(12) Kebohongan Putih

1K 112 22
                                    

~Memang dia siapa? Menentukan yang salah dan benar?

-E-

***

Jungkook merasakan kehidupan yang sempurna, setidaknya sampai tahun pertama sekolah dasar. Bagaimana dia menghabiskan masa kanak-kanak di kota Busan bersama ayah dan ibunya. Jeon Jumyeong, bekerja selama 7 jam sehari sebagai pegawai staff administrasi di salah satu perusahaan properti. Jungkook tidak ingat jelas itu di mana atau tepatnya apa. Yang dia tahu adalah penghasilan ayahnya cukup besar hingga dia bisa membeli banyak mainan juga makan dengan lauk ayam dan daging setiap hari. Mereka juga punya mobil sedan kelas GT saat itu, di tahun 2000an, masih merupakan mobil impor yang hanya mampu dibeli oleh mereka yang berstatus ekonomi menengah ke atas.

Ibunya, Kwon Anne yang kemudian berubah marga mengikuti suaminya, seorang desainer pakaian anak-anak. Menghabiskan hampir semua waktunya dengan Jungkook. Hanya sekali dua menitipkan dia di daycare, biasanya itu terjadi ketika harus menghadap perusahaan induk yang katanya masih bagian dari keluarga dari pihak Anne.

Jungkook nyaris punya masa depan sempurna, sampai akhirnya di ulangtahun yang ke-8 sambungan listrik di unit apartemen sebelah tiba-tiba mengalami kerusakan. Memercikan api yang pada akhirnya membumi hanguskan banguan setinggi 14 lantai itu dalam hitungan jam.

Jungkook kecil tidak mengerti, bahkan ketika sang ibu yang sudah bersimbah darah juga penuh luka bakar selepas ditimpa palang penyangga langit-langit memeluk tubuhnya. Memecahkan kaca jendela dengan siku lantas mencium kening putranya untuk terakhir kali.

"Kamu harus hidup,"

"Kamu harus bertahan hidup."

Kalimat itu terus berulang, diputar sepanjang waktu dalam kepala Jungkook seperti mantra. Dirinya ingin menggapai, memeluk erat perempuan yang selalu mendendang dengan lagu tidur serta memasakan sosis gurita untuknya. Namun bahkan sebelum ingin itu mencapai mulutnya, api lebih dulu sampai pada tabung gas yang berjadak empat langkah dari mereka.

Meledak.

Membuat Jungkook terlempar keluar jendela dengan pecahan kaca tertancab di lehernya. 3 lantai, dan berdasar pada perhitungan ibunya atas segala jenis kemungkinan, Jungkook mendarat di atas trampolin taman bermain.

Malam itu, 1 September 2006.

Api merenggut rumahnya.

Api merenggut ayah ibunya.

Api merenggut masa kanak-kanaknya.

Juga merenggut suara beserta tawa dan bahagiannya.

Dan hari ini, lima belas tahun lebih terlewat sejak api paling menakutkan itu menghancurkan apa yang Jungkook sebut sebagai kehidupan. Api-api kecil menyala dengan lembut pada tempat lilin dengan pulasan emas juga perak. Ditaruh sedemikian rupa pada baris meja makan berbahan mahogai yang Jungkook yakini pasti didatangkan langsung dari Asia Selatan.

Kim Seon Hee, perempuan berusia 63 tahun yang masih terlihat sangat 'dominan' di usianya duduk dengan tenang di kepala meja makan. Menatap lurus tanpa ekspresi pada Jeon Jungkook yang ditempatkan Seokjin pada sisi kanannya.

"Jadi ... Jungkook ini yang menolong uri Jinnie waktu perampokan itu?"

Suaranya memang lembut, namun tidak lantas menyembunyikan 'introgatif' dalam getarnya. Jungkook tanpa sadar mengeratkan cengkramannya pada paha. Merasakan 'tention' bukan hanya dari si empu yang punya acara. Tapi juga sosok lain di seberang meja.

"Jeon Jungkook? Sedang apa di sini?"

Mengerjap tidak percaya, namun kemudian dalam kedip mata berhasil mengendalikan diri. Kim Taehyung dengan sikap tenangnya tersenyum tipis.

SEXIEST SILENT ( Jinkook Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang