Sore itu akhirnya Ozora pulang dengan bahagia bersama Mama dan Papa. Seolah dia sudah lupa percakapan dengan Mamanya kemarin. Yang dia inginkan bermain bersama Papa danteng.

Ozora berjalan memasuki rumah minimalisnya dengan menggandeng tangan Aurora dan Abimana. Membuat potret keluarga kecil yang bahagia.

Setelah masuk Ozora langsung duduk di sofa yang menghadap TV. "Oke. Ozo duduk dulu biar Mama buat makan malam dulu. Jangan nakal?"

"Ote Mama."

Mereka akhirnya makan bersama di meja makan yang berukuran sedang. Tentu saja bila Abimana membandingkan dengan yang ada dii rumahnya meja ini tidak sampai untuk separuhnya.

Hati Abimana menjadi hangat. Ia sudah lupa bagaimana makan bersama dengan keluarga tanpa ada merasa konflik.

Semenjak dia menjadi pewaris perusahaan, dia benar-benar rindu suasana seperti ini. Adapun kalau makan bersama di keluarga pasti akan memiliki tujuan tidak semurni yang dia rasakan saat ini.

Mereka makan dengan nyaman dan harmonis.

Bel pintu rumah berbunyi. Aurora pun bangkit dan membuka pintu. Aurora terkejut melihat sosok pria bertubuh tegap yang sudah lama tidak dia lihat. Dia adalah Bastian, seorang Dokter yang menjadi kenalan saat dia dulu mengalami depresi.

"Bas, ya ampun sudah lama kita ga bertemu. Ayo masuk, Ozora sedang makan malam di dalam." ujar Aurora antusias.

Bastian maju dan memeluk Aurora ringan sembari berkata. "Aku merindukanmu dan Ozo."

Aurora tersenyum, setelah melepas senyuman Bastian bertanya. "Bagaimana kabarmu?"

"Baik. Kamu sendiri? Kok bisa sampai di sini bukannya kamu kerja di luar kota ya?" tanya Aurora, mereka pun berjalan menuju ruang makan.

Bastian terkejut melihat sosok Abimana yang duduk di sana. Namun dia tida mengatakan apa-apa tentang itu.

"Ozo! Kamu sudah sebesar ini, lihat apa yang aku bawakan untukmu?" ujarnya sembari menenteng mainan kesukaan Ozo.

"Papa Baas!" panggil Ozora meninggalkan meja makan berlari memeluk erat kaki pria jangkung yang dipanggilnya Papa Bas.

Bastian mengangkatnya dan memberikan kecupan di pipi gembul Ozora. "Ah, Papa Bas merindukan si kecil yang nakal ini."

Aurora tersenyum melihat interaksi mereka. Sedangkan Abimana merasa akan meledak. Apa-apaan ini?

"Acu tidac nakal. Acu anak baik." tukas Ozora cepat.

"Benarkah?" tanya Bastian main-main.

Ozora mengangguk dengan sungguh-sungguh di gendongannya. "Benal!"

"Papa Bas cenapa tidak pelnah main ke cini lagi? Ozo cangen Papa Bas." ucap bocah kecil yang lincah itu.

"Papa Bas sekarang bisa sering main sama Ozo. Karena sekarang Papa Bas sudah pindah kerja di rumah sakit kota ini sekarang." jawabnya.

Seketika dengan kedatangan Bastian yang jarang sekali dilihat Ozo. Ozora melupakan kehadiran Papa dantengnya.

Aruna menatap mereka bergantian dengan menopang dagu. Berucap pada dirinya sendiri. "Dasar bocil."

Abimana mengepalkan tangannya erat menahan gejolak emosi. Entah berhadapan dengan Ozora dan Aurora mudah sekali membuat kehilangan ketenangan dan pengendaliannya. Hatinya merasa tidak nyaman melihat kedekatan Ozora dengan seorang yang dipanggilnya Papa Bas.

Ozora langsung teringat.

"Oh ya, Papa Bas! Ozo punya Papa balu loh! Dia Papa danteng?" ujar Ozora mengingat keberadaan Abimana.

Abimana yang sudah tidak nafsu makan medesah lega. Setidaknya masih ada dihati putrinya.

"Papa Baru, Mamamu sudah menikah?" tanya Bastian dengan lesu yang tidak disadari.

"Iya Papa balu. Ozo yang nemuin Papa danteng. Mama tidac menikah." ujar Ozora dengan bingung.

'Syukurlah, aku masih ada kesempatan untuk mengejarnya.' batin Bastian tersenyum.

Abimana dan Bastian akhirnya berkenalan walupun mereka sudah saling tahu tapi mereka tidak pernah terlibat dalam percakapan. Dan suasananya tanpa dinsadari menjadi akward.

Okeee segitu dulu yaw. Sebenernya aku ada ide banyak tapi belum bisa ngetik semuanya.😭

Are You My Papa? [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang